Rekomendasi Minyak Mingguan 27 Juni – 1 Juli 2022: Penurunan Masih Akan Berlanjut?

458

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu yang baru pada minggu lalu di $114, harga minyak mentah WTI pada hari Senin turun ke $108 karena ketakutan terjadinya perlambatan ekonomi ditambah dengan harapan akan meningkatnya produksi minyak mentah. Namun pada hari Selasa sempat diperdagangkan naik ke sekitar $112 sebelum akhirnya turun lagi sedikit ke sekitar $109. Pada hari Rabu berbalik turun ke sekitar $102, level terendah selama 5 minggu. di tengah ketakutan akan resesi. Pada hari Kamis berhasil naik ke sekitar $105.00, meskipun masih di bawah tekanan bearish dan melanjutkan kenaikannya pada hari Jumat ke $106.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Senin pada awalnya sempat melanjutkan penurunannya dan diperdagangkan di sekitar $107.93 per barel, ke arah kerendahan bulanan, sebelum akhirnya naik kembali ke angka semula di sekitar $108.12 karena melemahnya dollar AS.

Penurunan harga minyak mentah WTI disebabkan karena ketakutan terjadinya perlambatan ekonomi ditambah dengan harapan akan meningkatnya produksi minyak mentah.

Sekretaris Umum OPEC Mohammad Barkindo mengatakan bahwa akan ada penambahan 9.7 juta barel per hari pada bulan Agustus. Ketua OPEC juga menyebutkan bahwa tujuan bersama dengan para partner  non-OPEC adalah untuk memelihara kestabilan pasar, bukan untuk menaikkan dan menurunkan harga.

Selain itu, ketakutan akan perlambatan ekonomi yang mengakibatkan turunnya permintaan akan minyak mentah juga mendorong turun harga minyak mentah WTI. Baru-baru ini Treasury Secretary AS Janet Yellen memperkirakan ekonomi AS akan melambat.

Searah dengan ini, para pembuat kebijakan the Fed juga menginginkan kenaikan tingkat bunga karena ketakutan inflasi yang semakin tinggi akan membebani outlook ekonomi AS. Kubu hawkish di Federal Reserve AS memperkirakan akan terjadi inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan perlunya menaikkan tingkat bunga dengan lebih cepat.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa sempat diperdagangkan naik ke sekitar $112 sebelum akhirnya turun lagi sedikit ke sekitar $109.79 di tengah tekanan turun karena ketakutan akan resesi.

Harga minyak WTI terus tertekan setelah para bank sentral dunia mulai menaikkan tingkat bunga mereka dengan keras karena tekanan inflasi yang kuat. Untuk menjinakkan inflasi yang menanjak tinggi, kelihatannya kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps adalah suatu “new normal”.

Beberapa bank sentral malah sudah lebih hawkish seperti Federal Reserve AS yang mengumumkan kenaikan tingkat bunganya sebesar 75 bps melampaui “new normal”.

Semakin tinggi kenaikan tingkat bunga dari bank sentral semakin besar pintu yang terbuka untuk terjadinya resesi di ekonomi dunia yang bisa menekan permintaan akan minyak mentah sehingga membebani harga minyak mentah WTI.

Meskipun demikian, harga minyak WTI berhasil naik karena impor minyak mentah di Cina dari Rusia meningkat dramatis sebesar 55%.

Kenaikan harga minyak mentah WTI juga disebabkan karena para investor sedang memberikan prioritas kepada keterbatasan supply daripada fokus kepada ekspektasi penurunan demand akibat ketakutan resesi. Keterbatasan supply karena hilangnya output minyak mentah dari Rusia diperkirakan akan berlangsung lama karena tidak ada yang bisa menggantikannya dengan cepat.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Rabu berbalik turun ke sekitar $102.39 , level terendah selama 5 minggu. di tengah ketakutan akan resesi.

Harga minyak mentah WTI memperpanjang penurunannya setelah jatuh menembus support krusial di $109.00.

Ketakutan akan resesi di negara – negara Barat meningkat dengan tingkat inflasi yang semakin tinggi menuntut dilakukannya langkah-langkah pengetatan quantitative dari para bank sentral. Beberapa bank sentral utama dunia telah menaikkan tingkat suku bunga kuncinya pada bulan Juni secara signifikan.

Swiss National Bank (SNB) menaikkan tingkat bunganya untuk pertama kalinya dalam 15 tahun. SNB menaikkan tingkat bunganya sebesar 50 bps.

Untuk menjinakkan inflasi yang menanjak tinggi, kelihatannya kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps adalah suatu “new normal”.

Beberapa bank sentral malah sudah lebih hawkish seperti Federal Reserve AS yang mengumumkan kenaikan tingkat bunganya sebesar 75 bps melampaui “new normal”.

Naiknya tingkat suku bunga akan menekan turun permintaan aggregate dan menurunkan permintaan akan minyak mentah di tengah ancaman resesi.

Saat ini investor mengabaikan ekspektasi kenaikan permintaan memasuki musim panas di AS. Selain itu pasar juga mengabaikan ketatnya supply minyak mentah saat ini.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Kamis berhasil naik ke sekitar $105.00, meskipun masih di bawah tekanan bearish.

Harga minyak mentah WTI membalikkan penurunannya dari level $101 dan berhasil naik ke atas $105, meskipun demikian harga minyak mentah WTI masih ada di bawah tekanan bearish.

Kombinasi dari faktor-faktor bearish terus menekan harga minyak mentah WTI meskipun mengalami rebound pada saat ini. Naiknya kemungkinan terjadinya resesi global menekan turun harga minyak mentah.

Laporan Business PMI pendahuluan pada area euro keluar mengecewakan dan membangkitkan ketakutan akan resesi.

Sementara itu naiknya persediaan minyak mentah AS ditambah dengan “tax holiday” untuk gasoline dari Presiden AS Joe Biden menambah tekanan turun terhadap harga minyak mentah. American Petroleum Institute (API) melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebanyak 5.607.000 barel. Ini adalah kenaikan inventori minyak mentah terbesar di atas 5 juta barel, sejak pertengahan bulan Februari.

Pada hari Rabu, Biden mendesak Kongres AS untuk meloloskan suspense 3 bulan terhadap pajak gasoline dari pemerintahan Federal.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat berhasil naik ke $106.16.

Setelah sempat turun ke $103.00, harga minyak mentah WTI berbalik naik karena tidak berhasil menembus support yang kuat di $103.00.

Kombinasi dari faktor-faktor bearish terus menekan harga minyak mentah WTI meskipun mengalami rebound pada saat ini. Naiknya kemungkinan terjadinya resesi global menekan turun harga minyak mentah.

Sementara itu, harga minyak mentah WTI mengalami kenaikan disebabkan para investor sedang memberikan prioritas kepada keterbatasan supply daripada fokus kepada ekspektasi penurunan demand akibat ketakutan resesi. Keterbatasan supply karena hilangnya output minyak mentah dari Rusia diperkirakan akan berlangsung lama karena tidak ada yang bisa menggantikannya dengan cepat.

Setelah mengalami keuntungan selama 6 bulan berturut-turut, harga minyak mentah WTI sedang menuju penurunan lebih dari 9 persen pada bulan ini. Hal ini akan bisa menjadi performa terburuk sejak November 2021apabila tren penurunan berlangsung terus. Pada hari Rabu minggu lalu harga minyak mentah WTI ditutup pada level terendah sejak bulan Mei.

Secara umum, harga minyak mentah WTI telah mengalami rally setelah sempat mencapai bottom pada tahun 2020. Pada waktu itu, pandemik global menghancurkan permintaan travel dan menyebabkan harga minyak mentah jatuh ke level terendah selama beberapa dekade. Namun setelah itu, pemulihan dari periode lockdown yang disertai banyaknya stimulus pemerintah dan ketegangan geopolitik di Eropa telah bekerjasama mendorong naik harga minyak mentah. Keadaan sepertinya sudah berbalik.

Namun terjadinya inflasi global yang tertinggi selama beberapa dekade telah mengakibatkan bank-bank sentral di seluruh dunia memperketat kebijakan moneternya. Untuk menurunkan kenaikan harga, mereka harus memperlambat pertumbuhan dengan cara menaikkan tingkat suku bunga dan mengakhiri pembelian assets oleh pemerintah. Akibatnya pertumbuhan ekonomi global riil pada tahun 2022 jatuh. Pertumbuhan ekonomi global sekarang turun ke 3.2% y/y dibandingkan dengan yang diperkirakan pada tahun 2021, sebesar 4.5%.

Hal ini adalah resiko penurunan terhadap harga minyak mentah WTI di tengah keprihatinan akan resesi. Sementara itu OPEC+ dan sekutunya secara bertahap telah memulihkan supply. Sampai bulan Agustus, pemotongan produksi terbaru yang dibuat pada tahun 2020 diperkirakan sudah berhasil dikembalikan. Apabila tidak ada ketegangan yang meningkat antara Rusia dengan Barat, kelihatannya arah harga minyak mentah WTI bisa berbalik turun.

“Support” terdekat menunggu di $105.60 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $104.86 dan kemudian $103.90. “Resistance” yang terdekat menunggu di $107.81 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $108.50 dan kemudian $110.00.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.