(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lewat ini kembali dalam koreksi, namun agak mereda.
- Sentimen regional juga cenderung dalam moda koreksi profit taking.
- BI mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan II meningkat.
- Capital inflow masih mengalir, namun agak terbatas, sekitar Rp1,9 triliun dalam seminggu menurut data BI.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis inflasi IHK pada hari Kamis.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 29 July – 2 August 2024.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau berakhir agak flat dengan terkoreksi tipis di pekan keduanya, cenderung dalam rentang konsolidasi 3 minggu terakhir, di mana sempat digerus profit taking namun di akhir pekan rebound dipimpin sektor transportasi. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya juga bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah tipis 0,09%, atau 6,328 poin, ke level 7.288,167. Untuk minggu berikutnya (29 Juli – 2 Agustus 2024), IHSG kemungkinan akan masih konsolidatif antara lanjutkan uptrend dan profit taking pendek, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.354 dan 7.396. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.207, dan bila tembus ke level 7.099.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu terkoreksi di pekan keduanya ke level 3 minggu terendahnya, dipicu oleh bertambahnya faktor ketidakpastian setelah mendadak Biden mundur dari pencalonan Presiden AS, yang menyebabkan dollar cenderung dipilih sebagai safe haven, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,52% atau 84 poin ke level Rp 16.285. Sementara, dollar global rangebound dan agak flat. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan masih bias menaik, atau kemungkinan rupiah akan terkoreksi secara bertahap, dalam range antara resistance di level Rp16.315 dan Rp16.422, sementara support di level Rp16.155 dan Rp16.015.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 7,080% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau menurun di pekan keempatnya.
===
Hasil Survei Perbankan Bank Indonesia mengindikasikan penyaluran kredit baru pada triwulan II 2024 meningkat. Hal ini tecermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 89,1%, lebih tinggi dari 60,8% pada triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit baru tersebut terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit konsumsi.
Berdasarkan data transaksi 22 – 25 Juli 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp1,93 triliun terdiri dari beli neto Rp3,37 triliun di pasar SBN, jual neto Rp1,39 triliun di SRBI dan jual neto Rp0,05 triliun di saham.
===
Pembaca setia, perhatikanlah chart pergerakan harga asset investasi. Setelah periode rally pasar, tiba juga saat untuk aksi profit taking. Investor akan selalu mencari dan menunggu momentum demikian. Itu yang sebagian pelaku pasar lakukan belakangan ini. Dengan jalan itulah para fund manager global telah mereguk keuntungan besar mereka.
Anda ingin sukses investasi? Siapa yang tidak mau, bukan? Ikuti cara para fund manager berinvestasi mengikuti gelombang trend yang ada. Anda pun bisa sukses demikian. Simak terus karenanya vibiznews.com, website investasi yang paling favorit. Kembali, salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting