Rekomendasi Minyak Mingguan 2 – 6 Mei 2022: Kekuatiran Supply Kemungkinan Mengatasi Keprihatinan Demand

589
harga minyak

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu yang baru pada minggu lalu di harga $101.92, harga minyak mentah WTI sempat turun ke bawah $100.00 di level $96.50 pada hari Senin karena kekuatiran akan lockdown karena Covid – 19 yang berkepanjangan di Shanghai dan berlanjut dengan restriksi yang ketat di Beijing, ibukota Cina. Namun pada hari Selasa berhasil berbalik naik kembali ke $100.40 karena eskalasi yang terjadi dalam perang Rusia dengan Ukraina yang berpotensi meluas menjadi perang NATO dan AS melawan Rusia dan perang dunia ketiga yang bisa memakai senjata nuklir. Pada hari Kamis, harga minyak mentah WTI mulai beranjak naik ke sekitar $103.58. dan pada hari Jumat melanjutkan kenaikannya ke sekitar $105.88 dengan kekuatiran akan supply mengatasi keprihatinan akan demand.

Harga minyak mentah WTI mengalami rebound yang kuat pada minggu lalu umumnya karena kekuatiran akan kekurangan supply mengatasi keprihatinan mengenai berkurangnya demand.

Kekuatiran akan kekurangan supply disebabkan karena larangan mengimpor minyak mentah dari Rusia oleh para pemimpin Barat. Sementara keprihatinan mengenai berkurangnya demand disebabkan karena naiknya kasus Covid-19 di Cina yang mengakibatkan lockdown dan restriksi yang sangat ketat di kota – kota besar di Cina karena kebijakan zero-Covid Cina.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Senin berada di bawah tekanan dan turun sekitar 2.5% dan diperdagangkan disekitar $96.50 per barel.

Harga minyak mentah WTI meluncur turun di tengah terus berlangsungnya kekuatiran akan lockdown karena Covid – 19 yang berkepanjangan di Shanghai dan sekarang juga berlangsung restriksi yang ketat di Beijing.

Menurut otoritas kota Beijing pada hari Sabtu dalam satu pernyataan persnya, merebaknya kasus baru Covid – 19 telah menyebar masuk ke ibu kota Cina, Beijing, selama satu minggu dan sekarang sedang dilakukan tracking kasus di banyak distrik di Beijing. Sementara itu otoritas Kesehatan Nasional pada Ibu kota Cina ini, pada hari Minggu, melaporkan adanya 22 kasus lokal yang baru pada hari Sabtunya.

Pejabat kota Tian Wei pada hari Sabtu melaporkan bahwa belakangan ini kota di Cina ini telah mengalami merebaknya kasus baru Covid -19 yang melibatkan beberapa rantai transmisi. Resiko adanya transmisi yang tidak terdeteksi dan berkelanjutan adalah tinggi. Situasi mendesak dan mencekam. Seluruh kota harus bertindak dengan segera.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa berbalik naik ke $100.40 per barel setelah sebelumnya pada hari Senin sempat turun ke level support di $95.00 dari ketinggiannya di $109.13 pada tanggal 18 April.

Kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan karena eskalasi yang terjadi dalam perang Rusia dengan Ukraina yang berpotensi meluas menjadi perang NATO dan AS melawan Rusia dan perang dunia ketiga yang bisa memakai senjata nuklir.

Perang Rusia – Ukraina meningkatkan keengganan terhadap resiko di pasar beberapa minggu belakangan ini. Seorang pejabat pemerintah top Rusia mengatakan pada hari ini bahwa ada resiko perang nuklir antara AS dengan Rusia.

Kremlin menambah kepada sentiment pasar yang sudah “risk-off” dengan mengatakan bahwa ada banyak resiko konflik dengan Ukraina akan bereskalasi menjadi perang nuklir. Menlu Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa aliansi NATO telah menempatkan diri mereka dalam perang terhadap Rusia dan mengingatkan akan potensi perang dunia ketiga. Uni Eropa telah mengenakan sejumlah sanksi terhadap Moskow dan paket sanksi yang keenam akan segera diumumkan.

Pada hari Rabu diperdagangkan stabil di sekitar $100.00 dan pada saat ini diperdagangkan di sekitar $100.77.

Harga minyak mentah WTI ditopang oleh pengumuman dari People’s Bank of China (PBOC) yang mengumumkan bahwa bank sentral Cina ini akan mengambil Langkah kebijakan moneter yang prudent untuk mendukung ekonomi Cina.

