Review Triwulan I Pergerakan Harga Minyak Sawit

603

(Vibiznews – Commodity) – Review Harga minyak sawit 3 bulan pertama 2022, pada awal Januari 2022 harga minyak sawit sudah berada pada harga yang tinggi, karena pandemi covid sudah berlangsung dari tahun 2019 di Cina, dan sudah mengalami 3 periode awalnya virus covid varian Wuhan, lalu virus covid varian Delta pada Juli 2022 puncaknya, dan pada awal Januari mulai virus covid varian Omicron, namun pandemi covid yang sudah menurun penularannya dan beberapa negara Eropa sudah menjadikannya endemi.

Pandemi covid menyebabkan lockdown terjadi di Malaysia dan Indonesia, 2 produsen minyak sawit terbesar di dunia, Malaysia kekurangan tenaga kerja asing yang bekerja diperkebunan Malaysia, sehingga produksinya berkurang.

Pada 2 bulan pertama pergerakan harga minyak sawit masih bergerak seperti pada 2 tahun sebelumnya tetapi Setelah itu pergerakan harga minyak sawit mengalami perubahan karena invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, harga minyak sawit mengikuti melonjaknya harga minyak mentah dan mengikuti melonjaknya harga gandum dan minyak bunga matahari karena Rusia dan Ukraina adalah produsen dari komoditas tersebut.

Harga minyak sawit terendah di awal pandemi covid 19 Maret 2020 di 2,078 ringgit setelah 2 tahun sampai sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada 23 Maret di 2022 tertinggi di 5,982 ringgit artinya dalam dua tahun mengalami kenaikan 187.87%.

Harga minyak sawit mengalami lonjakan yang sangat tinggi karena pandemi covid menyebabkan terjadi lockdown di Malaysia, para pekerja asing di perkebunan tidak ada dan produksi turun dan persediaan juga turun. Langkanya persediaan minyak sawit membuat harganya meningkat.

Kami akan membahas satu persatu faktor penggerak harga minyak sawit pada 3 bulan pertama di tahun 2022 dimulai dari awal Januari sampai Akhir Maret 2022

Pada awal Januari 2022 cuaca ekstrem berlangsung sehingga terjadi banjir di daerah perkebunan sawit di Malaysia sehingga produksi tidak bisa meningkat dan ditambah para pekerja di perkebunan juga belum ada.

Harga minyak sawit sudah mengalami kenaikan dari harga 4,697 ringgit di 31 Desember 2021, sampai ke harga tertinggi 5,982 ringgit di 23 Februari 2022, naik 27.36 % sebelum terjadinya invasi Rusia ke Ukraina

Pengerakan harga di Januari dan Februari :

  • Kenaikan harga terjadi karena menurunnya produksi di bulan Januari 2022 dan bulan Februari 2022 dari bulan sebelumnya.
  • Persediaan juga turun di bulan Januari dan bulan Februari dari bulan sebelumnya

  • Menurunnya produksi karena pekerja di Ladang Perkebunan Kelapa sawit Malaysia sedikit akibat pandemi covid 18.
  • Cuaca ekstrem di awal tahun cuaca La Nina, yang berakhir pada bulan Februari akibatnya banjir berlangsung pada akhir Desember dan Januari akibat curah hujan tinggi.

Grafik Harga Minyak Sawit Setelah Invasi Rusia ke Ukraina

24 Februari sampai akhir Maret 2022

Pergerakan harga minyak sawit setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tanggal 24 Februari terjadi lonjakan yang tinggi kembali sampai ke harga yang belum pernah dicapai sebelumnya .

Pergerakan harga minyak sawit ini dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah, kenaikan dari komoditas global, kenaikan harga minyak nabati lainnya sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Faktor- faktor yang membuat harga minyak sawit melonjak dengan kenaikan harian tertinggi selama 13 tahun setelah invasi Rusia ke Ukraina

Harga minyak sawit pada saat sebelum invasi 23 Maret di 2022 di 5,982 ringgit. Harga tertinggi setelah invasi pada 9 Maret di 7,074 ringgit sehingga kenaikan sejak 24 Februari invasi Rusia ke Ukraina 18.25% dalam 2 minggu kenaikan yang sangat tinggi.

Harga minyak sawit pada hari Rabu 9 Maret naik 10% menjadi 7,060 ringgit($1,686.98) per ton.

Harga sempat mencapai trading limit naik 13.2% di 7,268 ringgit setelah limit trading dinaikkan.

Penyebab kenaikan harga pada 9 Maret :

Pada tanggal 9 Maret pada saat penetapan sangsi ke Rusia, AS tidak lagi membeli minyak mentah dan gas dari Rusia dan diikuti beberapa negara Eropa.

Indonesia menaikkan Domestic Market Obligation (DMO) dari 20% menjadi 30% dimulai pada hari Kamis 10 Maret. Dengan adanya ketentuan DMO yang lebih besar maka ekspor Indonesia berkurang mengakibatkan Malaysia berharap ekspor akan beralih ke Malaysia sehingga harga minyak sawit naik.

Berikutnya Faktor – Faktor Pergerakan Harga Selama invasi sampai 31 Maret

1.Harga minyak sawit naik karena diperkirakan adanya prospek peningkatan ekspor setelah route pengiriman di Laut Hitam ditutup.

Harga minyak sawit menjadi termahal diantara minyak nabati lainnya setelah para pembeli minyak bunga matahari mencari pergantian ke minyak nabati lain yang lebih aman karena pengiriman minyak bunga matahari dari produsen terbesar di Laut Hitam tidak dapat dikirim.

Daerah Laut Hitam merupakan penghasil 60% dari minyak bunga matahari dan 76% nya di ekspor.

2.Harga komoditas global meningkat karena menguatnya harga minyak mentah, harga biji-bijian , minyak nabati dan harga logam mulia setelah Negara Barat memberikan sangsi kepada Rusia dengan memblokir bank Rusia dari sistem pembayaran global. Ekspor semua komoditas Rusia dari minyak dan logam hingga biji-bijian akan sangat terganggu oleh sanksi Barat, memberikan pukulan bagi ekonomi Rusia dan merugikan Barat dengan lonjakan harga dan inflasi, kata para pedagang dan analis.

Harga minyak sawit naik karena pengaruh kenaikan harga minyak mentah naik 11% pada hari Selasa 8 Maret 2022 ke harga diatas $100 per barel, harga tertinggi sejak Rusia invasi ke Crimea pada Maret tahun 2014

Dengan meningkatnya harga minyak mentah maka permintaan akan biodiesel yang berbahan baku minyak sawit akan meningkat.

3,Persediaan minyak sawit sendiri sedang mengalami penurunan karena produksi berkurang dan perkiraan permintaan akan naik pada bulan Ramadan.

4.Persaingan diantara sesama minyak nabati terjadi ketika harga minyak kedelai meningkat maka harga minyak sawit juga meningkat. Faktor kenaikan harga minyak kedelai karena produksi kedelai di Amerika Selatan turun karena kekeringan.

Setelah tanggal 9 Maret maka harga minyak sawit mulai mengalami penurunan :

Harga minyak sawit kembali berada di harga 5,000 an ringgit, penurunan terjadi karena :

Harga minyak sawit Juni pada hari Jumat 18 Maret di bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 304 ringgit atau 5.12% menjadi 5,632 ringgit ($1,343.83) per ton.

Pada dari tanggal 14 Maret sampai 18 Maret ini harga minyak sawit turun 16% setelah mengalami kenaikan 3 minggu penurunan ini menghapuskan kenaikan dari 3 minggu setelah Rusia menyerbu Ukraina, penurunan mingguan terbesar sejak 28 Februari 1986,

Harga minyak sawit Juni pada hari Kamis 17 Maret 2022 turun 127 ringgit atau 2.09% atau 5,940 ringgit ($1,416.48) per ton.

Penyebab penurunan harga minyak sawit:

  • Produsen utama Indonesia menghapus pembatasan volume ekspor produk minyak sawit dan menaikkan harga referensi untuk pajak ekspor dan biaya restribusi sebagai gantinya, Menurut Menteri Perdagangan Indonesia kebijakan kejutan U-turn hanya seminggu setelah mengejutkan pasar dengan pengetatan ekspor ditingkatkan.
  • Plafon pajak dan retribusi ekspor kelapa sawit akan dinaikkan dari gabungan maksimum $375 per ton menjadi $675 per ton. Pajak minyak sawit mentah maksimum akan diterapkan ketika harga mencapai $ 1.500 per ton, kata Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.
  • Harga minyak sawit volatile lebih mengikuti harga minyak mentah dan harga minyak kedelai sampai pada akhir Maret terjadi penurunan lagi
  • Pada minggu terakhir bulan Maret harga minyak mentah menurun karena pengharapan akan adanya perdamaian antara Rusia dan Ukraina setelah pertemuan di Turki
  • Amerika melepaskan persediaan Minyak mentahnya satu juta barel per hari selama 6 bulan, sehingga harga mnyak mentah mengalami penurunan $5.50 selama 15 menit pda hari Selasa 29 Maret 2022 pada minggu ini harga minyak mentah turun $13 sehingga di bawah $100 pada penutupan pasar hari Jumat. Penurunan harga minyak mentah membuat harga minyak sawit juga turun mengalami penurunan.

Harga minyak sawit Malaysia turun pada penutupan pasar hari Rabu 30 Maret 2022 turun  menjadi harga terendah di bulan Maret, karena tanda bahwa ada perjanjian damai Rusia Ukraina sehingga berakhirnya konflik sehingga membuat persediaan komoditas kembali naik termasuk minyak nabati

Harga minyak sawit Juni di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 93 ringgit atau 1.54% menjadi 5,927 ringgit ($1,410.18) per ton.

Harga minyak mentah dan minyak kedelai turun karena Rusia menjanjikan untuk mengurangi serangan terhadap Kyiv dan kota yang lain, tetapi Ukraina dan negara Eropa tidak percaya akan hal ini karena Rusia pasti akan menyerang negara bagian lainnya.

