(Vibiznews – Banking & Insurance) – Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) kemarin (17/1) BI telah memutuskan untuk tetap mempertahankan BI-Rate 6%.
Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Sementara, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan Bank Indonesia (BI) karena memperkirakan nilai tukar rupiah akan cenderung menguat ke depan.
Analisa yang mendasarinya adalah BI melihat pasar mengantisipasi Fed Fun Rate turun di semester II sebesar 75 bps. Ini dilakukan sebanyak 3 kali selama tahun 2024 berdasarkan assessment ekonomi Amerika yang membaik. Juga statement resmi dari FOMC, pasar tenaga kerja di Amerika.
Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo nilai tukar rupiah meski dalam jangka pendek naik, turun, tapi trendnya rupiah akan menguat. Karena dari sisi fundamental Rupiah menguat, dari sisi global masih on-off. Dengan ekonomi global yang membaik maka rupiah semakin stabil, dan trendnya menguat.
”Oleh karena itu, kami berupaya mempercepat pendalaman pasar uang, dalam bahasa sehari-harinya dengan cara melebarkan kolam-kolam kita. Sehingga menarik investor asing untuk menanamkan dananya di Indonesia, ” demikian ungkap Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (17/1).
Instrumen yang dimiliki saat ini adalah Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Perry meyakini kedua instrumen tersebut semakin diminati perbankan dan asing.
“Produk yang kita keluarkan SRBI dan SVBI semakin diminati perbankan bahkan manager investasi sekuritas company juga banyak. Dan terutama portfolio inflows yang mencapai Rp 75 triliun untuk nonresiden,” paparnya. Hal ini tentu akan memperkuat nilai tukar rupiah.
BI juga melakukan penguatan konsolidasi pelaku pasar melalui Asosiasi Pasar Uang dan Valuta Asing Indonesia (APUVINDO) . Dan juga finalisasi Primary Dealers, yaitu pelaku pasar uang yang besar bersinergi dengan BI untuk meningkatkan aktivitas transaksi pasar uang.
Melalui jual beli SRBI, SUVBI maupun perkembangan produk repo dan DNDF sehingga pasar uang makin likuid. Transaksi semakin luas dan menarik sehingga mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting