(Vibiznews – Kolom) Selama puluhan tahun, Warren Buffett telah membangun reputasi yang begitu kuat di kalangan investor hingga berbagai keanehan dalam struktur dan strategi keuangan Berkshire Hathaway cenderung dimaafkan begitu saja. Namun, dengan transisi kepemimpinan ke tangan Greg Abel yang akan resmi menjabat sebagai CEO pada 1 Januari mendatang, muncul pertanyaan mendalam: apakah Abel akan mendapatkan perlakuan yang sama lunaknya dari pasar?
Salah satu ujian pertama terhadap kredibilitas Abel mungkin datang dari salah satu portofolio lama Berkshire, yaitu Kraft Heinz. Setelah bertahun-tahun memberikan imbal hasil yang mengecewakan, perusahaan ini kini berencana memecah dirinya menjadi beberapa entitas. Pada laporan keuangan per 31 Maret, Berkshire mencatatkan nilai investasi 27% sahamnya di Kraft Heinz sebesar $13,5 miliar. Angka ini 37% lebih tinggi dari nilai pasar saham publik saat itu. Namun sejak itu, nilai pasarnya justru turun menjadi $9,4 miliar dari sebelumnya $9,9 miliar, terus tertinggal dari nilai yang dicatatkan Berkshire sejak awal 2023.
Ketimpangan ini timbul akibat metode akuntansi yang digunakan Berkshire. Alih-alih menggunakan harga pasar untuk menilai saham Kraft Heinz, perusahaan menerapkan metode ekuitas—yakni mencatat nilai investasi berdasarkan porsi kepemilikan terhadap laba bersih Kraft Heinz. Buffett sebenarnya bisa saja melakukan write-down atas nilai investasinya tahun ini, namun ia memilih untuk tidak melakukannya, dengan alasan bahwa penurunan nilai tersebut hanya bersifat sementara.
Meski banyak yang menilai bahwa pemecahan Kraft Heinz bisa menciptakan nilai baru bagi pemegang saham, terutama jika bagian-bagian terpisahnya menarik bagi pembeli strategis, antusiasme pasar tampak biasa saja. Sejak The Wall Street Journal pertama kali memberitakan rencana pemecahan pada 11 Juli, saham Kraft Heinz hanya naik 10%, dan masih tercatat turun 12% dalam 12 bulan terakhir.
Situasi serupa juga terjadi pada investasi Berkshire di Occidental Petroleum, di mana perusahaan memiliki 28% saham. Pada 31 Maret, saham Occidental dinilai sebesar $17,2 miliar oleh Berkshire—selisih 31% lebih tinggi dari nilai pasar saat itu yang hanya $13,1 miliar. Kini, nilai pasar saham tersebut turun lebih jauh menjadi $11,5 miliar. Jika digabungkan, total selisih antara nilai pasar dan nilai tercatat dari dua investasi besar ini mencapai $9,8 miliar, jumlah yang signifikan bahkan bagi seorang Warren Buffett.
Di banyak perusahaan publik lainnya, perbedaan mencolok seperti ini bisa memicu alarm bagi investor dan analis. Namun di Berkshire Hathaway, perbedaan ini kerap dianggap sebagai eksentrisitas yang bisa ditoleransi. Salah satu alasannya adalah karena selisih nilai ini hanya mencakup sebagian kecil dari total ekuitas Berkshire. Lebih dari itu, Buffett sejak lama telah menekankan bahwa keuntungan atau kerugian investasi jangka pendek tak banyak arti dalam menilai hasil operasional perusahaan secara keseluruhan.
Tetapi jika kelak Greg Abel yang membuat keputusan serupa—yakni menganggap penurunan nilai pasar hanya bersifat sementara—apakah investor akan setuju begitu saja? Itu masih menjadi pertanyaan besar. Keputusan semacam ini bisa jadi masih bisa ditoleransi jika keluar dari mulut Buffett, tetapi tidak otomatis bisa berlaku bagi penerusnya.
Meski reputasi Buffett sebagai investor nyaris tanpa cela sudah tak perlu diragukan, tak bisa dipungkiri bahwa struktur dan cara kerja Berkshire Hathaway adalah sesuatu yang sangat tidak biasa. Perusahaan ini adalah konglomerasi lintas sektor, mulai dari asuransi dan perkeretaapian hingga energi, manufaktur, hingga ritel. Kompleksitasnya membuat perusahaan ini sulit untuk dipahami secara utuh oleh investor luar.
Berkshire juga tidak pernah mengadakan panggilan konferensi kuartalan, tidak memberikan panduan keuangan, dan hanya memberikan keterangan sekilas tentang anak-anak perusahaan yang beromzet miliaran dolar dalam laporan tahunan mereka. Laporan keuangan—khususnya untuk lini bisnis asuransi—sangat bergantung pada estimasi dan penilaian subjektif yang tidak selalu transparan bagi publik. Dalam situasi seperti ini, kredibilitas manajemen menjadi faktor utama dalam menilai perusahaan. Tidak membantu jika pada saat yang sama, manajemen menilai saham publik pada harga yang jauh lebih tinggi dari pasar, meskipun secara teknis sesuai dengan kaidah akuntansi.
Apakah investor akan tetap memberi toleransi jika hal ini dilakukan oleh Abel sebagaimana mereka memberi kelonggaran kepada Buffett? Jawabannya masih menggantung.
Hal yang sama juga berlaku dalam hal tata kelola perusahaan. Dewan direksi Berkshire mencakup dua anak Buffett sendiri, yakni Howard Buffett dan Susan Buffett. Di banyak perusahaan publik, keterlibatan keluarga seperti ini bisa dianggap sebagai sinyal tata kelola yang lemah. Namun di Berkshire, karena reputasi Buffett dan rekam jejak investasinya, hal semacam ini cenderung dibiarkan berlalu tanpa banyak kritik.
Berkshire saat ini juga memegang uang tunai dan obligasi pemerintah AS senilai $348 miliar, sekitar 30% dari total asetnya. Para pemegang saham menunjukkan kesabaran luar biasa, meskipun tak kunjung jelas rencana besar apa yang disiapkan Buffett. Selama setahun terakhir, ia bahkan nyaris tidak melakukan pembelian kembali saham Berkshire. Pada paruh kedua tahun 2024 dan kuartal pertama 2025, pembelian kembali saham adalah nol—yang berarti Buffett menilai saham perusahaannya terlalu mahal untuk dibeli kembali.
Semua kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi Greg Abel saat ia mengambil alih kendali. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tak pernah ada tokoh dalam sejarah korporasi yang harus menggantikan sosok selegendaris Buffett dengan harapan dan tekanan sebesar ini. Memang, Buffett akan tetap menjabat sebagai ketua dewan, dan Abel bukanlah sosok asing di perusahaan. Sejak 2018 ia menjabat sebagai wakil ketua untuk operasi non-asuransi dan sebelumnya menjabat sebagai CEO di Berkshire Hathaway Energy, posisi yang masih dipegangnya sampai saat ini.
Namun demikian, membangun kepercayaan dan rasa hormat pasar akan menjadi tugas utama Abel, sama seperti yang dilakukan Buffett selama lima dekade. Meski Buffett telah memberikan dukungan penuh kepada Abel, tidak semua karisma dan pengaruh yang dimilikinya bisa diwariskan secara otomatis. Akan selalu ada perbedaan persepsi antara sosok yang membangun kerajaan finansial dari awal, dengan sosok yang datang menggantikan untuk mempertahankannya.
Transisi ini tidak hanya tentang manajemen, tetapi tentang mempertahankan kepercayaan sebuah institusi yang sangat bergantung pada figur tunggal. Dan di dunia investasi, kepercayaan adalah mata uang yang nilainya melebihi angka-angka di neraca. Bagaimana Greg Abel mengelola ekspektasi ini akan sangat menentukan apakah ia akan menjadi penerus yang disegani—atau hanya sekadar pengganti.



