(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex, pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir minggu lalu, berhasil naik ke atas $73.00 diperdagangkan di sekitar $73.48 per barel, setelah sebelumnya sempat tertekan turun ke bawah $73.00 di sekitar $72.50 per barel.
Harga minyak mentah WTI tumbang hampir tiga persen ke $72.50 per barel pada hari Kamis minggu lalu setelah Angola secara formal mengumumkan bahwa negara itu akan meninggalkan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), dengan mengatakan bahwa tidak ada keuntungan dalam berpartisipasi di dalam framework kartel minyak global.
Dengan kepergian Angola dari OPEC, porsi pasar konsorsium minyak mentah turun menjadi 27% dari seluruh produksi minyak mentah global, yang berarti penurunan dari sebelumnya pada tahun 2010 sebesar 34%.
Penurunan porsi OPEC lebih jauh di dalam perdagangan minyak mentah global adalah rekor baru di dalam produksi minyak mentah AS yang mencapai 13.3 juta barel per hari. Sementara Angola memproduksi 1.1 juta barel per hari dan sedang berjuang untuk mencapai kuota OPEC bagi negara tersebut.
Meskipun harga minyak mentah WTI turun setelah pengumuman Angola, harga minyak mentah WTI berhasil rebound lagi karena ketegangan di Laut Merah terus meningkat sehubungan dengan minyak mentah dan perdagangannya. Pasukan pemberontak Houthi mendeklarasikan bahwa mereka akan terus menyerang setiap kapal yang datang dalam jangkauan basis mereka di Yaman dan telah berjanji akan meningkatkan serangan mereka apabila AS melakukan intervensi.
Suatu koalisi grup tempur yang dipimpin oleh AS saat ini sedang bergerak ke posisi di Laut Merah dalam usaha menjadi polisi pada perdagangan melalui air, namun hampir semua perdagangan di rute ini telah dialihkan sehingga menambah waktu dan ongkos untuk mengirim minyak mentah melalui jalur laut.
Perusahaan – Perusahaan pengangkutan laut seperti Hapag-Lloyd dari Jeman dan OOCL dari Hong Kong memilih untuk menghindari jalur laut Teluk Suez.
Meskipun OPEC melakukan usaha terbaiknya untuk menekan produksi di antara konsorsiumnya, produksi minyak mentah global terus berjalan lebih cepat daripada pertumbuhan permintaan sehingga harga minyak mentah kemungkinan akan tetap tertekan mengakhiri tahun 2023 ini.
Minggu ini menutup tahun 2023 dengan liburan Natal dan liburan tahun baru, kalender ekonomi sepi dari publikasi data ekonomi baik dari AS, Eropa dan Inggris.
Namun, pasar tetap menantikan data inventori minyak mentah terbaru pada minggu ini dari American Petroleum Institute (API) pada hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di $73.18 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $72.55 dan kemudian $71.44. “Resistance” yang terdekat menunggu di $74.06 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $75.40 dan kemudian $76.66.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.