Rekomendasi Emas Mingguan 25 – 29 April 2022: Kemana Arah Emas Dilihat dari Pola Pergerakan Harga Terakhir?

1681

(Vibiznews – Commodity) Setelah menyentuh $2,000 per ons pada permulaan minggu lalu, emas tumbang, jatuh lebih dari $70 karena naiknya dollar AS bersamaan dengan yields treasury AS. Namun dilihat dari pola pergerakan harga emas terbaru, kelihatannya ada signal bullish yang tidak dapat disangkali.

Setelah naik dari $1,946 ke $1,974 pada 2 minggu lalu, pada minggu lalu harga emas semula meneruskan kenaikannya pada awal perdagangan minggu yang baru dan sempat hampir menyentuh $2,000 di $1,998 pada hari Senin. Namun pada hari – hari selanjutnya pada minggu lalu, harga emas terus mengalami penurunan yang tajam dan akhirnya menyentuh $1,931 pada hari Jumat malam.

Harga emas naik solid dan menyentuh ketinggian 5 minggu pada awal perdagangan sesi AS hari Senin karena permintaan safe-haven dan pembelian dari para trader berjangka yang berdasarkan analisa grafik. Harga emas berjangka bahkan sempat naik hampir menyentuh $2,000 ke $1,998 per troy ons, sebelum akhirnya terkoreksi normal ke $1,984.

Keengganan terhadap resiko tetap tinggi di tengah perang Rusia – Ukraina yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir segera dan juga di tengah kenaikan kasus Covid yang baru di Cina yang mengakibatkan diberlakukannya lockdown di kota-kota utama di Cina.

Harga emas mulai berbalik turun pada awal perdagangan sesi AS hari Selasa. Setelah naik ke ketinggian selama 5 minggu pada hari Senin, harga emas mengalami tekanan jual secara tehnikal yang merupakan koreksi harga secara normal setelah mengalami kenaikan tajam baru-baru ini. Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $26.40 ke $1,952.30 per troy ons.

Harga emas turun pada awal perdagangan sesi AS hari Rabu, karena koreksi turun normal setelah mengalami keuntungan yang besar baru-baru ini. Rally indeks saham AS selama dua hari yang lalu juga menjadi elemen bearish bagi emas yang safe-haven. Namun melemahnya dollar AS membatasi penurunan harga emas dan membuat emas diperdagangkan di teritori positip. Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $1.30 ke $1,951.40 per troy ons

Harga emas turun pada awal perdagangan sesi AS hari Kamis, sebagian tertekan oleh rally di kebanyakan pasar saham global dalam perdagangan semalam dan sebagian karena aksi ambil untung dari para trader berjangka jangka pendek. Membaiknya postur grafik dari indeks saham AS pada minggu ini telah menarik sebagian uang keluar dari assets safe-haven emas. Emas berjangka kontrak bulan Juni turun $11.90 ke $1,940.80 per troy ons.

Pada hari Kamis malam, para trader mendapatkan retorika kebijakan moneter AS yang hawkish kembali dari kepala the Fed Jerome Powell yang menunjukkan bahwa the Fed sedang dalam jalur pengetatan yang agresif dalam rangka mengerem inflasi harga yang telah menjadi problematik.

Yields treasury AS segera naik dan saham-saham langsung jatuh setelah Powell di dalam pidatonya pada pertemuan IMF/World Bank pada hari Kamis sore mengulangi kecenderungan akan kenaikan tingkat bunga yang kuat pada bulan-bulan yang akan datang. Para trader dan investor sekarang memperkirakan kenaikan tingkat bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan FOMC  di bulan Mei dan Juni dan bahkan mungkin Juli. Sementara itu pasar memperhitungkan kenaikan tingkat bunga sebesar 25 basis poin dalam pengumuman tingkat bunga ECB pada bulan Juli dan September.

Harga emas tetap tertekan pada awal perdagangan sesi AS hari Jumat, tertekan oleh naiknya yields obligasi AS yang mendorong naik dollar AS dan selain itu tertekan karena turunnya harga minyak mentah. Pernyataan beberapa pejabat the Fed pada hari Kamis malam yang mengingatkan pasar akan hawkish-nya bank sentral AS ini juga menambah tekanan turun terhadap harga emas. Emas berjangka kontrak bulan Juni naik turun $9.40 ke $1,931.50 per troy ons.

Pada penutupan perdagangan hari Jumat minggu lalu, emas berjangka Comex kontrak bulan Juni diperdagangkan di $1,931.50, turun sekitar $70 dari ketinggian pada awal hari Senin minggu lalu.

