(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu –sebelum libur panjang– variatif dengan IHSG rebound
- Dana asing berbalik ke capital inflow sekitar Rp1,9 triliun.
- Sentimen global saat ini sekitar reaksi pasar atas tariff timbal balik (reciprocal) AS kepada mitra dagangnya, termasuk Indonesia yang dikenakan tariff 32%.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis inflasi IHK pada Selasa nanti.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 8-11 April 2025.
===
Minggu yang baru lewat –sebelum libur panjang Lebaran– IHSG di pasar modal Indonesia terpantau rebound kuat dari oversold area-nya di level 4,5 tahun terendahnya, di antaranya oleh kembalinya capital inflow dalam seminggu ini sekitar Rp2,7 triliun. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini –saat BEI libur—umumnya merosot signifikan dipimpin Nikkei setelah pengumuman reciprocal tariff dari Pemerintah AS. Secara mingguan IHSG ditutup bangkit kuat 4,03%, atau 252,441 poin, ke level 6.510,620. Untuk minggu berikutnya (8-11 April 2025), setelah cuti lebaran, IHSG kemungkinan akan tertekan mengikuti gap sentimen negatif regional minggu berlalu, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 6.707 dan 6.909. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.015, dan bila tembus ke level 5.938.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu –sebelum liburan– berakhir lanjut terkoreksi di minggu ketiganya ke sekitar 5 tahun terlemahnya, serta dekat dengan posisi rekor terendahnya, di antara capital outflow sebesar Rp0,5 triliun di pasar SBN. Rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,36% atau 60 poin ke level Rp 16.555 per USD. Sementara, dollar global fluktuatif di sekitar 6 bulan terendahnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan bias menanjak, atau kemungkinan rupiah dalam tekanan, dalam range antara resistance di level Rp16.657 dan Rp Rp16.738, sementara support di level Rp16.464 dan Rp16.309.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan merosot turun dari yield obligasi dan berakhir ke level 6,964% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau tergelincir signifikan.
===
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Mahendra Siregar, dalam rapat koordinasi antara Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 24 Maret 2025, berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan sektor keuangan di tengah ketidakpastian global yang tetap tinggi dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Berdasarkan data transaksi 24 – 26 Maret 2025, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp1,93 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp2,63 triliun di pasar saham, serta jual neto sebesar Rp0,51 triliun di pasar SBN, dan Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Fluktuasi pasar investasi di tahun ini kelihatannya terus bergejolak (volatile), bahkan bertambah-tambah. Dinamikanya tidak pernah habis. Bagi yang awam, periode seperti ini acapkali mendatangkan salah posisi dan selanjutnya kerugian. Tapi bagi trader yang professional, justru ini periode yang menarik karena bisa mendatangkan banyak profit di posisi yang tepat.
Kata kuncinya ada dua untuk memenangkan pasar investasi ini: belajar dan rajin monitoring. Keduanya itu bisa didapat dengan mudah dari vibiznews.com. Terimakasih, semoga sukses investasi Anda bertambah-tambah, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting