(Vibiznews – Commodity) Minyak mentah WTI memulai minggu perdagangan yang baru dengan catatan yang positip menjelang pertemuan FOMC Federal Reserve pada hari Rabu dimana pasar mengantisipasikan the Fed akan menaikkan tingkat bunga sebesar 75 bps.
Setelah pada hari Senin berhasil naik ke $95.57, harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa sempat berhasil melanjutkan kenaikannya AS dan diperdagangkan di sekitar $97.57 per barel.
Namun dalam jam perdagangan sesi AS selanjutnya, harga minyak mentah WTI berbalik turun dan diperdagangkan di sekitar $95.24 per barel.
Retorika dari the Fed untuk memadamkan dampak dari inflasi yang sangat merusak kelihatannya dengan pasti akan membawa kepada perlambatan ekonomi. Perlambatan ekonomi di AS, negara dengan ekonomi terbesar di dunia, normalnya akan memberikan tekanan jual terhadap minyak mentah dengan menurunnya permintaan terhadap minyak mentah.
Naik turunnya harga minyak mentah WTI masih akan tergantung kepada kekuatan dari sisi supply dan demand. Apabila kekuatiran dari sisi supply lebih kuat dibandingkan dengan ketakutan dari sisi demand, maka harga minyak mentah WTI akan mengalami kenaikan yang berarti tekanan bullish-nya lebih kuat.
Pada awal minggu ini, keprihatinan akan keterbatasan akan supply sempat lebih kuat daripada ketakutan akan berkurangnya demand karena perlambatan ekonomi. Hal ini membuat harga minyak mentah WTI sempat terdorong naik.
Keprihatinan akan ketatnya supply minyak mentah pada awal minggu ini dipicu juga oleh pembicaraan bahwa Rusia bisa memangkas supply gas ke zona euro setiap waktu, kapan saja Rusia mau. Pada hari Senin perusahaan gas dan minyak Rusia Gazprom mengumumkan bahwa mereka akan memperlambat aliran gas ke pipa Nord Stream 1. Sejak tanggal 27 Juli, Gazprom akan juga menghentikan pipa gas ke Jerman sehingga akan mengurangi aliran gas ke Jerman tinggal hanya tinggal 20% dari kapasitas dimana sekarang ini masih 40%.
Namun pada jam perdagangan selanjutnya harga minyak mentah WTI berbalik turun kembali ke $95.24 per barel karena ketakutan akan berkurangnya demand karena perlambatan ekonomi berbalik lebih besar daripada keprihatinan akan ketatnya supply minyak mentah.
“Support” terdekat menunggu di $94.16 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $93.82 dan kemudian $92.93. “Resistance” yang terdekat menunggu di $95.90 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $96.63 dan kemudian $97.86.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.