Pola pergerakan harga emas seperti ini sudah cukup dominan beberapa bulan yang lalu.

Setiap kali emas menyentuh level resistance di atas, emas cenderung mengalami aksi jual yang berat. Dinamika yang serupa terjadi juga pada saat harga emas turun tajam ke level support-nya. Dengan minggu lalu harga emas telah turun signifikan, maka kemungkinan harga emas akan bangkit kembali, mengikuti pola pergerakan harga selama beberapa bulan sebelumnya.

Namun ada satu tanda yang sangat memberikan keyakinan pada saat ini yaitu emas bisa bertahan di atas $1,900 per ons bahkan pada saat yang sama dimana dollar AS dan yields obligasi AS mengalami kenaikan yang kuat secara persisten. Setiap kali yields obligasi naik, emas seharusnya menjadi kurang menarik. Fakta bahwa emas tetap menarik sekalipun yields obligasi pada minggu lalu mengalami kenaikan, merupakan pertanda yang bagus untuk naiknya harga emas selanjutnya.

Aksi jual yang terjadi atas saham belakangan ini juga diperkirakan akan bisa mendorong naik harga emas dengan semakin banyaknya investor yang mendiversifikasikan assets-nya. Investor mulai melihat bagaimana dampak kenaikan tingkat bunga yang agresif dari the Fed terhadap ekonomi.

Kepala Federal Reserve AS Jerome Powell memberikan pesan akan kenaikan tingkat bunga sebesar 0.5 poin sebanyak dua kali atau lebih pada bulan – bulan yang akan datang. Hal ini menambah tekanan turun terhadap harga emas pada akhir minggu lalu.

Namun sekali lagi, berita yang memberikan semangatnya adalah bahwa retorika dari the Fed yang hawkish ini bisa memberikan bank sentral AS untuk menjadi kurang agresif pada saat tiba pada pelaksanaannya nanti, ketika benar-benar akan menaikkan tingkat bunga dan mengurangi neraca.

Angka inflasi inti yang terbaru muncul sedikit di bawah daripada yang diperkirakan. Hal ini bisa membuat the Fed tidak bergerak se-agresif seperti yang diantisipasikan oleh orang-orang. Pasar sudah memperhitungkan dalam harga kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps pada bulan Mei. Ini sudah pasti. Dan mungkin juga kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps berikutnya setelah itu. Dan kemudian the Fed akan berhenti sejenak untuk melihat apakah inflasi mulai turun.

Dan bahkan sekalipun the Fed melakukan enam kali kenaikan bunga lagi, berdasarkan “the dot plot”, besarnya kenaikan tingkat bunga tersebut akan masih tetap kecil dibandingkan dengan ketinggian angka inflasi itu sendiri. Itulah sebabnya pasar mulai meragukan seberapa serius the Fed untuk menjadi benar – benar restriktif.

Dari data makro ekonomi yang harus diperhatikan minggu ini, salah satu rilis data kunci adalah data GDP AS kuartal pertama yang akan dipublikasikan pada hari Kamis. Konsensus pasar memperkirakan GDP AS kuartal pertama 2022 ini akan muncul di angka 1% setelah membukukan pertumbuhan GDP kuartal ke empat 2021 di 6.9%.

Meskipun demikian, melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh GDP AS kuartal pertama 2022 ini kemungkinan tidak akan mengurangi niat dari the Fed untuk menaikkan tingkat bunganya sebanyak 50 basis poin pada bulan Mei.

Pasar juga akan tertarik untuk mengamati data GDP kuartal pertama lebih detil untuk melihat apakah yang akan terjadi dengan PCE inti yang menjadi alat ukur inflasi yang dipilih oleh the Fed. Inflasi di AS sudah terlalu tinggi, itulah sebabnya mengapa the Fed akan menjadi lebih ketat dalam kebijakan moneternya, tidak perduli apapun lagi. Cara satu-satunya memerangi inflasi yang sudah bukan lagi transitory adalah dengan mengurangi aktifitas ekonomi dalam arti agregat demand .

Selain itu data makro ekonomi yang akan keluar minggu ini adalah U.S. durable goods orders, CB consumer confidence, new home sales pada hari Selasa. Pending home sales pada hari Rabu. Jobless claims mingguan pada hari Kamis, dan PCE price pada hari Jumat.

“Support” terdekat menunggu di $1,923 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,915 dan kemudian $1,900.

“Resistance” terdekat menunggu di $1,950 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,964 dan kemudian $1,980.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido