(Vibiznews – Commodity) – Analisa pergerakan pasar mingguan untuk minyak sawit pada minggu ini, harga minyak sawit terlihat cerah dimulai bulan ini, sejak adanya pelonggaran dari lockdown pandemic covid -19 di beberapa negara dan dimulainya kehidupan new normal.
Berita-berita yang menggerakan pasar minyak sawit pada minggu ini:
- Pembebasan pajak ekspor Malaysia dari 1 Juli – 31 Desember 2020
Pemerintah Malaysia melalui the National Economic Recovery Plan ( Penjana) membebaskan pajak ekspor 100% dari 1 Juli sampai 31 Desember 2020, untuk menjaga persediaan dan menjaga supaya harga CPO stabil.
The Malaysian Palm Oil Board (MPOB) dengan adanya pembebasan pajak ekspor membuat para pemain di Industri ini akan menjual lebih banyak lagi minyak sawit dan membantu mereka untuk menambah pendapatan, mengurangi biaya tambahan selama masa-masa sulit ini.
Promosi ke negara eksportir besar akan dilakukan seperti India, Cina dan Pakistan.
Pengumuman ini menjadi pendorong apalagi India memutuskan akan mengimpor 1.14 juta ton minyak nabati pada Juni ini meningkat dari April – Mei rata-rata 865,000 juta ton.
Setelah lockdown mulai dilonggarkan importir minyak nabati dari India diperkirakan akan meningkatkan import minyak nabati dari 1.3 juta sampai 1.4 juta ton perbulan dari bulan Juli sampai September, pengumuman ini di 29 Mei.
Importir India menandatangani kontrak pembelian dengan Malaysia untuk pengiriman Juni/ July sebesar 200,000 ton CPO.
Pembaharuan pembelian meningkat karena persediaan minyak nabati lokal di India akan ditingkatkan karena selama lockdown sejak 24 Maret 2020 sulit untuk melakukan pengiriman. Pelonggaran lockdown membuat pedagang India dapat kembali meningkatkan persediaan minyak nabati, diharapkan akan membeli kembali minyak sawit dari Malaysia.
2. Perkiraan Data Persediaan, Produksi dan Permintaan minyak sawit Malaysia di bulan Mei
Persediaan minyak sawit Malaysia diperkirakan akan mencapai 3 juta ton pada tahun ini, karena perkiraan produksi sebesar 2.28 juta di bulan Mei, dan diharapkan rata-rata harga CPO di 2020 akan bertahan di RM2,500 per ton.
Cuaca yang baik tahun ini akan meningkatkan produksi dari minyak nabati dunia.
Tahun lalu, Malaysia mengekspor 18.46 juta ton minyak sawit dibanding 16.48 juta ton di 2018. Tiga besar pembeli minyak sawit dari India 4.4 juta ton di 2019 (2018 sebesar 2.51 juta ton), Cina ekspor minyak sawit sebesar 2.49 juta ton di 2019 (2018 : 1.85 juta ton) dan Pakistan di 2019 sebesar 1.08 juta ton, (2018: 1.16 juta)
Produksi minyak sawit diperkirakan sebesar 1.71 juta ton pada bulan Mei tertinggi sejak 2015.
Persediaan minyak sawit Malaysia diperkirakan akan berkembang 12 % dari bulan lalu menjadi 2.28 juta ton pada akhir Mei 2020 tertinggi sejak Oktober 2019.
Ekspor diperkirakan akan naik 7% dari bulan lalu tapi turun 23% dari tahun lalu pada bulan Mei menjadi 1.3 juta ton, dibawah rata-rata bulanan minyak sawit 1.4 juta ton selama 10 tahun terakhir.
3. Kekurangan tenaga kerja di perkebunan sawit Malaysia
Pandemic virus covid -19 membuat Malaysia kekurangan pekerja, membuat produksi tahunan berkurang 25% , dengan kerugian sebesar $2.9 milyar
Ekonomi Malaysia bergantung dari minyak sawit, merupakan hasil pertanian terpenting di Malaysia, sehingga membutuhkan pekerja dari Indonesia, Bangladesh dan India untuk mengerjakan perkebunan sawit. Untuk mencegah penyebaran dari covid -19 pemerintah Malaysia melarang para pekerja migran untuk pergi dan datang ke Malaysia.
Pada saat sebelum Covid, pekerja selalu tersedia untuk mengerjakan sawit
Hampir 70% dari pekerja di perkebunan sawit adalah berasal dari luar Malaysia, produksi minyak sawit diperkirakan akan turun 10% dari tahun lalu, karena cuaca kering dan kurangnya pupuk, dengan berkurangnya pekerja maka produksi akan turun 20% .
4.India akan melakukan impor minyak nabati kembali dimulai bulan Juni
Impor minyak sawit India di bulan Mei turun 53% dari tahun lalu menjadi 387,006 ton karena lockdown covid-19.
Jumlah impor minyak nabati India 70%nya adalah untuk minyak kedelai.
Impor minyak kedelai India turun di bulan Mei menjadi 187,034 ton dari 232,003 ton tahun lalu, sementara minyak bunga matahari naik 2% menjadi 133,438 ton menurut data dari Solvent Extractors Association of India.
Turunnya import minyak sawit yang merupakan 2/3 dari total import membuat import minyak nabati India turun 40% menjadi 707,478 ton di bulan Mei, terendah sejak 2011, menurut SEA.
Impor India turun selama 3 bulan dan membuat persediaan juga turun sehingga membuat para pedagang kembali akan meningkatkan import mulai bulan Juni dan seterusnya. Impor India naik diatas 900,000 ton dan pada bulan Juli naik menjadi 1 juta ton.
India mengimpor minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia, minyak kedelai dari Argentina dan Brazil. Impor minyak bunga matahari dari Ukraina dan impor canola dari Canada dengan volume sedikit.
Impor minyak nabati untuk 7 bulan pertama tahun marketing 2019/20 dari Oktober 2019 ke Oktober 2020 turun 18% dari tahun lalu menjadi 6.9 juta ton menurut SEA
Pergerakan harga :
Pada hari Kamis harga minyak sawit Malaysia kembali turun 3% setelah mengalami kenaikan pada hari Selasa dan Rabu.
Harga minyak sawit Agustus pada hari Kamis di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 3% menjadi 2,326 ringgit ($543.84) per ton.
Pada 2 hari sebelumnya harga naik 2.5% dan mencapai penutupan tertinggi sejak 3 Juni.
Produksi Malaysia naik 3% dari bulan lalu, dan persediaan akan naik 12% dari bulan lalu menjadi 2.28 juta ton.
Kenaikan harga CPO pada 1 Juni ke RM2,366 per ton dan pada 3 Juni ke RM2,389.50 perton memberikan keuntungan kepada 492,000 pengusaha kecil dan 258,657 petani individu di seluruh Malaysia.
Kontribusi minyak sawit naik 4.76% dan MPOB berharap momentum kenaikan harga akan berlanjut.
Perkiraan harga CPO ada dalam range RM2,200 sampai RM2,400 perton pada bulan Juni
Loni T / Analyst Vibiz Learning Centre – Vibiz Consulting Group
Editor : Asido