Review Mingguan Pergerakan Pasar Minyak Sawit Pada Akhir Tahun 2020

779

(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit di Akhir tahun 2020 mengalami kenaikan 18 % dari 2019, karena cuaca buruk membuat produksi berkurang, sedangkan permintaan stabil akibatnya persediaan berkurang dan juga pengaruh dari harga minyak kedelai di CBOT yang naik ke harga tertinggi 6 1/2 tahun.

Harga minyak sawit di tahun 2020 naik 18%, melanjutkan kenaikan dari tahun 2019, yang naik 44% dari tahun 2018.

Pada seminggu ini harga minyak sawit naik pada hari Senin, Rabu dan Kamis, sedangkan pada hari Selasa harga minyak sawit turun.

Pergerakan Harga pada seminggu ini:

  • Harga minyak sawit Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada akhir tahun Kamis tanggal 31 Desember ditutup naik 14 ringgit atau 0.4% menjadi 3,602 ringgit ($896.02) per ton, karena kenaikan data ekspor.
  • Harga minyak sawit Maret pada hari Rabu tanggal 30 Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 86 ringgit (2.45%) menjadi 3,588 ringgit ($885.93)
  • Harga minyak sawit Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Selasa tanggal 29 Desember turun  39 ringgit atau 1.10% menjadi 3,502 ringgit ($864.69) per ton .
  • Harga minyak sawit Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Senin tanggal 28 Desember naik 7 ringgit atau 0.2% menjadi 3,557 ringgit ($880.88) per ton
  • Harga minyak sawit Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada Kamis tanggal 24 Desember 2020 naik 34 ringgit atau 1% menjadi 3,569 ringgit ($879.28) per ton

Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit naik  pada minggu ini:

  • Ekspor Malaysia dari 1 – 25 Desember naik 14.4% menjadi 1,290,257 ton dari 1,127,495 ton yang dikirim selama 1 -25 November menurut cargo surveyor Societe Generale de Surveillance pada hari Kamis.
  • Harga kedelai dan harga minyak kedelai di CBOT (Chicago Board of Trading) pada 31 Desember naik ke harga tertinggi 6 ½ tahun karena cuaca kering di Amerika Selatan mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai dan berakibat panen kedelai berkurang.
  • Perkiraan impor minyak sawit oleh Cina pada tahun 2021 menjadi 6.4 juta ton dari 6.2 juta ton di 2020, menurut MPOC.
  • Indonesia mengumumkan akan melanjutkan rencana semula untuk mengalokasikan 9.2 juta kl biodiesel tahun depan, pernyataan ini dikeluarkan seminggu setelah dikeluarkan pengumuman akan mengurangi alokasi untuk menggunakan biodiesel karena pandemi covid. Indonesia menggunakan B30, bahan bakar dengan 30% adalah minyak sawit.
  • Pasar menantikan produksi dan ekspor  minyak sawit dari 1 -31 Desember dari MPOB dan diperkirakan persediaan akhir akan turun 1.4 juta ton.

Faktor yang menggerakan harga minyak sawit turun pada minggu ini :

  • Menguatnya kurs ringgit yang naik 0.4% dari USD, membuat harga minyak sawit menjadi mahal bagi pembeli di luar Malaysia, sehingga dapat mengurangi ekspor pada hari Kamis 31 Desember.
  • Pada hari Rabu AS melarang impor minyak sawit Malaysia melalui Sime Darby Plantation karena tuduhan kerja paksa terhadap para pekerja di pabrik minyak sawit.
  • Turunnya harga kedelai di CBOT (Chicago Board of Trade) pada hari Selasa, karena perundingan antara serikat pekerja dengan asosiasi pabrik kedelai di Argentina untuk mengakhiri pemogokan selama 20 hari.
  • Berita bahwa Malaysia akan menaikkan pajak ekspor pada bulan Januari membuat kenaikan harga tidak berlanjut, pajak ekspor untuk CPO naik 8% dari 6.5% pada bulan Desember menurut the Malaysian Palm Oil Board (MPOB).

Perkiraan pergerakan harga minyak sawit di tahun 2021:

  • Harga minyak sawit masih bisa melanjutkan kenaikan harganya karena persediaan yang menurun dan produksi yang menurun di Malaysia dan Indonesia
  • Kenaikan harga akan terhambat dengan berkurangnya ekspor karena pajak ekspor yang dinaikkan di Malaysia dan juga kenaikan dari biaya restribusi di Indonesia.
  • Dengan harga yang tinggi dari minyak sawit dibanding minyak nabati saingannya maka para importir minyak sawit dapat beralih ke minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai atau minyak bunga matahari, sehingga dapat menghambat ekspor, dan menurunkan harga minyak sawit.
  • Permintaan dalam negeri bisa saja meningkat apabila pandemi covid-19 sudah berlalu dan pemberian vaksin membuat rakyat bisa bergerak sehingga kendaraan bergerak lagi membuat permintaan biodiesel akan meningkat.
  • Faktor cuaca dapat merusak tanaman sawit cuaca La Nina menyebabkan hujan yang deras dan terjadinya banjir semakin mengurangi produksi.

Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 3, 211 ringgit dan berikut ke 2,973 ringgit sedangkan resistant pertama di 3,657 ringgit dan berikut ke 3,865 ringgit.

Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting

Editor : Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here