Rekomendasi Minyak Mingguan 9 – 13 Desember 2023: Peluang Kenaikan Kembali Harga Minyak Mentah WTI

824

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah WTI turun meskipun dollar AS mengalami penurunan pada hari terakhir perdagangan Jumat minggu lalu. Indeks dolar AS turun ke 103.645 setelah keluarnya laporan PMI jasa AS dari ISM yang lemah. Harga minyak mentah WTI sempat naik ke $81.50 pada hari Selasa minggu lalu sebelum jatuh 10.8% ke kerendahan di $72.73 pada hari Rabu minggu lalu. Outlook minyak mentah WTI terganggu oleh persepsi bahwa pertumbuhan ekonomi global kemungkinan tidak akan secerah seperti yang sebelumnya dibayangkan. Minggu ini pergerakan harga minyak mentah WTI akan dipengaruhi oleh angka inflasi AS yang akan keluar pada hari Kamis selain ketakutan akan terjadinya resesi global dan prospek permintaan minyak mentah dari Cina di tengah terus merebaknya Covid – 19 di Cina.

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu yang baru pada minggu lalu di $80.50, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan penurunan ke $73.82. Pada awalnya hari Senin, memulai tahun yang baru, harga minyak mentah WTI masih dapat bertahan di $80.49. Namun pada hari Selasa sudah tidak dapat bertahan, turun ke $77.60 dan pada hari Rabu melanjutkan penurunannya ke $73.60 karena ekspektasi turunnya permintaan minyak dari Cina. Harga minyak mentah WTI ditutup pada hari Jumat dengan harga yang relatip sama dengan harga hari Rabu di $73.82 setelah sebelumnya sempat naik ke $74.30 pada hari Kamis.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Senin, tidak banyak berubah, diperdagangkan di sekitar $80.49 per barel.

Harga minyak mentah WTI bertahan di ketinggian di atas $80.00 di tengah ketakutan berkurangnya permintaan karena kasus merebaknya Covid – 19 yang berasal dari Cina, dan juga di tengah berita dari Energy Information Administration (EIA) AS, yang mengatakan bahwa permintaan minyak mentah AS  turun di bulan Oktober pada saat produksi sedang tinggi-tingginya sejak pandemik Covid – 19 dimulai,

Harga minyak mentah WTI dapat bertahan di ketinggiannya, didukung oleh meningkatnya kekuatiran akan supply yang disebabkan oleh berhentinya supply dari Moskow yang memicu resiko equilibrium di dalam mekanisme supply – demand ke depannya.

Hasil polling Reuters menunjukkan bahwa harga minyak mentah WTI secara rata – rata pada tahun 2023 diperkirakan akan berada di level $84.84. Meskipun turun dari perkiraan di bulan November di $87.80, hasil polling Reuters ini menopang harga minyak mentah WTI di ketinggiannya saat ini di $80.50.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Selasa, gagal bertahan di atas $80.00, turun dan diperdagangkan di sekitar $77.60 per barel.

Minyak mentah WTI berjuang untuk bisa bertahan di atas $80.00, namun gagal. Salah satu penyebab kegagalan adalah ekspektasi akan meningkatnya angka infeksi Covid – 19 ke depannya dengan Cina kemungkinan sedang memasuki minggu – minggu pandemik yang paling berbahaya.

Investor sedang bingung antara, mendukung harga minyak mentah naik setelah mempertimbangkan keuntungan jangka panjang dari pembukaan kembali aktifitas bisnis dan ekonomi di Cina, dengan menghukum minyak mentah karena turunnya permintaan minyak Cina jangka pendek yang disebabkan oleh melonjaknya dengan cepat kasus Covid 19.

Penurunan harga minyak mentah WTI didukung juga oleh naiknya indeks dollar AS 1,07% ke 104.368, setelah pada tahun 2022 turun selama dua hari terakhir berturut-turut.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Rabu, melanjutkan penurunannya dan diperdagangkan di sekitar $73.60 per barel.

Harga minyak mentah WTI turun lebih dari 3% pada hari Selasa dan melanjutkan penurunannya pada hari Rabu, karena meningkatnya keprihatinan akan berkurangnya permintaan minyak mentah dari Cina, dengan negara ini sedang bertempur melawan kasus – kasus Covid – 19 di tengah bertambahnya kekuatiran akan resesi yang mendunia.

Minyak mentah WTI menghentikan jalur kenaikannya di EMA 50 hari di $80.32 per barel. Kenaikan kasus Covid – 19 di Cina mengancam berhentinya permintaan minyak mentah di negara pengimpor minyak mentah terbesar di dunia.

Pada hari Minggu, Direktur International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan bahwa ekonomi global menghadapi satu tahun yang keras, lebih keras daripada tahun – tahun sebelumnya. Bertambahnya pengetatan bank sentral dan melemahnya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan oleh ekonomi dunia, membuat naiknya resiko resesi global.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Kamis, sempat berhasil bangkit dan diperdagangkan di sekitar $74.30 per barel.

Harga minyak mentah WTI berhasil berbalik naik setelah sempat jatuh ke dekat $73.00,  karena naiknya infeksi Covid di Cina sedang menunjukkan tanda – tanda tertundanya pemulihan di dalam prospek ekonomi Cina.

Naiknya kembali harga minyak mentah WTI saat ini agak tertahan oleh karena melemahnya data PMI manufaktur AS yang dilaporkan oleh Institute of Supply Management (ISM) department.

PMI manufaktur dari ISM muncul di 48.4% pada bulan Desember dibandingkan dengan perkiraan konsensus di 48.5% dan angka bulan November di 49%. Angka PMI manufaktur di 48.4 ini merupakan angka terendah sejak Mei 2020 di 43.5.

Melemahnya aktifitas manufaktur di AS untuk kedua kalinya berturut – turut telah memicu ketakutan akan resesi global.

Selain itu naiknya indeks dollar AS ke 104.955 dari sebelumnya di 103.00 setelah munculnya laporan employment dari ADP, berpotensi menekan kembali harga minyak mentah WTI turun.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Jumat, sempat bergerak naik dan diperdagangkan di sekitar $74.97 per barel, namun akhirnya kembali turun ke $73.82.

Harga minyak mentah WTI terus bergerak sideways setelah penurunan tajam yang terjadi pada hari Rabu yang lalu.  Pada jam perdagangan sesi Asia, minyak mentah WTI berusaha memperpanjang pemulihannya di atas resistance yang krusial di $75.00 per barel.

Pada jam perdagangan sesi AS, minyak mentah WTI kembali berusaha naik dan sempat berhasil menembus $75.00 di sekitar $75.02 sebelum akhirnya turun lagi ke $73.82 per barel.

Harga minyak mentah WTI bergerak turun tertekan oleh keluarnya laporan dari Energy Information Administration (EIA). EIA  melaporkan kenaikan di dalam persediaan minyak mentah AS sebanyak 1.694.000 barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 30 Desember.

Sementara itu, harga minyak mentah WTI mendapatkan dukungan dari turunnya dollar AS kembali ke 103.00 setelah sebelumnya sempat naik ke 105.00 sehingga penurunan harga minyak mentah WTI menjadi terbatas.

Pergerakan Pada Minggu Ini

Minggu ini semua mata tertuju kepada data inflasi, CPI AS, yang akan dirilis pada hari Kamis. Data inflasi AS yang akan keluar ini akan membentuk sentimen pasar sampai minggu – minggu ke depannya.

CPI diperkirakan akan turun ke 6.5% Y/Y dari sebelumnya 7.1% di bulan November. Angka inti juga diperkirakan menurun menjadi 5.7% Y/Y dari sebelumnya 6.0%.

Indeks dollar AS berakhir pada minggu lalu dengan posisi di bawah setelah keluarnya data Nonfarm Payrolls (NFP) dan PMI jasa ISM.

Angka CPI yang tinggi akan membuat the Fed mempertimbangkan kenaikan tingkat bunga sebesar 50 bps pada bulan Februari. Sebaliknya apabila angka CPI rendah akan bisa membuat the Fed hanya menaikkan tingkat bunga sebesar 25 bps yang akan membuat dollar AS menjadi rentan turun.

Turunnya penghasilan rata – rata per jam dari laporan NFP juga membuat para trader mengantisipasikan angka inflasi yang lemah yang akan bisa menekan turun dollar AS yang pada gilirannya akan mendorong harga minyak mentah WTI naik.

Kondisi di Cina & Resesi Global

Kondisi perkembangan Covid dan aktifitas bisnis di Cina juga masih terus dimonitor pasar dan akan bisa mempengaruhi pergerakan harga terutama harga minyak.

Pembukaan kembali ekonomi di Cina sementara Covid – 19 tetap mengganas di Cina membuat investor tidak tenang apalagi dengan negara – negara Barat mengenakan restriksi terhadap pendatang dari Cina.

Sebelum memulai perdagangan pada tahun baru 2023, Direktur International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa dunia ketiga akan menghadapi resesi pada tahun ini, dan memberi sorotan bahwa AS, Cina dan Uni Eropa juga akan melambat secara bersamaan. Ketakutan akan terjadinya resesi global memberikan tekanan bearish terhadap harga minyak mentah WTI.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $72.66 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $71.44 dan kemudian $70.24. “Resistance” yang terdekat menunggu di $75.08 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $76.29 dan kemudian $77.58.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.