Sementara itu harga minyak mentah WTI tertekan oleh pernyataan dari Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck yang pada hari Selasa malam mengatakan adalah mungkin untuk mengatasi embargo penuh terhadap impor minyak Rusia, sementara Eropa sedang mempertimbangkan larangan impor minyak sebenua Eropa yang akan menghambat perdagangan minyak global Rusia.

Porsi impor minyak Jerman dari Rusia telah turun ke sekitar 12% dari sebelumnya 35% sebelum Rusia menyerang Ukraina. Habeck mengatakan bahwa Berlin sudah dalam jalur yang akan menemukan supply batubara sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan akibat embargo Uni Eropa bulan lalu.

pada hari Kamis, harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex mulai beranjak naik ke sekitar $103.58.

Harga minyak mentah WTI sempat turun sekitar 1.25%, pada jam perdagangan sesi Asia karena laporan yang mengatakan bahwa inventori minyak AS naik pada minggu lalu. Data inventori minyak AS menunjukkan kenaikan 0.692mbbl, meskipun demikian angka ini lebih rendah daripada yang diperkirakan kenaikan sebesar 2mbbl.

Namun pada jam perdagangan sesi AS berhasil naik kembali ke $100.87. Fokus pasar ada pada penghentian pengiriman gas alam Rusia ke Bulgaria dan Polandia. Hal ini telah meningkatkan keprihatinan atas penggunaan ekspor energi sebagai senjata sementara kedua negara tersebut tidak mau membayar dalam rubles meskipun Rusia menuntut pembayaran dalam rubles.

Setelah berbalik naik ke $103.58 pada hari Kamis, harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat sempat melanjutkan kenaikannya ke sekitar $107.00 sebelum akhirnya terkoreksi turun kembali secara normal ke $103.49.

Harga minyak mengalami rebound yang kuat pada minggu lalu dengan kekuatiran akan supply mengatasi keprihatinan akan demand. Kekuatiran akan supply disebabkan larangan impor minyak mentah dari Rusia oleh para pemimpin Barat sementara keprihatinan akan demand disebabkan meningkatnya kasus Covid – 19 di Cina.

Kenaikan harga minyak mentah ditopang lagi oleh kemajuan dari Uni Eropa dalam rencana untuk melakukan embargo atas minyak mentah Rusia dimana Jerman akhirnya menyerah dalam menentang embargo atas minyak mentah Rusia selama ini.

Kekuatiran akan berkurangnya supply minyak mentah ini semakin meningkat dengan semakin dekatnya kesepakatan negara-negara di Uni Eropa untuk mengembargo minyak mentah dari Rusia sehingga membuat kenaikan harga minyak mentah yang mengarah ke $110.

Minggu ini, perhatian para investor dan trader berada pada bank sentral utama dunia antara lain Federal Reserve AS dan Bank of England (BoE) yang akan mengambil keputusan mengenai tingkat bunga yang baru. The Fed dan BoE akan mengadakan pertemuannya pada pertengahan minggu ini dan kemungkinan akan menaikkan tingkat bunganya. Hal ini akan membuat tertahannya minat terhadap resiko lebih luas. Selain itu, melemahnya lebih lanjut pasar saham AS akibat naiknya tingkat suku bunga the Fed akan bisa membebani harga minyak mentah.

Diluar bank sentral, OPEC+ juga akan fokus mengadakan pertemuan dengan kelompoknya dan diperkirakan akan melekat kepada kebijakan output minyak mentah sekarang ini yaitu penambahan hanya 400 ribu barel per hari, baik untuk bulan Mei maupun bulan Juni.

Dengan mengesampingkan resiko penurunan permintaan dari Cina karena meningkatnya lockdown akibat merebaknya kasus Covid-19 di kota-kota besar di Cina, kemungkinan kekuatiran akan kekurangan supply disebabkan karena larangan mengimpor minyak mentah dari Rusia oleh para pemimpin Barat dan lambatnya pendekatan OPEC+ untuk menambah produksi minyak mentah mereka, akan membuat harga minyak mentah WTI bisa tetap berada di atas $100.

“Support” terdekat menunggu di $100.97 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $97.61 dan kemudian $95.65. “Resistance” yang terdekat menunggu di $104.27 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $106.30 dan kemudian $108.26.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Reseach Vibiz Consulting

Editor: Asido.