Rekomendasi Minyak Awal 2023: Akankah Melanjutkan Kenaikannya?

652

(Vibiznews – Commodity) Menutup perdagangan pada tahun 2022, minyak mentah WTI berhasil naik dan diperdagangkan di atas $80.00 di $80.50 per barel. Minyak mentah WTI mengalami kenaikan terbesar dalam lebih dari satu minggu, pada minggu terakhir di tahun 2022 dengan naik dari kerendahan di $77.77 ke $80.50.

Kenaikan harga minyak mentah WTI ini bahkan terjadi di tengah ketakutan berkurangnya permintaan karena kasus merebaknya Covid – 19 yang berasal dari Cina, dan juga berita dari Energy Information Administration (EIA) AS, yang mengatakan bahwa permintaan minyak mentah AS  turun di bulan Oktober pada saat produksi sedang tinggi-tingginya sejak pandemik Covid – 19 dimulai. Akankah harga minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya pada awal tahun 2023 ini?

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $79.34, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan kenaikan ke $80.50. Harga minyak mentah WTI sudah mulai naik dari sejak hari Senin dan Selasa ke $80.60. Namun pada hari Rabu turun ke $77.77 karena ketidak pastian keadaan Covid di Cina. Pada hari Kamis berhasil naik kembali ke $78.64 karena kekuatiran akan supply dari Rusia. Pada hari Jumat melanjutkan kenaikan ke $80.50 karena sentimen pasar yang positip terhadap resiko.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Selasa, naik dan diperdagangkan di sekitar $80.69 per barel.

Naiknya harga minyak mentah WTI pada hari Selasa kemarin disebabkan karena kekuatiran supply yang meningkat setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani keputusan yang melarang penjualan minyak Rusia ke negara – negara maju yang mengenakan pembatasan harga atas terhadap minyak mentah WTI.

Selain itu kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan juga oleh karena dikuranginya restriksi sehubungan dengan Covid – 19 di Cina dengan pemerintah lokal mengutamakan fokus pada pertumbuhan ekonomi yang mendorong sentimen.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex menjelang jam perdagangan sesi AS, hari Rabu, turun dan diperdagangkan di sekitar $77.77 per barel.

Harga minyak mentah WTI sempat mendekati $79.00 pada awal jam perdagangan sesi Eropa setelah menguatnya pemulihan. Pada awalnya harga minyak mengalami respon pembelian yang kuat pada saat harga minyak mentah WTI sempat turun ke $77.50.

Namun minyak mentah WTI berbalik turun setelah gagal naik menembus resistance di $79.00 karena ketidak pastian mengenai keadaan Covid – 19 di Cina.

Dalam rangka menjaga kondisi ekonomi masing – masing negara dari pandemik Covid – 19, berbagai negara telah mengumumkan langkah – langkah keamanan bagi individu yang datang dari Cina.

Menurut berita dari CNN, Amerika Serikat meminta semua pendatang dari Cina untuk menunjukkan hasil tes Covid yang negatip sebelum terbang ke Amerika Serikat, efektif dimulai dari tanggal 5 Januari.

Sementara itu, Itali mengumumkan bahwa mereka akan memulai melakukan tes Covid terhadap semua kedatangan dari Cina  dan memaksa negara – negara Uni Eropa lainnya untuk mengikuti langkah-langkah ini, setelah 50% tes positip Covid – 19 dari Cina terbang ke Milan. Keprihatinan yang baru mengenai situasi Covid di Cina kemungkinan akan membuat indeks dollar AS berada pada teritori yang positip.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Kamis, naik mengarah ke $79.00, diperdagangkan di sekitar $78.64 per barel.

Harga minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya ke arah resistance krusial di $78.50 pada awal jam perdagangan sesi Tokyo hari Jumat pagi.

Kenaikan harga minyak mentah WTI dimulai sejak harga minyak mentah WTI jatuh ke $77.00 yang menarik minat para pembeli masuk posisi beli dengan meningkatnya kekuatiran akan supply yang disebabkan oleh karena penghambatan penjualan minyak mentah dari Rusia ke negara – negara G7.

Supply minyak mentah diperkirakan akan tetap menjadi keprihatinan utama dengan Rusia tidak berniat untuk menyediakan minyak mentah pada harga yang telah dikurangi. Meskipun negara – negara Barat aktif mencari alternatif dari minyak Rusia, ketergantungan mereka selama ini akan masih membuat mereka mengalami kesulitan dalam jangka pendek.

Dorongan naik harga minyak mentah WTI ditambah lagi dengan bergabungnya Uni Eropa di dalam ekspektasi pemulihan proyeksi permintaan minyak di Cina karena Langkah-langkah pembukaan kembali aktifitas ekonomi di Cina sekalipun Covid – 19 masih merebak di Cina.

Pada hari Jumat, Harga minyak mentah WTI mengalami rebound setelah jatuh  ke dekat $77.00 dan berhasil menembus rintangan yang krusial di $80.00, diperdagangkan di sekitar $80.50 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah WTI didukung oleh sentimen pasar yang positip terhadap resiko. Saham – saham Asia naik dengan para trader memandang positip penutupan tahun 2022 yang volatile, meskipun ada masalah dengan mengganasnya Covid – 19 di Cina yang terus berlangsung sampai sekarang.

Merefleksikan positipnya sentimen pasar di Asia pada penutupan tahun 2022, indeks saham Asia – Pacific MSCI di luar Jepang, naik hampir setengah persen.

Di Indonesia, dengan Presiden Indonesia Joko Widodo telah menandatangani regulasi darurat untuk menggantikan undang – undang penciptaan pekerjaan yang kontroversial, jelang akhir tahun, IHSG ditutup naik 0.14% atau 9.55 poin ke level 6860.07. Demikian juga dengan Indeks LQ45, menguat 0.66% atau 6.18 poin ke level 939.87.

Di Hong Kong, indeks saham Hang Seng naik 0,20% ke 19,781.41

Di Jepang, indeks saham Nikkei naik 0,003% ke 26,094.50

 Dukungan Naik

Memasuki tahun 2023, minyak mentah WTI memulai dengan nada yang solid di atas $80.00 setelah menguatnya permintaan setiap kali harga minyak mentah WTI turun ke arah $77.00 sehingga menambah keyakinan akan bisa naik lebih tinggi dalam jangka pendek.

Minyak mentah mendapatkan perhatian dengan meningkatnya kekuatiran akan supply yang disebabkan oleh berhentinya supply dari Moskow yang memicu resiko equilibrium di dalam mekanisme supply – demand ke depannya.

Ancaman akan penghentian supply minyak mentah dari Presiden Rusia Vladimir Putin setelah pengumuman akan pembatasan harga minyak mentah dari Rusia oleh negara – negara G7 dan Uni Eropa memicu kekuatiran akan supply. Minyak mentah Rusia dibatasi harganya oleh negara – negara Barat agar Rusia kekurangan amunisi untuk melanjutkan perang melawan Ukraina.

Selain itu, optimisme akan permintaan minyak dari Cina sedang mendapatkan jalurnya kembali dengan kenaikan kasus Covid – 19 adalah kesakitan jangka pendek, yang tidak akan bisa berkelanjutan untuk periode yang lebih lama. Pemerintah Cina sedang membuka kembali ekonominya dengan menghapus langkah-langkah lockdown dengan kecepatan yang kencang karena mentargetkan rebound di dalam aktifitas ekonomi. Pergerakan ini mendukung kenaikan harga minyak mentah.

Resiko Turun

Namun di tengah banyaknya faktor fundamental pendukung naik harga minyak mentah pada awal tahun 2023, ada hal – hal yang dapat membatasi kenaikan harga minyak mentah bahkan membalikkannya menjadi turun.

Salah satunya adalah komentar terbaru dari International Monetary Fund (IMF) mengenai permintaan global. Komentar dari IMF dapat menghentikan perjalanan naik dari harga minyak mentah. Managing Director IMF Kristalina Georgieva menyebutkan dalam program minggu pagi CBS bahwa ekonomi global 2023 akan menjadi tahun yang keras karena mesin utama pertumbuhan ekonomi global yakni AS, Eropa dan Cina ketiga-tiganya kemungkinan mengalami pelemahan aktifitas ekonomi.

Hal lain yang dapat menekan harga minyak mentah WTI turun adalah menguatnya dollar AS.

Awal tahun 2023 ini, Risalah pertemuan FOMC the Fed yang akan keluar pada hari Rabu dan juga laporan perkembangan employment AS – Non-Farm Payrolls (NFP) – bulan Desember yang akan keluar pada hari Jumat akan menjadi penggerak harga yang krusial. Risalah pertemuan FOMC yang hawkish kemungkinan bisa memicu kenaikan kembali dollar AS yang pada gilirannya akan bisa menekan harga minyak mentah. Begitu juga apabila angka NFP yang keluar memberikan semangat, maka bisa memicu naiknya kembali dollar AS dan melemahkan harga minyak mentah.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $78.60 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $76.75 dan kemudian $75.73. “Resistance” yang terdekat menunggu di $81.47 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $82.51 dan kemudian $84.35.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.