(Vibiznews – IDX Stock) – IHSG Kembali ke Zona Merah Seiring Pelemahan Bursa Regional Mengutip RTI pada pukul 09.23 WIB, IHSG turun 0,52% atau 35,55 poin ke level 6.838,005.
Berdasarkan pengamatan, sebanyak 224 saham melemah, 189 saham menguat, dan 185 saham stagnan. Volume perdagangan mencapai 3,25 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 1,8 triliun.
Enam indeks sektoral menyeret IHSG ke zona merah pagi ini. Dengan tiga sektor mengalami penurunan terdalam: IDX-Basic turun 0,59%, IDX-Health turun 0,53%, IDX-Property turun 0,53%. Adapun sektor dengan penguatan terbesar adalah sektor perindustrian.
Siang ini para pelaku pasar juga menantikan kabar penting dari BI.
Mereka menunggu apakah BI akan memangkas suku bunga atau BI ratenya atau kembali menahan suku bunganya. Adapun Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) diselenggarakan pada Selasa dan Rabu pekan ini (18-19 Februari 2025).
Sebelumnya ,BI secara mengejutkan memangkas BI rate sebanyak 25 basis poin (bps) pada Januari 2025. Hal ini dilakukan untuk menggenjot perekonomian dalam negeri. Pemangkasan ini adalah yang pertama sejak September 2024.
Keputusan BI ini hanya akan berjarak beberapa jam dari kabar penting dari Amerika Serikat yakni rilis FOMC bank sentral AS The Fed. Rilis ini sangat ditunggu pasar sebagai petunjuk kebijakan suku bunga ke depan.
Pelaku pasar dan masyarakat kini menunggu apa yang akan dilakukan BI dalam mengelola suku bunga (BI rate) di tengah gejolak yang ada saat ini.
Sementara itu, mayoritas bursa saham di Asia-Pasifik juga mengalami pelemahan, berbeda dengan Wall Street yang mencatat rekor tertinggi pada perdagangan sebelumnya.
Investor masih mempertimbangkan dampak tarif perdagangan global dan tekanan inflasi.
Nikkei 225 Jepang turun 0,62%, Topix melemah 0,59%, terbebani oleh defisit perdagangan tertinggi dalam dua tahun terakhir. Sedangkan Kospi Korea Selatan menguat 1,49% dan Kosdaq naik 0,13%. Selanjutnya, CSI 300 China turun 0,16%, dan Hang Seng Hong Kong merosot 1,16%.
Menurut Analis Vibiz Research Center, pelemahan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa global yang masih dipengaruhi ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif AS. Serta ekspektasi kebijakan moneter dari bank sentral utama dunia.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting