Harga CPO Semakin Tinggi, Tidak Menjadi Minyak Nabati Termurah di Dunia Lagi

218
cpo sawit

(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit atau CPO acuan dunia pada akhir perdagangan pekan lalu melonjak tinggi menembus kisaran MYR5000, naik 3,03% ke posisi MYR5100 yang merupakan harga tertinggi sejak Juni 2022.

Harga CPO (crude palm oil) acuan dunia yang diperdagangkan di bursa Malaysia sepanjang tahun 2024 sudah melonjak 37% lebih dan secara bulanan pada bulan Oktober alami lonjakan hingga 20%.

Grafik pergerakan harga CPO sepanjang tahun 2024

Lonjakan harga CPO sepanjang tahun 2024 yang signifikan membuat harga komoditas minyak nabati ini menjadi yang paling premium dibandingkan harga minyak nabati lainnya seperti misalnya minyak kedelai atau soybean oil. Dibawah akan dibahas faktor yang memicu lonjakan dan prospek harga kedepannya.

Jika dibandingkan dengan harga soybean oil yang dari awal memiliki trend harga yang sama, berlawanan arah sejak perdagangan bulan Agustus 2024 dan sepanjang tahun 2024 anjlok 21% lebih seperti yang terlihat pada grafik dibawah;

CPO Merupakan Minyak Nabati Termurah dan Terlaku di Dunia

Minyak kelapa sawit mentah atau CPO merupakan komoditas yang sempat menjadi minyak nabati termurah dikarenakan efisiensinya dimana  dapat dipanen sepanjang tahun dan membutuhkan lebih sedikit lahan.

Selain itu pohon kelapa sawit selalu hijau dan menahun, menghasilkan minyak sepanjang tahun, dan dapat tumbuh subur di tanah yang tidak dapat ditumbuhi tanaman lain.

Karena harga CPO yang murah menjadi komoditas unggulan, dimana konsumen utamanya adalah industri makanan global, industri kecantikan dan kosmetik serta perusahaan produksi biofuel.

Minyak kelapa sawit juga merupakan bahan utama dalam produksi pelarut industri dan dalam industri farmasi dalam pembuatan krim antiseptik.

Harga CPO Menjadi Premium di Tahun 2024

Faktor kenaikan dan penurunan harga minyak sawit mentah atau CPO dipengaruhi oleh permintaan pasar dan juga produksi kelapa sawit.

Apabila permintaan pasar tinggi dan produksi tidak bisa mencapai permintaan tinggi tersebut, maka harga minyak sawit mentah akan melonjak tinggi. Begitu pula sebaliknya, bila permintaan pasar rendah, namun produksi tinggi, maka harga minyak sawit mentah akan jatuh.

Berikut beberapa faktor yang menggerakkan harga CPO dalam beberapa bulan terakhir:

1.Berkurangnya produksi  dari produsen utama

Indonesia merupakan negara produsen sawit paling besar di dunia dan Malaysia yang kedua, kedua negara ini menyumbang  85% pasokan global. Berkurangnya produksi dari 2 negara ini dipicu oleh petani tidak melakukan penanaman ulang sebagaimana mestinya, karenanya perkebunan  menghadapi stagnasi produksi. Alasan petani tidak melakukan replanting, karena menanam kembali karena butuh waktu 6 hingga 5 tahun bagi pohon baru untuk berbuah serta tingginya harga pupuk.

Lihat: Harga CPO Dunia Melonjak Naik oleh Turunnya Produksi, Dibatasi Anjloknya Harga Minyak

2. Kebijakan Mandatori Biodiesel B40 di Indonesia.

Kebijakan mandatori penggunaan bahan bakar campuran biodiesel berbasis minyak sawit 40% dengan minyak solar atau B40 yang akan diterapkan di Indonesia awal tahun depan. Penerapan B40 pada tahun 2025  dapat mengurangi ekspor  CPO secara signifikan.

Lihat: Harga CPO Tinggi di Bulan September dan Kuartal Ketiga

2. Meningkatnya permintaan dari India

India merupakan salah satu negara konsumen terbesar dunia selain Tiongkok, pada bulan Agustus – Oktober tren impor CPO India meningkat karena merayakan 2 pestival yaitu  Dussehra dan Diwali dengan konsumsi makanan manis dan gorengan.

Lihat: Harga CPO Bergerak Kuat di Tertinggi 2 Tahun Lebih, Impor Minyak Sawit India Melonjak

3. Meningkatnya ekspor CPO Malaysia

Sebagai salah satu negara produsen utama, ekspor CPO sering menjadi penggerak harga menjadi positif dan dari data terakhir menunjukkan ekspor CPO Malaysia terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Lihat: Harga CPO 29 Oktober Naik Karena Meningkatnya Ekspor Malaysia serta Pelemahan Ringgit    

Data ekspor CPO Malaysia yang menjadi sentimen dikeluarkan datanya oleh Cargo Surveyor, dan data terakhir menunjukkan pengiriman minyak sawit Malaysia naik antara 9,7% dan 10,8% pada 1-25 Oktober dari periode  September.

4. Lonjakan harga minyak mentah dunia

Pergerakan harga minyak mentah dunia juga menjadi salah satu katalis penggerak harga CPO dan kenaikan minyak mentah memberikan sentimen positif bagi kenaikan harga CPO seperti yang terlihat pada grafik dibawah.

Grafik Pergerakan Harga Minyak Dunia dan CPO dalam 10 tahun

5. Turunnya uang ringgit Malaysia terhadap dolar AS.

Kenaikan harga CPO juga didorong oleh pelemahan ringgit Malaysia terhadap dolar AS, karena harga CPO yang dibanderol dalam mata uang ini menjadi murah. Akibatnya permintaan pun meningkat sehingga harga terdongkrak.

Grafik hubungan pergerakan turun ringgit Malaysia dengan kenaikan harga CPO

Tingginya Harga CPO Dapat Berlanjut di Tahun 2025

Harga CPO yang sudah tembus MYR5000 per ton diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan alasan fundamentalnya.

Dalam  konferensi kelapa sawit internasional yang diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), IPOC 2024 di Bali 6 – 8 November 2024 diperkirakan harga minyak sawit atau CPO akan naik 10%-15% pada awal tahun 2025.

Kenaikan harga yang diperkirakan oleh para pelaku industri minyak sawit dunia tersebut didorong oleh kebijakan mandatori Biodiesel B40 dan juga meningkatnya permintaan dari India sebagai importir terbesar.

Salah satu perusahaan pelaku industri sawit Tiongkok dalam IPOC 2024 mengkonfirmasi era harga minyak sawit murah telah berakhir dan negara tersebut beralih kepada minyak nabati lainnya yang lebih murah.

Demikian seorang pejabat dari asosiasi industri minyak nabati India  menyebutkan bahwa rencana kenaikan mandatori biodiesel di Indonesia akan berdampak bagi pasokan dunia. The Solvent Extractors’ Association of India – ASCON menyampaikan konsumsi domestik India mencapai sekitar 30 juta metrik ton, tapi hanya sekitar 13 juta ton bisa dipenuhi dengan produksi minyak lokal.

Dengan kondisi fundamental minyak sawit yang bullish, tingginya harga CPO akan berlanjut dan akan berdampak pada prospek pasar minyak sawit yang kini sedang stagnan. Kebutuhan akan minyak sawit dapat bergeser dengan murahnya harga komoditas minyak nabati lainnya.