(Vibiznews-Kolom) IHSG hari ini, Kamis 6 Feb 2025, turun drastis sebesar 162,62 poin (-2,32%), ditutup di level 6.861,61. Grafik menunjukkan tren penurunan sepanjang hari dengan sedikit jeda stabil sebelum kembali melemah. Tekanan jual yang terus-menerus mengindikasikan aksi jual besar-besaran, kemungkinan dipicu oleh sentimen negatif global atau domestik.
Level Support dan Resistance Penting
Saat ini, IHSG mendekati level support di 6.850, yang menjadi batas psikologis penting. Jika level ini ditembus, indeks berpotensi turun lebih dalam. Di sisi lain, resistance berada di sekitar 7.030, level awal sebelum koreksi. Volume perdagangan juga menjadi indikator penting untuk memantau kekuatan tekanan jual.
Baca juga : Merosot Tajam, IHSG Kamis Ditutup Melemah ke Level 6.876
Faktor Penyebab Penurunan
Penurunan ini mungkin dipengaruhi oleh sentimen global, seperti kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, atau pelemahan harga komoditas seperti batu bara dan minyak. Di sisi domestik, pelemahan nilai tukar rupiah atau laporan keuangan emiten yang kurang memuaskan bisa menjadi faktor pendorong tekanan jual.

Sektor yang Tertekan
Sektor keuangan, pertambangan, dan infrastruktur kemungkinan besar mengalami tekanan paling besar karena bobotnya yang besar dalam IHSG. Penurunan harga komoditas juga memengaruhi sektor energi. Sebaliknya, sektor defensif seperti konsumsi primer atau kesehatan bisa menjadi pilihan lebih aman.
Baca juga : IHSG Kamis Ditutup Merosot 2,1% ke Level 6.876; Berlawanan Arah dengan Regional
Analisis Berdasarkan Prinsip Benjamin Graham
Benjamin Graham, dalam bukunya The Intelligent Investor, memberikan pendekatan yang relevan untuk menghadapi situasi ini. Prinsip utama seperti investasi nilai, margin keamanan, pendekatan jangka panjang, dan disiplin sangat membantu dalam menavigasi kondisi pasar yang bergejolak.
- Investasi Nilai: Carilah saham yang undervalued berdasarkan analisis fundamental. Di tengah tekanan pasar, beberapa saham mungkin diperdagangkan jauh di bawah nilai intrinsiknya.
- Margin Keamanan: Pastikan ada selisih cukup antara harga beli saham dan nilai intrinsiknya untuk melindungi dari risiko pasar.
- Kesabaran: Hindari keputusan emosional dan fokus pada potensi jangka panjang. Jangan terpengaruh oleh fluktuasi pasar harian.
- Diversifikasi: Sebar investasi ke berbagai sektor untuk mengurangi risiko. Fokus pada sektor defensif seperti konsumsi primer atau kesehatan yang cenderung stabil.
Rekomendasi Bagi Investor
Bagi investor jangka pendek, penting untuk memantau pergerakan IHSG pada level support 6.850. Jika level ini bertahan, ada peluang untuk rebound. Sementara itu, bagi investor jangka panjang, ini adalah momen yang baik untuk mengakumulasi saham berfundamental kuat, terutama di sektor yang stabil dan memiliki margin keamanan tinggi. Tetap disiplin dan bersabar, serta pantau sentimen global dan domestik untuk mengambil langkah investasi yang bijak.
Dengan pendekatan berdasarkan prinsip Benjamin Graham, investor dapat menghadapi situasi pasar ini dengan lebih percaya diri dan terhindar dari keputusan impulsif yang merugikan.
