(Vibiznews-Column) Pada saat sebelum terjadi krisis keuangan pada tahun 2008-2009, harga emas masih berada di $800 per ons pada awal 2009. Sejak terjadinya krisis, harga emas terus melambung dan mencapai puncaknya pada tanggal 6 September 2011, dimana emas memecahkan rekor tertinggi di $1.920 per troy ons.
Bagaimana dengan krisis Covid-19 yang terjadi dari permulaan tahun 2020 ini? Krisis kesehatan yang disebabkan karena menyebarnya coronavirus ke seluruh negara-negara di dunia sehingga dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai Pandemik, telah berubah juga menjadi krisis keuangan global.
Perkembangan Covid-19
Wabah coronavirus yang sering juga disebut dengan Covid-19, dimulai dari kota Wuhan Cina pada tanggal 1 Januari 2020, dimana pada saat itu pemerintah Cina menutup pasar Ikan di Wuhan sehubungan dengan wabah coronavirus ini sudah mulai menyebar dan memakan korban nyawa manusia.
Tidak disangka-sangka penyebaran wabah coronavirus ini ternyata sangat luarbiasa cepat. Hanya dalam jangka waktu kurang lebih 3 bulan sudah seluruh negara di dunia yang berjumlah 200 negara, sudah tertular penyakit paru coronavirus, dengan sebanyak 2,5 juta orang yang terkena dan telah merenggut 177 ribu nyawa. Sebagai akibatnya hampir semua negara memberlakukan “lockdown” atau “partially lockdown” dengan membuat “social distancing” atau restriksi-restriksi lainnya dalam usaha mengatasi atau paling tidak menghambat kecepatan penularan. Dampaknya bagi perekonomian sangat buruk.
Dampak Negatif Bagi Perekonomian
Dengan tidak adanya aktifitas perdagangan karena kota atau negara dalam keadaan “lockdown” maka terjadi banyak pengangguran. Dalam beberapa minggu “lockdown” di Amerika Serikat telah mengakibatkan peningkatan jumlah klaim pengangguran yang biasanya terjaga disekitar 200-300 jutaan telah menjadi 20 juta orang, dengan kerugian yang menghapus keuntungan yang telah dikumpulkan sejak krisis keuangan pada tahun 2008-2009.
Dengan tidak adanya aktifitas perdagangan dan travelling dimana-mana negara di dunia, maka permintaan terhadap minyak mentah anjlok drastis. Ditengah melimpahnya produksi minyak, maka harga minyak mengalami penurunan yang luarbiasa dalam yang belum pernah terjadi dalam sejarah perminyakan. Kontrak berjangka minyak AS, WTI, untuk bulan Mei tumbang ke teritori negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah, mencapai – $40, kejatuhan sampai lebih dari 300%.
Parahnya penurunan di dalam aktifitas ekonomi terlihat di dalam rilis data makro ekonomi Amerika Serikat pada hari Rabu (16/4/20) yang menunjukkan penjualan ritel bulanan turun 8.7% pada bulan Maret dan produksi industri mencatat penurunan tercuram sejak awal tahun 1946.
Data ini meneguhkan pandangan pesimis dari International Monetary Fund’s (IMF) bahwa pandemik coronavirus bisa menyebabkan ekonomi dunia menciut menjadi – 3% pada tahun 2020 ini – yang merupakan kejatuhan paling besar sejak Great Depression.
Hal ini pada akhirnya membuat dukungan baru terhadap permintaan metal berharga kuning yang dipandang sebagai assets “safe-haven”.
Persamaannya
Banyak analis yang membandingkan pola pergerakan harga emas selama masa krisis Covid-19 dengan pola pergerakan harga selama krisis keuangan pada tahun 2008, dan berpendapat perilaku emas saat ini bisa dibilang ada kesamaannya dengan ketika krisis 2008-2009. Para analis memprediksi rekor ketinggian yang baru bagi harga emas, bahkan bisa lebih tinggi daripada pergerakan “bullish” yang berlangsung selama tahun 2009 -2012 yang mencapai $1,920 per troy ons.
Kesamaan yang ada antara krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008-2009 dengan krisis perekonomian yang disebabkan oleh wabah Covid-19 pada 2020 ini antara lain, normalisasi kondisi likuiditas dengan melakukan lagi Quantitative Easing, pemangkasan tingkat bunga sehingga mencapai Nol persen atau minus, tingkat bunga riil menjadi negatif, biaya investasi menjadi rendah, dan selain itu ada kecemasan akan terjadinya depresiasi mata uang.
Situasinya menjadi mirip dengan apa yang terjadi pada krisis keuangan global pada tahun 2008-2009. Kemiripan ini membuat sebagian analis berpendapat harga emas dapat meningkat seperti yang terjadi pada periode 2008 – 2012 dimana emas naik mencapai rekor tertinggi di $1,920.
Jadi harga emas berpeluang naik sampai ke $1,800 per troy ons pada tahun ini dan bahkan bisa mencapai lebih dari $1,920, bisa mencapai $2000 per troy ons, karena krisis perekonomian yang terjadi pada tahun 2020 ini kelihatannya akan bisa lebih besar daripada krisis yang terjadi pada tahun 2008-2009. Menurut IMF, krisis perekonomian sekarang ini adalah yang terbesar yang pernah terjadi sejak Great Depression.
Lebih Besar & Lebih Tinggi Lagi
Untuk menopang perekonomiannya, Amerika Serikat melakukan langkah-langkah pelonggaran yang lebih besar daripada Quantitative Easing yang dilakukan pada saat terjadinya krisis keuangan 2008-2009, bahkan lebih besar dari yang dilakukan pada saat Great Depression.
Dari sisi fiskal, Senat dan Kongres AS telah meloloskan paket stimulus terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat senilai $2,2 triliun, setelah proses yang panjang. Sebagian besar dari dana di dedikasikan terhadap pinjaman daripada uang tunai langsung kepada ekonomi yang sedang berjuang naik. Bahkan saat ini sedang ada pembicaraan yang sudah mendekati kesepakatan Senat dengan Kongres AS untuk memberikan tambahan bantuan berikutnya kepada para individu dan pebisnis, setelah paket $2,2 triliun. Jika mereka jadi mengumumkan stimulus berikutnya yang substansial, sentiment pasar akan meningkat, dolar akan tertekan dan harga emas akan mengalami dorongan kenaikan yang lebih tinggi lagi.
Dari sisi moneter, Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell mengatakan,”Kita sedang bergerak dengan kecepatan yang menakutkan ke kerendahan dalam 50 tahun dalam pengangguran. Meskipun temporer, semua kita terkena dampaknya.” Menurut Washington Post, tindakan the Fed yang terbaru ini sudah lebih jauh dibandingkan dengan apa yang dilakukan bank sentral selama Great Depression. The Fed langsung membeli hutang dari perusahaan-perusahaan besar dan dari negara bagian, suatu tingkat bantuan yang belum pernah dicoba sebelumnya. Ada kekuatiran yang menyebar bahwa sebagian perusahaan dan rumah tangga akan bangkrut selama berlangsungnya pandemik karena mereka tidak akan bisa meminjam uang pada waktunya, namun the Fed telah mengambil langkah yang besar dan tidak terbatas untuk menjaga agar sebanyak mungkin kredit yang mengalir sebisa mungkin.
Sebelumnya Federal Reserve telah memangkas tingkat suku bunga sebesar 50 basis poin dan lalu mengumumkan tambahan pemotongan 100 basis poin sehingga tingkat bunga acuan the Fed menjadi 0 persen, level yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2008 dimana tingkat suku bunga berada pada 0,25 persen.
