(Vibiznews – Commodity) – Pergerakan harga minyak sawit pada bulan Agustus diakhiri dengan penurunan tajam sampai awal bulan harga minyak sawit turun kemudian berbalik naik kembali pada tanggal 2 dan 3 September.
Harga minyak sawit Nopember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari Jumat 3 September naik 1.6% menjadi 4,350 ringgit ($1,049.71) per ton.
Perkiraan untuk laporan bulanan Persediaan dan Permintaan the Malaysian Palm Oil Board untuk Agustus yang akan diumumkan tanggal 10 September 2021:
Persediaan minyak sawit naik 16.% dariv bulan Juli menjadi 1.74 juta ton tertinggi sejak Juni tahun lalu menurut perkiraan dari 10 petani, pedagang dan analis yang dikumpulkan untuk survey Reuters.
Produksi minyak sawit di Malaysia naik 11.2% menjadi 1.7 juta ton, tertinggi selama 10 bulan.
Produksi pada September dan Oktober besar karena musim panen dan diikuti dengan cuaca yang baik.
Ekspor minyak sawit Malaysia turun untuk bulan kedua turun 12.3% menjadi 1.24 juta ton, ekspor turun karena pajak ekspor minyak sawit Indonesia rendah sehingga pembeli lebih membeli minyak sawit dari Indonesia.
Indonesia menaikkan pajak ekspor untuk CPO pada bulan September dari $93 per ton ke harga $166 per ton.
India menurunkan pajak impor untuk minyak kedelai dan minyak bunga matahari selama 3 bulan ini dan akan berakhir 30 September, diperkirakan setelah itu India dapat lagi membeli minyak sawit.
Pergerakan harga minyak sawit di bulan Agustus
Pergerakan harga minyak sawit di Bulan Agustus, harga minyak sawit bertahan diatas 4,000 ringgit pada bulan Agustus.
Harga terendah di bulan Agustus terjadi pada tanggal 2 Agustus harga terendah Harga minyak sawit Oktober pada hari Senin 2 Agustus turun 185 ringgit atau 4.23 % menjadi 4,184 ringgit ($990.53) per ton pada pertengahan pasar mencapai harga terendah sejak 23 Juli.
Harga mengalami kenaikan di Bulan Agustus setelah Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari The Malaysian Palm Oil Board (MPOB) mengatakan persediaan pada akhir Juli turun ke jumlah terendah 4 bulan .Harga minyak sawit Oktober mencapai harga tertinggi di harga 4,511 ringgit ($1,064.92) per ton, rekor tertinggi pada 13 Agustus 2021
Harga minyak sawit Nopember pada penutupan pasar hari Rabu 18 Agustus 2021 turun 105 ringgit atau 2.38% menjadi 4,303 ringgit ($1,015.82) per ton setelah naik mencapai rekor pada minggu lalu.
Harga minyak sawit Nopember pada hari Selasa 17 Agustus 2021 turun 84 ringgit (1.9%) menjadi 4,363 ringgit ($1,029.98) per ton
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu terakhir Agustus:
- Harga minyak sawit Nopember pada hari Senin 30 Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 79 ringgit atau 1.8% menjadi 4,254 ringgit ($ 1,023.83 ) per ton.
- Harga minyak sawit Nopember pada hari Jumat 27 Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 63 ringgit atau 1.43% menjadi 4,329 ringgit ($1,033.67 ) per ton
- Harga minyak sawit Nopember pada hari Kamis 26 Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 26 ringgit atau 0.6% menjadi 4,390 ringgit ($1,046.98) per ton tertinggi sejak 17 Agustus.
- Harga minyak sawit Nopember pada hari Rabu 25 Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 62 ringgit atau 1.44% menjadi 4,365 ringgit ($1,038.79) per ton. Harga minyak sawit naik tiga kali dari 4 hari berturut-turut.
- Harga minyak sawit Nopember pada penutupan pasar hari Selasa 24 Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 16 ringgit atau 0.37% menjadi 4,300 ringgit ($1,017.27) per tin.
- Harga minyak sawit Nopember pada penutupan pasar hari Senin 23 Agustus 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 58 ringgit atau 1.36% menjadi 4,323 ringgit ($1,023.44) per ton setelah turun 2.4 % di sesi pagi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak sawit pada bulan Agustus :
Penurunan harga minyak sawit terjadi karena tekanan pada pasar global :
- Peningkatan penularan covid varian Delta di beberapa negara di dunia, di AS, negara-negara Asia lainnya, sehingga lockdown terjadi, perekonomian kembali turun, pergerakan berkurang membuat permintaan minyak mentah berkurang sehingga harga minyak mentah turun, membuat biodiesel berbahan sawit menjadi kurang menarik harganya turun. Harga minyak mentah turun ke harga terendah 3 bulan, turun ke harga terendah satu minggu sebesar 6% akibat lockdown di berbagai negara karena rendahnya rate vaksin sehingga sulit menangkal kasus virus covid Delta. Akibat lockdown pergerakan berkurang menyebabkan permintaan akan bensin dan bahan bakar berkurang.
- Saham Asia melanjutkan penurunan dari 2021 penurunan terendah pada pagi hari, sedangkan kurs dolar AS menguat ke kurs tertinggi 9 bulan.
- Menguatnya kurs USD membuat kurs ringgit melemah sehingga harga komoditas minyak sawit menjadi murah.
- The US Enviromental Protection Agency ( EPA) memperkirakan bahwa Gedung Putih akan menurunkan mandat dari penggunaan biofuel di tahun 2021 menjadi dibawah penggunaan 2020. Namun EPA juga membuat rekomendasi yang terpisah untuk meningkatkan mandat dari penggunaan biofuel untuk 2022 di atas penggunaan dua tahun terakhir.
- Tekanan pada harga kedelai di AS, dimana cuaca di ladang kedelai di AS sudah mengalami turunnya hujan sehingga tidak kering lagi dan harga kedelai mengalami penurunan selama 10 hari terakhir membuat harga minyak kedelai turun dan harga minyak sawit juga mengalami penurunan.
Kesimpulan :
Para pedagang menantikan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari the Malaysian Palm Oil Board pada tanggal 10 September 2021, kecendrungan harga minyak sawit bisa turun karena kenaikan produksi dan turunnya ekspor sehingga persediaan minyak sawit bisa naik.
Turunnya harga minyak kedelai di AS karena cuaca yang membaik di AS juga membuat harga minyak sawit masih akan turun.
Namun harapan kenaikan harga terjadi dari kenaikan pajak ekspor CPO dari Indonesia di Bulan September sehingga mengakibatkan pembeli akan membeli minyak sawit dari Malaysia.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 4,160 ringgit kemudian ke 3970 ringgit sedangkan resistant pertama di 4,400 ringgi berikut ke 4,430 ringgit
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido