(Vibiznews – Economy and Bonds) – Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik, demikian rilis dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Jumat ini (13/8).
Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
A) Perkembangan Nilai Tukar 9 – 13 Agustus 2021
Pada akhir hari Kamis, 12 Agustus 2021
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp14.380 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke level 6,32%.
- DXY menguat ke level 93,04.
- Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 1,359%.
Pada pagi hari Jumat, 13 Agustus 2021
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.375 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun naik di level 6,33%.
Aliran Modal Asing (Minggu II Agustus 2021)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 73,89 bps per 12 Agustus 2021 dari 77,66 bps per 6 Agustus 2021.
- Berdasarkan data transaksi 9-12 Agustus 2021, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp5,49 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp4,33 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp1,16 triliun.
- Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), nonresiden beli neto Rp13,77 triliun.
B) Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Agustus 2021, perkembangan harga pada Agustus 2021 tetap relatif terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,04% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Agustus 2021 secara tahun kalender sebesar 0,85% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,60% (yoy).
- Penyumbang utama inflasi Agustus 2021 sampai dengan minggu kedua yaitu komoditas minyak goreng, telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar 0,02% (mtm), serta bawang merah dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain cabai rawit sebesar -0,04% (mtm), cabai merah sebesar -0,02% (mtm), daging ayam ras, kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, jeruk, emas perhiasan dan angkutan antarkota masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting
Editor: Asido



