Rekomendasi Minyak Mingguan 4 – 8 Juli 2022: Masih Akan Tertekan Turun?

794

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu yang baru pada minggu lalu di $106, harga minyak mentah WTI sempat mengalami kenaikan sampai pada pertengahan minggu di tengah ketatnya supply akibat sanksi dari Barat terhadap Rusia yang tidak dapat dicari penggantinya dengan cepat. Pada hari Senin naik ke $108. Pada hari Selasa naik ke $109. Pada hari Rabu naik ke $111.50. Pada hari Kamis harga minyak mentah WTI berbalik turun karena isu OPEC akan bisa menambah supply minyak mentahnya. Namun pada hari Jumat berhasil naik ke sekitar $107.02 karena laporan dari Energy Information Administration yang mengatakan bahwa inventori minyak mentah AS turun secara signifikan.

Pergerakan Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Senin berhasil mempertahankan kenaikan yang berhasil dicapai pada hari Jumat minggu lalu di sekitar $108.22.

Setelah sempat turun ke support psikologis di dekat $100 pada pertengahan minggu lalu, harga minyak mentah WTI mengalami rebound menjelang akhir minggu lalu ke $107 dan berhasil meneruskan kenaikannya ke $108 pada hari Senin.

Harga minyak mentah WTI diperkirakan akan memperpanjang pemulihannya dengan keterbatasan supply akan menutupi kekuatiran berkurangnya demand secara signifikan.

Keterbatasan supply sekarang telah menjadi fenomena yang berkepanjangan dengan larangan impor minyak mentah Rusia akan bertahan lebih lama dan tidak akan mudah bagi kartel OPEC untuk membetulkan ke tidak seimbangan supply.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa pagi sempat melanjutkan kenaikannya ke sekitar $110.38. Namun dalam jam perdagangan selanjutnya pada sesi Amerika Serikat, harga minyak mentah WTI sedikit tertekan dan diperdagangkan di sekitar $109.50.

Kenaikan harga minyak mentah WTI terutama disebabkan oleh berita inventori minyak dari AS dan sanksi terhadap Rusia ditambah dengan pembicaraan sekitar perkiraan OPEC+ untuk tahun 2022.

Departemen Energi AS melaporkan data inventori minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve (SPR) AS turun sebanyak 6.9 juta barel pada minggu yang berakhir 24 Juni. Persediaan di Strategic Petroleum Reserve (SPR) turun menjadi 497.900.000, level terendah sejak bulan April 1986.

Selain itu para pemimpin Grup Tujuh (G7) menunjukkan kesiapan untuk meningkatkan sanksi yang keras terhadap minyak mentah Rusia.

Ditambah lagi laporan internal yang dipersiapkan untuk pertemuan Joint Technical Committee (JTC) pada hari Kamis, merevisi turun perkiraan surplus minyak di pasar untuk tahun 2022. OPEC+ memangkas perkiraan surplus minyak di pasar untuk tahun 2022 menjadi 1 juta barel per hari dari sebelumnya 1,4 juta barel per hari.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Rabu melanjutkan kenaikannya ke sekitar $111.50.

Harga minyak mentah WTI mengalami pemulihan setelah sempat turun menyentuh level support kritikal di $109.00 pada jam perdagangan sesi Asia pagi hari.

Meskipun sentimen pasar memburuk dengan meningkatnya keengganan terhadap resiko pada pertengahan minggu, harga minyak mentah WTI berhasil naik. Atmosfir keengganan terhadap resiko di pasar terlihat dengan turunnya indeks saham FTSE 100 Inggris lebih dari 0.5% pada jam perdagangan sesi Eropa.

Laporan dari delegasi OPEC + mengatakan bahwa aliansi kartel minyak terbesar di dunia ini hanya berhasil memproduksi 2.7 juta barel per hari di bawah dari target produksi yang ditetapkan pada bulan Mei.

Hal ini membuat supply minyak mentah global beresiko kurang sehingga memberikan dorongan naik bagi harga minyak mentah WTI.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Kamis berbalik turun ke sekitar $105.60.

Harga minyak mentah WTI bergerak dalam rentang yang sempit pada awal perdagangan sesi Tokyo hari Kamis pagi. Minyak mentah berbalik turun dan selanjutnya bergerak sideways setelah jatuh dari ketinggian di $112.73 pada hari Rabu.

Investor telah melepaskan posisi beli mereka di tengah optimisme atas penambahan supply minyak mentah pada pertemuan OPEC hari Kamis. Harga minyak mentah WTI turun lebih dari 4% pada jam perdagangan sesi Asia dengan para bank sentral Barat menunjukkan keprihatinan atas proyeksi pertumbuhan karena cepatnya proses kenaikan tingkat bunga.

Namun para trader harus sadar akan fakta bahwa ekonomi global sedang beroperasi dalam pasar minyak yang sudah ketat. Sanksi terhadap Rusia setelah negara ini menyerbu Ukraina telah menahan sejumlah besar supply minyak global secara signifikan. Memperbaiki ketidakseimbangan dalam mekanisme demand-supply bukanlah pekerjaan yang mudah.

Namun, kartel minyak terbesar di dunia, OPEC akan melakukan yang terbaik untuk mengurangi ketidakseimbangan dan fokus kepada membawa stabilitas harga.

Perlu dicatat bahwa hanya ada dua negara dari kartel OPEC+ yang berpotensi merilis lebih banyak supply minyak yaitu Arab Saudi dan United Arab Emirates (UAE). Kedua negara ini telah menikmati masuknya arus dana yang lebih besar karena naiknya harga minyak dan bertambah tingginya supply.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat berhasil naik ke sekitar $107.02.

Kenaikan harga minyak mentah WTI sebagian disebabkan karena laporan dari Energy Information Administration (EIA) yang mengatakan bahwa inventori minyak mentah AS turun secara signifikan. Persediaan minyak mentah AS turun sebanyak 2.762.000 barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 24 Juni.

Berbalik Tren?

Harga minyak mentah WTI naik terus sejak turun mencapai “bottom” pada puncak terjadinya pandemik global 2020. Menjelang akhir dari kuartal kedua tahun 2022, momentum kenaikan harga minyak mentah WTI ini melambat dengan signifikan. Setelah sempat naik tajam sebentar ketika Rusia menyerbu Ukraian pada awal tahun ini, harga minyak mentah WTI berada pada level sekitar awal Maret. Pada bulan Juni harga minyak mentah WTI mengalami performa bulanan yang terburuk sejak bulan November tahun lalu.

Apakah harga minyak mentah WTI telah berbalik tren? Kelihatannya demikian pada level pendahuluan. Ada alasan mengapa harga minyak mentah WTI melemah: Kesalahan besar yang dilakukan oleh para bank sentral utama dunia di dalam memerangi inflasi.

Terutama Federal Reserve yang mengejutkan pasar dengan kenaikan tingkat bunga sampai 75 bps setelah keluarnya laporan inflasi yang naik kuat tanpa terduga pada bulan Mei. The Fed harus memulihkan kepercayaan dalam kesanggupannya untuk menjinakkan inflasi yang buas. Dan bukan hanya the Fed AS, memasuki kuartal ketiga para trader minyak akan berhadapan dengan bank sentral utama dunia lainnya yang sudah akan mulai lebih agresif dalam menaikkan tingkat suku bunganya dalam rangka menjinakkan inflasi.

Dan hal ini bukan tanpa harga yang dibayar yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Pada permulaan tahun 2022, ekonomi negara-negara yang tergagung di dalam G20 berkembang dengan kecepatan rata-rata sekitar 4.3% per tahun. Namun sekarang telah berkurang, terutama setelah Rusia menyerbu Ukrain. Sekarang diperkirakan pertumbuhan ekonomi negara-negara G20 telah turun menjadi 3%.

Turunnya pertumbuhan ekonomi global berarti potensi berkurangnya permintaan akan minyak mentah ke depannya. Mengakhiri bulan Juni dan kuartal kedua tahun 2022, minyak mentah mengalami performa bulan yang terburuk sejak bulan November 2021.

Memasuki minggu perdagangan yang baru pada bulan dan kuartal yang baru, naiknya ketakutan akan resesi mengatasi kekuatiran akan ketatnya supply sehingga akan menekan harga minyak mentah turun.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di $106.73 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $105.22 dan kemudian $103.83. “Resistance” yang terdekat menunggu di $107.51 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $108.02 dan kemudian $108.78.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.