Selain itu the Fed juga membuat likuiditas “swaps” dolar dengan 5 banks sentral yaitu Bank of Canada, Bank of England, Bank of Japan, ECB dan Swiss National Bank dan 10 bank sentral lainnya, serta mengumumkan program pembelian assets senilai $700 miliar.
Bukan the Fed saja, bank sentral utama dunia lainnya juga ikut mengambil kebijakan yang serupa. Bank sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan tetap memberlakukan suku bunga yang negative. Bank of England menurunkan tingkat suku bunga ke rekor terendah sepanjang sejarah Inggris di 0.10%. Demikian juga dengan Bank Sentral Australia. Termasuk bank sentral Cina hingga Bank Indonesia.
Menurut riset yang dilakukan oleh Morgan Stanley, dari tanggal 22 Januari, sudah sebanyak 30 bank sentral dunia yang memangkas tingkat bunganya. Dan Morgan Stanley memprediksi pada kuartal ke 2 tahun 2020, akan bertambah 25 bank sentral lagi yang akan menurunkan tingkat bunganya.
Semua hal ini membuka peluang bagi harga emas untuk naik melebihi kenaikan yang terjadi dari tahun 2009 – 2012.
Perbedaannya
Perbedaan pergerakan “bullish” harga emas pada tahun 2009-2012 dengan sekarang adalah bahwa pergerakan “bullish” sekarang akan berlangsung dalam waktu yang relatif jauh lebih pendek. Namun ini merupakan kesempatan bagi para trader dan investor untuk mendapatkan keuntungan dari peluang kenaikan harga emas dalam waktu yang relatif jauh lebih singkat.
Belum Saatnya
Saat ini memang pergerakan harga emas masih naik turun dalam volatilitas yang tinggi. Minggu lalu harga emas sempat naik ke ketinggian selama 7 ½ tahun di $1,788.80. Namun memasuki minggu yang baru ini, harga emas telah turun lagi ke $1,709.50, meskipun masih dengan tren secara grafik harian, mingguan maupun bulanan masih menunjukkan kenaikan.
Kenaikan harga emas saat ini masih ditahan dengan beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya likuiditas dan badai yang dihadapi oleh para pemain fisik komoditi emas. Badai yang dihadapi para pemain fisik emas adalah berkurangnya permintaan fisik emas secara signifikan karena jatuhnya perekonomian negara-negara pengimpor emas terbesar dunia.
Bahkan pada hari Selasa kemarin (21/4/20) harga emas kembali turun ke $1,678.20. Harga minyak yang turun habis-habisan hingga ke teritori negatif, membuka jalan untuk munculnya kembali sentimen “jual segala sesuatu” ditengah pasar yang gelisah dan panik yang pada gilirannya menekan harga emas. Penurunan harga emas akan terus berlangsung sepanjang sentimen “jual segala sesuatu” masih mendominasi pasar, atau paling tidak akan menahan pergerakan naik harga emas.
Kapan Saatnya? Ada Syaratnya
Namun kembali perlu dicatat bahwa kenaikan harga emas yang melebihi kenaikan tahun 2009-2012 tidak akan terjadi dalam jangka waktu dekat ini, karena diperlukan beberapa syarat-syarat tren kenaikan bisa berlangsung dengan stabil. Saat ini harga emas masih memiliki volatilitas yang tinggi.
Persyaratan bagi kenaikanharga emas adalah jika kondisi ekonomi global mulai normal, dan kebijakan moneter masih longgar serta defisit fiskal melonjak.
Saat krisis ekonomi akibat COVID-19 berhasil diatasi dan masalah kesehatan dimitigasi, dan perekonomian sudah memiliki basis yang bagus untuk berkinerja dengan baik, sementara tingkat bunga negatif masih akan bertahan dalam waktu yang cukup lama, yang membuat biaya investasi emas menjadi lebih murah, saat itulah jalan emas menuju US$ 2.000/troy ons menjadi terbuka lebar.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido