Transformasi Industri Menuju Investasi Hijau Berkelanjutan Harus Dikawal Terus

190

(Vibiznews – IDX) Sebagai upaya penurunan emisi gas rumah kaca, Presiden Joko Widodo meresmikan perdagangan bursa karbon Indonesia atau IDX Carbon Exchange (IDX Carbon) pada 26 September 2023 lalu. Peresmian ini menandakan IDX Carbon sebagai sistem jual beli karbon pertama di Indonesia.

Pada 2022, Indonesia berada pada urutan ke-6 penyumbang emisi karbon sektor energi terbesar di dunia dengan angka mencapai 691,97 ton. Adapun penyumbang emisi terbesar berada pada subsektor pengadaan listrik dan gas. Mengutip U.S Energy Information Administration, diperkirakan suatu pembangkit listrik tenaga fosil menghasilkan sekitar 0.3855535 kg karbon untuk setiap kWh yang diproduksi.

Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mencapai net zero emission maksimal tahun 2060. Staf Khusus Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi/BKPM M. Pradana Indraputra mengatakan, “Tentu niat ini harus disertakan dengan usaha nyata untuk mencapai target tersebut. Melalui perdagangan bursa karbon dapat menjadi solusi inovatif dalam upaya mengurangi emisi”.

Perdagangan karbon melalui Bursa Karbon (IDX Carbon) merupakan proses jual beli kredit karbon, dengan kredit ini setiap perusahaan memiliki hak untuk mengeluarkan kadar karbon dalam batas tertentu dalam proses industri. Sebagai konsekuensi apabila perusahaan melebihi batas atas emisi karbon, diwajibkan membeli atau mengganti kuota karbon (carbon offset)  dan atau membeli sertifikat pengurangan emisi.

“Bursa karbon ini bisa menjadi solusi kreatif terutama bagi perusahaan untuk menyeimbangkan kegiatan bisnis dengan komitmennya menjaga lingkungan, lewat bursa pengurangan emisi bisa diperdagangkan secara terukur dan terstandar. Perusahaan bisa mengoptimalkan efisiensi karbonya untuk mendapatkan untung.

Melalui perdagangan bursa karbon menjadi salah satu cara perusahaan mewujudkan iklim investasi hijau. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai badan yang mengatur dan mengawasi perdagangan karbon ini memproyeksikan beberapa subsektor industri seperti Pembangkit tenaga listrik, Kehutanan, Pertanian, Limbah, Migas, Kelautan dan Industri Umum. Sehingga dapat menjadi langkah awal perusahaan untuk berpartisipasi mewujudkan pengurangan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan investasi dalam teknologi ramah lingkungan.

Sektor-sektor strategis seperti listrik, kehutanan, pertanian, dan industri harus terlibat aktif guna transisi energi bersih. Lewat bursa karbon, mereka didorong untuk mengoptimalkan efisiensi sumber daya alam agar bisnis tetap sustainable di masa depan.