(Vibiznews – Kolom) Data-data pasar modal selama pandemi tetap menunjukan pertumbuhan, pasar modal Indonesia tidak ambruk karena pandemi, malahan semakin terus meningkat. Posisi IHSG terus bergerak naik dari tingkat 5.979,07 bila dibandingkan 30 Desember 2020. Data tanggal 9 Juli, catatan OJK, IHSG telah naik 1,02% menjadi 6.039,84, dengan total kapitalisasi 20.188,53 juta, naik sebesar 70,16% dibandingkan 11.864,54 juta pada 30 Desember 2020.
Update Perkembangan Industri Pasar Modal Indonesia
Sumber: OJK
Total kapitalisasi pasar BEI juga naik 3,12% dari Rp 6.968,94 triliun pada 30 Desember 2020, mencapai Rp 7.186,16 triliun pada 9 Juli 2021. Nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia pada 9 Juli 2021 naik 44,69% dari Rp 9.221,01 miliar, mencapai Rp 13.342,20. Year to date, ada 84 emisi baru, di antaranya 23 IPO senilai Rp 6,45 triliun. Ditambah rights issue, obligasi, dan sebagainya, raihan dananya Rp 92,68 triliun. Catatan OJK juga sudah terdapat 23-25 emiten baru IPO hingga 9 Juli dengan penawaran umum hingga Rp 6,45 triliun.
Jumlah SID Investor per Juni 2021
Sumber : KSEI
Hingga Juni 2021, jumlah investor meningkat pesat, mencapai 5,6 meningkat dari tahun 2020 yang jumlahnya 3,88 juta. Single Investor Identification (SID) 2019 ke 2020 meningkat 56,45%, SID 2020 ke Juni ‘21 meningkat 44,24%.
Transformasi Teknologi
Sepuluh tahun terakhir terjadi juga lonjakan dalam inovasi teknologi digital. Alat komunikasi dari telepon, SMS, Blackberry Massanger sekarang menjadi Whatsapp, Telegram, Line dan lainnya. Meeting harus bertemu fisik, sekarang sudah tidak lagi, menjadi Meeting Virtual dengan Zoom, Google Meet, Cisco Webex, Microsoft Teams. Alat Pembayaran dari Tunai, Kartu Debit, Kartu Kredit, Internet Banking menjadi E Money (Brizzi, Flash, dst), E Wallet (Doku, Dana, Ovo, dst), Virtual Payment (Gopay, Shopeepay, dst).
Catatan Bank Indonesia pada bulan Maret 2021, volume transaksi e-commerce 548 juta dengan nominal transaksi Rp. 88 triliun. Peningkatan volume transaksi e-commerce secara Year on Year sebesar 99%. Peningkatan nominal transaksi e-commerce secara Year on Year sebesar 52%. Volume transaksi Digital Banking 1.493 juta dengan nilai nominal transaksi Rp. 8.233 triliun. Peningkatan volume transaksi digital banking secara Year on Year sebesar 28% dan Peningkatan nominal transaksi digital banking secara Year on Year sebesar 23%.
Sebuah studi baru dari Google Temasek menemukan bahwa ekonomi digital Indonesia siap menjadi yang terbesar di Asia Tenggara karena nilai pasarnya naik tiga kali lipat menjadi US$ 100 miliar pada tahun 2025 dari US$ 27 miliar pada tahun 2018, menjanjikan lebih banyak pekerjaan dan lebih banyak pilihan konsumen untuk generasi yang memahami teknologi. Negara-negara Asia Tenggara (South East Asia – SEA) seperti Malaysia, Filipina, Thailand berada di antara 10 negara teratas yang paling terlibat di internet seluler secara global.
Transformasi ini menempatkan perusahaan-perusahaan technology menjadi perusahaan yang diminati oleh para investor. Per 2 Juli 2021, terdapat 3 saham- saham perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, yang masuk menjadi Top Ten (10 Besar) dengan kapitalisasi pasar (market cap) di atas Rp100 triliun. BEI telah menerapkan klasifikasi IDX Industrial Classification (IDX-IC). Salah satu klasifikasinya adalah IDX Technology, dimana IDX Technology ini terus mencatatkan penguatan sebesar 860,98% secara year to date. Industri Teknologi mencakup perusahaan yang menjual Produk dan Jasa Teknologi, seperti Perusahan Jasa Internet yang bukan penyedia koneksi internet, Penyedia Jasa dan Konsultan TI, Perusahaan Pengembang Perangkat Lunak, Produsen Perangkat Jaringan, Perangkat Komputer, Perangkat dan Komponen Elektronik, dan Semikonduktor.
Tiga Perusahaan Big Tech Rencana Akan Melakukan IPO
Indonesia, adalah digital ekonomi terbesar dan paling cepat berkembang di kawasan Asia Tenggara dengan 49 persen CAGR. Telah menjadi rumah bagi 150 juta pengguna online di tahun 2018 dan menghasilkan US$ 27 miliar dalam gross merchandise value (GMV) yaitu nilai total barang dagangan yang dijual selama periode waktu tertentu melalui situs pertukaran pelanggan ke pelanggan. Ini adalah ukuran pertumbuhan bisnis, atau penggunaan situs untuk menjual barang dagangan milik orang lain. Ekonomi digital Indonesia akan bernilai US$ 100 miliar pada tahun 2025, menyumbang US$ 4 dari setiap US$ 10 yang dihabiskan di Indonesia.
OJK menyatakan akan ada tiga perusahaan rintisan (startup) di Indonesia berstatus unicorn dan decacorn yang berencana melakukan IPO. Ketiga perusahaan tersebut adalah Gojek-Tokopedia (GoTo), J&T Express, dan Traveloka. OJK menyebutkan total valuasi aset tiga startup tersebut di atas US$ 21,5 miliar atau sekitar Rp 311,75 triliun. Masing-masing perusahaan big tech ini memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Menurut data BEI, GoTo menjadi perusahaan rintisan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Tanah Air, yakni sekitar US$ 18 miliar atau setara Rp 261 triliun. Berikutnya, kapitalisasi pasar J&T Express senilai US$ 7,8 miliar atau Rp 113,1 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar Traveloka US$ 2,75 miliar atau setara Rp 39,87 triliun.
IPO big tech merupakan momentum penting bagi pasar modal Indonesia, sebab meningkatkan daya tarik bagi para investor asing. Diharapkan kondisi ini aka meningkatlan aliran dana yang masuk dan akan mendorong lebih kuat angka IHSG.
Dukungan OJK
OJK akan terus mendorong agar perusahaan startup tersebut dapat segera melakukan IPO di Indonesia. OJK menyadari masih banyak infrasturktur pendukung yang perlu dipersiapkan, baik dari sisi regulasi, kebijakan, dan sistem pendukung. Beberapa regulasi yang perlu disempurnakan antara lain seperti persyaratan IPO yang harus mencatatkan laba dan penerapan Dual – Class of Share dengan multiple voting shares (MVS). Dengan tetap mengedepankan kaidah perlindungan investor Pasar Modal.
Investor Milenial
Investor Milenial yang sekarang merupakan bagian terbesar pada pasar modal tentu sangat antusias untuk dapat berinvestasi di aplikasi seperti Bukalapak, Tokopedia, Gojek, dan OVO yang mereka gunakan setiap hari. Mereka tumbuh bersama startup seperti Traveloka, Bukalapak, Tokopedia, dan Gojek. Sebagai pengguna awal layanan para millenial merasa berkontribusi pada kesuksesan mereka. Karena itu, bisa dipastikan millenial juga ingin bisa menjadi investor.
Investor Milenial dan Generasi Z sebagai pendorong pertumbuhan Investor Domestik Ritel
Sumber: IDX
IPO big tech akan membuat bursa Indonesia akan kebanjiran dana asing yang selama ini posisinya adalah net foreign outflow. Investor asing selama ini banyak memasukan dana ke perusahaan teknologi sebelum mereka go public. Sekarang ini semua investor baik asing maupun lokal menantikan IPO big tech, itulah sebabnya akan mendorong aliran dana asing masuk dan mengubah bursa menjadi net foreign inflow.
Indonesia sangat bangga dengan unicorn dan decacorn Indonesia. Melihat mereka go public tahun ini merupakan bentuk kebanggaan nasional bagi kita sebagai orang Indonesia. Sangat senang melihat unicorn dan decacorn lokal Indonesia kini akan berdiri di level yang sama dengan Google, Tesla, dan perusahaan ikonik lainnya.