Alternatif Investasi di Tengah Penurunan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan pada 6 Februari 2025, mencatatkan koreksi sebesar 162,62 poin (-2,32%) dan ditutup di level 6.861,61. Penurunan ini memunculkan kekhawatiran di kalangan investor terkait sentimen pasar yang didorong oleh tekanan global dan domestik. Namun, kondisi ini juga membuka peluang untuk mempertimbangkan alternatif investasi lain yang bisa memberikan imbal hasil menarik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Kondisi IHSG dan Tantangan Pasar
Grafik IHSG menunjukkan tren penurunan sepanjang hari dengan tekanan jual yang terus-menerus. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Global: Kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang lebih ketat, serta pelemahan harga komoditas seperti batu bara dan minyak.
- Domestik: Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan laporan keuangan emiten yang kurang memuaskan.
Sektor-sektor seperti keuangan, pertambangan, dan infrastruktur mengalami tekanan besar, sementara sektor defensif seperti konsumsi primer dan kesehatan menawarkan perlindungan lebih baik. Dalam situasi ini, investor perlu mengevaluasi strategi investasi dengan mempertimbangkan instrumen yang lebih stabil atau memberikan peluang pertumbuhan jangka panjang.
Alternatif Investasi Jangka Pendek
Berikut adalah beberapa opsi investasi jangka pendek yang bisa dipertimbangkan:
- Reksa Dana Pasar Uang Reksa dana pasar uang menawarkan likuiditas tinggi dan risiko rendah. Dengan imbal hasil tahunan sekitar 4-6%, instrumen ini cocok untuk tujuan investasi jangka pendek di tengah volatilitas pasar saham.
- Obligasi Negara Ritel (ORI) atau Sukuk Ritel Instrumen ini dijamin pemerintah dan menawarkan kupon tetap yang dibayarkan bulanan. Saat ini, ORI bisa memberikan imbal hasil sekitar 5-6% per tahun.
- Deposito Berjangka Deposito menawarkan bunga tetap dengan risiko minimal. Tingkat bunga rata-rata deposito saat ini berada di kisaran 4-5% per tahun.
- Peer-to-Peer (P2P) Lending Alternatif ini menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi, sekitar 8-12% per tahun. Namun, investor perlu berhati-hati dalam memilih platform yang terpercaya untuk meminimalkan risiko gagal bayar.
Alternatif Investasi Jangka Panjang
Untuk investasi dengan horizon waktu lebih dari tiga tahun, opsi berikut dapat dipertimbangkan:
- Saham Berfundamental Kuat Mengacu pada prinsip value investing ala Benjamin Graham, saham yang undervalued dengan fundamental kuat dapat memberikan imbal hasil tinggi dalam jangka panjang. Sektor konsumsi primer dan kesehatan adalah pilihan ideal saat ini.
- Properti Investasi di tanah atau rumah memiliki potensi apresiasi nilai yang signifikan. Selain itu, properti juga bisa memberikan pendapatan pasif melalui sewa.
- Reksa Dana Saham atau ETF Diversifikasi risiko dapat dilakukan melalui reksa dana saham atau ETF berbasis indeks. Instrumen ini cocok untuk investor yang ingin mendapatkan eksposur ke pasar saham tanpa harus memilih saham individual.
- Emas Emas merupakan instrumen yang tahan terhadap inflasi dan memiliki nilai intrinsik tinggi. Saat ini, harga emas global cenderung stabil dengan potensi kenaikan akibat ketidakpastian ekonomi.
Perbandingan Keuntungan Investasi
Penurunan IHSG memberikan peluang untuk mengakumulasi aset yang undervalued, terutama bagi investor jangka panjang. Namun, bagi investor yang menghindari risiko tinggi, instrumen seperti reksa dana pasar uang, ORI, atau emas dapat menjadi pilihan lebih aman. Diversifikasi tetap menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian pasar.

Bagi investor jangka pendek, fokus pada instrumen dengan risiko rendah seperti reksa dana pasar uang atau obligasi. Sementara itu, untuk jangka panjang, berinvestasi di saham berfundamental kuat atau properti dapat memberikan imbal hasil lebih besar seiring waktu. Dengan mengacu pada prinsip investasi Benjamin Graham, investor diingatkan untuk bersabar, tetap disiplin, dan mengutamakan margin keamanan dalam setiap keputusan investasi.



