Wujudkan Hunian Layak, DJKN Membentuk Eksosistem Pembiayaan Perumahan

458
Wujudkan Hunian Layak, DJKN Membentuk Ekosistem Pembiayaan Perumahan
Sumber: Kemenkeu
(Vibiznews – Economy & Business) – Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Negara melakukan penguatan sinergi dengan para stakeholder sektor perumahan yang solid. Dengan cara membentuk ekosistem pembiayaan perumahan.

Sinergi tersebut dilakukan Pemerintah sebagai upaya dalam mengentaskan backlog ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau untuk masyarakat.

Penguatan sinergi dilakukan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Pembentukan Sekretariat Ekosistem Pembiayaan Perumahan pada Rabu (25/01). Kerja sama tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Rionald Silaban. Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna. Dan Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (PT SMF) Ananta Wiyogo.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Rionald Silaban menyampaikan bahwa ekosistem dalam sektor perumahan melibatkan banyak pihak. Mulai dari sisi supply hingga sisi demand, baik regulator, BUMN, swasta, maupun masyarakat itu sendiri.

Guna mewujudkan cita-cita negara untuk memberikan tempat tinggal yang layak bagi seluruh masyarakat. Maka dukungan seluruh pihak dalam ekosistem perumahan mutlak dibutuhkan.

Adapun Pemerintah melalui berbagai instrumen fiskal telah berupaya mendukung pengembangan sektor perumahan, khususnya kepemilikan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Antara lain melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SSB), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM). Lalu Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), pembangunan Rusun dan Rusus. Serta insentif pajak berupa pembebasan PPN dan PPh 1 persen untuk rumah sederhana dan sangat sederhana.

“Sejak tahun 2010, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program FLPP total sebesar Rp79,77 triliun. Hal ini untuk membiayai pembangunan 1.169.579 unit rumah MBR dengan nilai sebesar Rp100,32 triliun.

Pemerintah melalui pemberian tambahan PMN kepada PT SMF (Persero) juga mengalokasikan porsi 25% pembiayaan KPR FLPP sejak tahun 2017. Yakni sebesar Rp7,8 triliun yang kemudian di-leverage untuk menyalurkan pendanaan sebesar Rp15,04 triliun. Hal ini guna mendukung pembiayaan bagi penyediaan 421.650 unit rumah MBR,” kata Rionald.

Selama lima tahun terakhir, alokasi SBUM bagi MBR rata-rata mencapai Rp774 miliar untuk membantu 186.174 MBR setiap tahunnya. Pemerintah juga merealisasikan SSB sebesar Rp2,57 triliun pada tahun 2022 untuk membiayai 769.903 unit rumah MBR.

“Dana APBN untuk perumahan juga dialokasikan melalui anggaran belanja Kementerian PUPR dimana selama tahun 2018-2022 telah direalisasikan sebesar Rp36,22 triliun. Ini untuk 1.139.654 unit rumah baik dalam bentuk pembangunan rumah susun, rumah khusus, rumah swadaya dan sarana prasarana umum,” ujar Rionald.

Selain kepada PT SMF, pada tahun 2022, dana APBN untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pembiayaan perumahan bagi masyarakat dalam bentuk PMN. Ini juga dialokasikan kepada Perum Perumnas sebesar Rp1,57 triliun, Bank Tanah, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk sebesar Rp2,48 triliun.

Pembentukan ekosistem pembiayaan perumahan merupakan langkah awal dari suatu upaya bersama dalam mendukung terciptanya suatu ekosistem. Guna menyelaraskan seluruh upaya pemenuhan hunian agar dapat berjalan dengan optimal, termasuk upaya-upaya pendanaan kreatif.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting