Harga Minyak Sawit Masih Turun Pada Hari Senin, Review Harga Mingguan

638

(Vibiznews – Commodity) Pada penutupan pasar hari Senin harga minyak sawit masih melanjutkan penurunnya setelah Indonesia mengumumkan akan menurunkan biaya restribusi dan India menunda penurunan pajak import.

Harga minyak sawit September turun pada hari Senin di Bursa Malaysia Derivatives Exchange 32 ringgit, atau 0.93% menjadi 3,392 ringgit ($818.34 ) per ton.

Pada seminggu lalu harganya turun 6.5% karena India menunda proposal untuk mengurangi pajak impor dari minyak kedelai.

Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, akan menurunkan biaya restribusi menjadi tertinggi $175 per ton segera, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dibandingkan $255 per ton pada saat sekarang.

Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.

Ekspor Malaysia dari tanggal 1 – 20 Juni turun 1.8% menjadi 937,135 ton turun dari bulan Mei menurun AmSpec Agri Malaysia, sedangkan Intertek Testing Services mengatakan bahwa ekspor Malaysia turun 0.8%.

Pergerakan harga minyak sawit minggu tiga di bulan Juni dari tanggal 14 Juni – 18 Juni 2021, terlihat penurunan yang terus terjadi dari harga minyak kedelai dan juga penurunan ekspor membuat harga minyak sawit sempat mencapai harga terendah 4 bulannya.

Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ini :

  • Harga minyak sawit September pada hari Jumat 18 Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 38 ringgit atau 1.1% menjadi 3,415 ringgit ($825.48) per ton setelah turun sebesar 3% menjadi 3,251 ringgit pada sesi siang.

  • Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Kamis 17 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 34 ringgit atau 1% menjadi 3,370 ringgit ($814.40) per ton setelah India merencanakan menurunkan pajak impor.

  • Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Rabu 16 Juni 2021 turun 4.1% menjadi 3,398 ringgit per ton.

  • Harga minyak sawit Agustus pada penutupan pasar hari Selasa 15 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 6.2% menjadi 3,583 ringgit ($870.72) perton, naik dari harga terendah 4 bulan pada hari Senin.

  • Harga minyak sawit Agustus pada hari Senin 14 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 285 ringgit atau 7.8% menjadi 3,378 ringgit ($821.30) per ton harga terendah sejak 5 Februari.

Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit naik pada minggu ini:

I. Pada seminggu ini kekhawatiran kekurangan pekerja yang bisa menggerakan naiknya harga:

Harga minyak sawit diharapkan akan naik karena produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan akan turun dan kekurangan pekerja akibat lockdown selama pandemi covid di Malaysia.

Pandemi covid -19 yang berlangsung di Malaysia membuat berkurangnya pekerja di ladang sawit di Malaysia sehingga mengurangi produksi dari minyak sawit.

Di Malaysia sudah melewati dua minggu pertama lockdown sejak 2 Juni dan lockdown tersebut akan diperpanjang sampai akhir Juni, dimana industri yang tidak penting akan ditutup, sehingga penerimaan pekerja asing ditunda karena pandemi covid gelombang ke tiga ini.

Hal ini membuat perkebunan sawit kekurangan tenaga kerja sehingga produksi bisa berkurang antara 20 – 30% dari 40% area perkebunan sawit menurut Chief the Malaysian Palm Oil Association. Produksi berkurang terutama untuk perkebunan sawit yang kecil.

Produksi tahun ini diperkirakan berkurang terutama pada tahun dimana panen dimulai sejak Juli dan seterusnya sehingga pada semester kedua perkiraan produksi sawit akan berkurang melanjutkan penurunan dari semester satu dimana produksi Januari – Mei lebih kecil 6 % dari tahun lalu.

Para pekerja diperkebunan sawit Malaysia 70% adalah pekerja asing.

Produksi sawit Malaysia diperkirakan turun menjadi 19 juta ton tahun ini, dibawah tahun 2020 sebesar 19.14 juta ton, sebelum pandemi produksi bisa mencapai 40 juta ton.

Padahal pemerintah Malaysia sudah menyetujui penggunaan 32,000 pekerja asing namun hal ini tidak bisa dilakukan karena pandemi covid-19.

Kerugian yang terjadi bagi petani sebesar 1 milyar ringgit (USD243 juta) perbulan pada tahun lalu karena kurangnya produksi, pada tahun ini diperkirakan bisa kekurangan 1.2 – 1.5 milyar ringgit per bulan karena naiknya harga minyak sawit dan kekurangan pekerja.

  1. Turunnya pajak 

  • India, negara importir minyak nabati terbesar di dunia menurunkan pajak impor untuk semua minyak nabati setelah harga minyak goreng mencapai rekor tertingginya pada bulan lalu.

    • Penurunan pajak membuat harga minyak nabati lokal turun dan meningkatkan permintaan, sehingga juga membuat harga minyak sawit naik juga minyak kedelai dan minyak bunga matahari.

    • Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, akan menurunkan biaya restribusi menjadi tertinggi $175 per ton segera, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dibandingkan $255 per ton pada saat sekarang.

    • Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.

Faktor penggerak penurunan harga minyak sawit

  • India berencana untuk menurunkan harga dasar minyak sawit sebesar $1,136 per ton turun dari $1,222 per ton. India menggunakan harga dasar impor untuk menghitung pajak impor yang dibebankan kepada importir, namun penurunan ini masih ditunda.

  • Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 3.4% harga terendah selama 4 bulan, setelah pemerintah AS mendapat tekanan dari serikat buruh untuk membuka kembali kilang minyak di AS, sehingga mengganggu pengunaan dari biodiesel
  • Ekspor Indonesia turun 18% di bulan April dari bulan sebelumnya karena permintaan minyak nabati global berkurang.

  • Program penggunaan biodiesel B20 di Malaysia implementasinya ditunda sampai akhir tahun 2022.

  • Sementara di Indonesia negara produsen minyak sawit terbesar di dunia PT Astra Agro Lestari, perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia produksinya naik 2 juta ton mencapai 53.6 juta ton di 2021 dengan ada peningkatan hasil karena panen yang meningkat di Bulan September – Nopember.

  • Persediaan minyak sawit Malaysia di bulan Mei naik 6.3% pada bulan ini tertinggi 8 bulan menjadi 1.64 Juta ton, produksi naik. Produksi minyak sawit Malaysia, negara produsen terbesar ke dunia di dunia naik 3.4% menjadi 1.58 juta ton, sementara ekspor naik 0.9% menjadi 1.35 juta ton

  • Konsumsi biodiesel Indonesia turun 8.2% pada empat bulan pertama 2021 dibanding tahun lalu pada periode yang sama, akibat berkurangnya pergerakan transportasi selama pandemi.

  • Program baru yang diberikan pemerintah Malaysia membuat produksi dapat sawit dapat meningkat lagi sehingga pemerintah memperkirakan target ekspor minyak sawit sebesar 75 milyar ringgit pada tahun ini karena program baru yang diberikan.

  • Program tambahan baru tersebut adalah memberikan 20 juta ringgit kepada 65 perusahaan perkebunan sawit yang sustainable (KPSM) dan tambahan 30 juta ringgit untuk mendorong investasi mesin-mesin dan otomatisasi penanaman minyak sawit.

  • Program ini untuk mendorong pembelian mesin dan mekanisasi di industri komoditas, pemerintah menginginkan KPSM terlibat didalam hal ini supaya dapat meningkatkan pendapatan.

  • Perkiraan pasar bahwa produksi pada bulan Juni, Juli sampai September akan meningkat.

  • Impor minyak sawit dari Uni Eropa di 2020/21 turun menjadi 4.61 juta ton dari 5.07 juta ton pada tahun lalu menurut European Commission pada hari Senin.

  • Uni Eropa pembeli terbesar ke tiga dari minyak sawit Malaysia mengimpor 4.23 juta ton di 2020/21 turun 4.55 juta ton dari tahun lalu, menurut European Commission.

  • Sementara data di Indonesia negara produsen minyak sawit terbesar di dunia persediaan pada bulan Februari sebesar 4.04 juta ton menurut Indonesian Palm Oil Association (GAPKI ) pada hari Jumat.

Kesimpulan :

Pada minggu minggu lalu faktor penurunan dari harga minyak sawit masih terus terjadi, karena penurunan harga dari minyak kedelai akibat turunnya permintaan global, harga komoditas semua turun, turunnya dolar AS, dorongan untuk membuka kembali tambang-tambang minyak tanah di AS.

Dari dalam negeri Malaysia sendiri faktor penurunan terjadi karena turunnya ekspor dari bulan lalu, penurunan ekspor ke India karena India belum pulih dan pajak impor India tidak jadi diturunkan.

Analisa tehnikal untuk minyak sawit support pertama di 3,250 ringgit dan berikut ke 3,200 ringgit sedangkan resistant pertama di 3,550 ringgit dan berikut ke 3,750 ringgit.

Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting

Editor : Asido.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here