Perkembangan Data Ekonomi dan Tensi AS-China – Market Outlook, 24-28 August 2020 by Ricky Ferlianto

1488

(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:

  • Masih tertundanya kesepakatan di Kongres AS antara Demokrat dan Republik untuk paket stimulus bantuan virus corona senilai $1 triliun, yang diharapkan akan terealisasi pada minggu depan,
  • Data ekonomi AS, termasuk aktivitas manufaktur, yang memicu harapan pemulihan ekonomi yang lebih cepat,
  • Perkembangan tensi AS – China, dengan rencana pertemuan dagang yang minggu lalu tertunda untuk mengevaluasi kesepakatan fase satu.

Untuk korban virus, berita resmi terakhirnya, sudah sekitar 23.1 juta orang terinfeksi di dunia dan 803 ribu orang meninggal, dan menyebar ke 213 negara dan teritori.

Pasar saham dunia umumnya bergerak mixed, harga emas terkoreksi kembali, serta US dollar yang rebound terbatas setelah tertekan panjang.

Minggu berikutnya, isyu antara perkembangan penyebaran wabah virus corona, tensi AS – China, dan peluang pemulihan ekonomi akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Market Review and Outlook 24-28 August 2020.

===

Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau menguat di minggu yang pendek dengan profit taking terjadi di hari terakhir untuk investor mengamankan posisinya. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 0.48% ke level 5,272.810. Untuk minggu berikutnya (24-28 Agustus 2020), IHSG kemungkinan akan kembali positif, dengan tetap mengacu kepada fundamental bursa kawasan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di 5365 dan kemudian 5715, sedangkan support level di posisi 5120 dan kemudian 4928.

Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terpantau menguat terutama di akhir hari pasar, sementara dollar global terlihat rebound walau terbatas, sehingga rupiah secara mingguannya menguat 0.16% ke level Rp 14,772. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan turun, atau kemungkinan rupiah kembali menguat, dalam range antara resistance di level Rp14,954 dan Rp15,008, sementara support di level Rp14.467 dan Rp14.296.

===

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Agustus 2020 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%. Keputusan ini konsisten dengan perlunya menjaga stabilitas eksternal, di tengah inflasi yang diprakirakan tetap rendah.

Gubernur Bank Indonesia, selanjutnya juga menyampaikan, antara lain:

  • Perekonomian global mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah mengalami tekanan berat pada triwulan II 2020 sejalan dampak pandemi COVID-19.
  • Perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik juga mulai terindikasi pada Juli 2020 setelah mengalami kontraksi pada triwulan II 2020.
  • Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap baik sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal ekonomi Indonesia. NPI triwulan II 2020 mencatat surplus 9,2 miliar dolar AS.
  • Nilai tukar Rupiah tetap terkendali dengan mekanisme pasar yang berjalan baik, meskipun mulai Juli 2020 melemah dipengaruhi ketidakpastian pasar keuangan global.
  • Kondisi likuiditas lebih dari cukup dan transmisi penurunan suku bunga berlanjut ditopang strategi operasi moneter Bank Indonesia.
  • Bank Indonesia terus memperkuat sinergi ekspansi moneter dengan akselerasi stimulus fiskal Pemerintah dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional.
  • Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun risiko dari dampak meluasnya penyebaran COVID-19 terhadap stabilitas sistem keuangan terus dicermati.
  • Kelancaran Sistem Pembayaran, baik tunai maupun nontunai, tetap terjaga.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengumumkan pemerintah tengah mempersiapkan vaksin Covid-19 lokal yang sepenuhnya dibuat di dalam negeri, vaksin itu bernama Merah Putih.

===

Pasar Forex

Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara umum rebound dari posisi sekitar 52 bulan terendahnya, terdorong oleh rilis kenaikan aktivitas manufaktur AS sekalipun data kasus baru virus corona masih tetap tinggi, dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir rebound terbatas ke 93.20. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau melemah ke 1.1794. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.1965 dan kemudian 1.1996, sementara support pada 1.1641 dan 1.1370.

Pound sterling minggu lalu terlihat menguat tipis ke level 1.3085 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.3200 dan kemudian 1.3284, sedangkan support pada 1.2480 dan 1.2204. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir melemah ke level 105.76.  Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 108.17 dan 109.85, serta support pada 104.18 serta level 101.18. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah tipis ke level 0.7159. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7183 dan 0.7206, sementara support level di 0.6924 dan 0.6776.

Pasar Saham

Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum variatif dengan bias melemah terpengaruh oleh pergerakan bursa Wall Street yang juga mixed. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 22,920. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23807 dan 24115, sementara support pada level 21530 dan 20335. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 25,114. Minggu ini akan berada antara level resistance di 26782 dan 27767, sementara support di 24148 dan 23685.

Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau menguat terpicu oleh bagusnya data manufaktur AS di 19 bulan tertingginya. Indeks Dow Jones secara mingguan melandai ke level 27,930.33, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 28403 dan 29409, sementara support di level 26103 dan 24843. Index S&P 500 minggu lalu menguat mencetak rekor ke level 3,396.8, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3400 dan 3450, sementara support pada level 3221 dan 2994.

Pasar Emas

Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau terkoreksi di minggu keduanya, digerus oleh data kenaikan aktivitas bisnis dan manufaktur AS serta penguatan dollar AS, sehingga harga emas spot secara mingguan melemah ke level $1,940.50 per troy ons, membukukan minggu terburuk sejak Maret. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $2015 dan berikut $2075, serta support pada $1862 dan $1795.

 

Sejumlah pelaku pasar adakalanya menghadapi masa-masa panik di tengah situasi tekanan pasar. Kadang-kadang investor bisa bereaksi secara sepertinya kurang logis atau over-reactive. Apapun itu, tidak mudah bereaksi bahkan secara logis pun pada saat pasar sedang heboh, gonjang-ganjing dan panik. Ini, antara lain, menunjukkan kuatnya fenomena psikologis dalam pasar, baik dalam individu per investor maupun di level pasar secara universal yang bisa disebut sebagai psikologi pasar. Di tengah kepanikan pasar demikian, ada saja investor yang bisa diuntungkan, misalnya untuk mereka yang bulan-bulan belakangan ini lebih mengambil posisi buy gold sampai di level rekornya, lalu profit taking di posisi overbought-nya. Bagaimana pun, tidak mudah untuk mengikuti, memahami, apalagi memanfaatkan gejolak pasar yang naik turun. Jangan kuatir, Vibiznews.com adalah ahlinya untuk membantu menganalisis pasar bagi Anda dan memetik keuntungan dari dinamikanya. Mungkin Anda telah membuktikannya juga sebelum ini. Terima kasih telah bersama kami, ketahuilah kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!

 

Ricky Ferlianto / VBN / Managing Partner Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here