Kebijakan yang terjadi di Indonesia:

  • Produsen minyak sawit terbesar Indonesia menetapkan harga referensi untuk April sebesar $1,787.50 naik dari $1,432.24 pada bulan Maret.
  • Pendapatan dari biaya restribusi Indonesia di 2022 diperkirakan 68.18 trilyun rupiah ($4.76 milyar) turun dari 71.6 trilyun rupiah menurut Ketua Gapki.
  • Subsidi untuk biodiesel di Indonesia sebesar 57.92 trilyun rupiah pada tahun ini dan 8.25 trilyun rupiah untuk subsidi minyak goreng yang dipakai untuk mengatur supaya inflasi makanan tidak tinggi.

Kebijakan impor India:

India membuat perjanjian pembelian 45,000 ton minyak bunga matahari dari Rusa dengan harga pengiriman yang tinggi di Bulan April dimana harga minyak nabati di India naik setelah Ukraina menghentikan pengiriman minyak bunga matahari setelah invasi Rusia ke Ukraina. Minyak bunga matahari dari Rusia dapat membantu importir minyak nabati terbesar di dunia dalam mengurangi kekurangan pada saat ketersediaan minyak nabati menipis karena keputusan Indonesia untuk membatasi pasokan minyak sawit dan menurunkan tanaman kedelai di Amerika Selatan.

Harga minyak sawit turun lebih dari 3% pada hari Kamis 31 Maret dan mengakhiri bulan Maret ini dengan harga bulanan turun untuk pertama kalinya pada tahun ini.

Untuk bulan Maret harga minyak sawit turun 9.3% penurunan terbesar sejak April 2020.

Harga minyak mentah turun $5 karena Biden mengeluarkan persediaan minyak mentah 1 juta barel per hari dari persediaan untuk beberapa bulan ke depan dengan tujuan menurunkan harga minyak mentah.

Melemahnya harga minyak mentah membuat minyak sawit yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti dalam biodiesel berkurang, sehingga persediaannya meningkat.

Pembeli minyak nabati terbesar India melakukan pembatasan persediaan dari minyak nabati dan minyak biji-bijian dalam 6 bulan sampai 31 Desember 2022, untuk mencegah kenaikan harga yang tinggi.

Rusia juga melarang untuk ekspor minyak bunga matahari sejak hari Jumat 1 April dan membatasi kuota ekspor sebesar 1.5 juta ton dari minyak bunga matahari dari 15 April sampai 31 Agustus, menurut Kementerian Pertanian.

Kesimpulan :

  • Harga minyak sawit sudah naik tinggi pada masa pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung 2 tahun karena kekurangan pekerja akibatnya produksi menurun.
  • Selanjutnya harga minyak sawit naik terus pada awal invasi Rusia ke Ukraina mengikuti kenaikan dari minyak mentah, karena biodiesel yang berbahan baku minyak sawit dapat dipakai untuk menjadi bahan bakar pengganti bensin.
  • Harga minyak sawit turun masih di sekitar harga 5,000 ringgit karena mengikuti turunnya harga minyak mentah dan harga minyak kedelai.
  • Pasar menantikan Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari the Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada hari Senin 11 April
  • Pada awal April dari tanggal 4 – 8 April harga minyak sawit kembali naik, namun turun lagi di akhir minggu, harga masih dibawah 6,000 ringgit untuk Review Harga di bulan April, akan ada artikel lebih lanjut.
  • Perkembangan harga minyak sawit masih dibawah 6,000 ringgit, harga minyak sawit bisa saja tidak akan mencapai rekor tertinggi baru lagi karena sudah ada kesepakatan untuk pengaturan harga ekspor yang tidak bersaing antara Indonesia dan Malaysia, berita ini membuat harga minyak sawit turun.
  • Para importir belum melakukan impor, bahkan belum aktif seperti Cina karena masalah lockdown di beberapa kota akibat penularan covid 19 yang semakin meningkat, India masih mencari alternatif pembelian minyak nabati yang lebih murah lagi karena tingginya harga minyak sawit sementara minyak bunga matahari tidak tersedia karena invasi Rusia ke Ukraina membuat ekspor minyak bunga matahari Ukraina terhenti.

Harga minyak sawit pada penutupan pasar hari Kamis 7 April 2022 Di Bursa Malaysia Derivative Exchange turun 89 ringgit atau 1.51% menjadi 5,823 ringgit ($1,381.00) per ton

Analisa tehnikal untuk minyak sawit dengan support pertama di 5,750 ringgit berikut ke 5,480 ringgit sedangkan resistant pertama 5,950 ringgit berikut 6,170 ringgit.

Pergerakan harga minyak sawit pada minggu pertama bulan April akan dilaporkan pada minggu depan setelah Laporan Bulanan Persediaan dan Permintaan dari the Malaysian Palm Oil Board (MPOB ) pada 11 April 2022.

Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting