Harga minyak mentah turun pada perdagangan Senin (01/02) di sesi Asia, setelah buruknya data ekonomi Tiongkok dan Korea Selatan, sementara memudarnya prospek untuk pemotongan pasokan dan produksi minyak mentah juga menyeret harga minyak mentah melemah.
Data ekonomi Tiongkok, yang menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi pada laju tercepat dalam hampir 3,5 tahun pada bulan Januari, menambah kekhawatiran tentang permintaan dari konsumen energi utama dunia pada saat pasar sudah terbebani oleh pasokan yang melimpah.
Data ekonomi Korea Selatan juga suram, dengan ekspor negara turun di level yang terakhir terlihat pada puncak krisis keuangan global pada tahun 2009.
Harga minyak mentah berjangka WTI turun 42 sen ke $ 33,20 per barel. Sementara harga minyak mentah Brent bulan depan turun 56 sen menjadi $ 35,43 per barel.
Harga minyak berada di bawah tekanan lebih lanjut karena meredupnya prospek pemotongan produksi oleh eksportir terkemuka seperti Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia karena perbedaan pendapat mereka.
Semakin memudarkan harapan tersebut, Iran, anggta OPEC, yang bulan lalu diizinkan untuk sepenuhnya kembali ke pasar setelah bertahun-tahun dikenakan sanksi, tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam pemotongan.
Sebagian karena pengembalian Iran, produksi minyak OPEC telah melompat ke 32,60 juta barel per hari (bph), tertinggi dalam tahun. Ini telah menambahkan kekenyangan global lebih dari 1 juta barel per hari lebih dari permintaan, yang telah menyeret harga minyak mentah merosot sekitar 70 persen sejak pertengahan 2014.
Karena kelebihan pasokan, para analis di BMI Research mengatakan mereka telah mengurangi prospek harga minyak mereka: “Kami telah menurunkan perkiraan harga minyak mentah Brent 2016 menjadi $ 40 per barel dari sebelumnya $ 42,5.” Mereka memperkirakan harga minyak mentah WTI rata-rata $ 39,50 tahun ini. BMI juga menambahkan bahwa kenaikan harga secara bertahap diperkirakan pada semester kedua tahun ini.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan, jika pembicaraan lanjutan antara Rusia dan OPEC terus dilaksanakan dan terealisir kesepakatan pengurangan pasokan minyak mentah, maka akan kembali mengangkat harga minyak mentah. Namun sebaliknya jika harapan memudar dan tidak berjalannya koordinasi pemotongan pasokan dan produksi, akan menekan lagi harga minyak mentah. Harga diperkirakan akan menembus level Support $ 31,70-$ 31,20, dan jika harga naik akan menembus level Resistance $ 33,70-$ 34,20.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research
Editor : Asido Situmorang