Setelah 9 (sembilan) bulan terakhir ini Bank Indonesia (BI) enggan membuka ruang kebijakan moneter longgar, akhirnya kali ini Gubernur BI, yaitu Agus Martowardojo mengatakan, BI sudah memiliki ruang untuk menerapkan kebijakan moneter longgarnya berupa pemangkasan suku bunga acuan. Namun sejauh ini, bank sentral masih mempertimbangan beberapa indikator yaitu data inflasi, current account deficit, dan faktor ekonomi global. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi keputusan yang akan diambil BI nantinya.
Seperti diketahui, laju inflasi Tanah Air untuk periode yang berakhir September lalu mencatat deflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,67. Dengan demikian, maka tingkat inflasi periode Januari–September 2015 menjadi sebesar 2,24 persen dan tingkat inflasi pada September 2015 menjadi sebesar 6,83 persen (yoy), dimana laju inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam kurun 5 (lima) bulan terakhir. (Lihat juga: Daya Beli Masyarakat Turun, September 2015 Deflasi Indonesia 0,05%)
Meredamnya laju inflasi yang sempat “memanas” dinilai sebagai sebuah keuntungan bagi BI untuk memangkas suku bunganya, bahkan BI mengkoreksi perkirakan inflasi untuk keseluruhan 2015 akan berada di bawah titik tengah sasaran inflasi 2015 sebesar 4 persen. Koreksi tersebut dengan mempertimbangkan bahwa indeks Harga konsumen (IHK) mengalami deflasi pada bulan September 2015 sehingga inflasi IHK Januari-September 2015 tercatat cukup rendah.
Selain itu, BI juga melihat ada perbaikan pada posisi current account. Pada kuartal III-2015 ini, current account ada di kisaran 3 persen dari GDP. Bahkan BI melihat potensi CAD bisa di bawah dua persen. Namun, BI masih khawatir dengan kondisi ekonomi global. Meskipun memang pertumbuhan ekonomi dunia sudah dikoreksi yang tadinya diprediksi berada pada kisaran 3,3 persen turun menjadi 3,1 persen.
Seperti diketahui, yang selama ini kerap memengaruhi perekonomian Indonesia ialah perlambatan ekonomi Tiongkok dan kebijakan The Fed. Sebelumnya perekonomian Indonesia terus goyah akibat ketidakpastian yang ditimbulkan The Fed dari keputusannya untuk menaikkan suku bunganya, namun akhirnya The Fed memutuskan untuk batal menaikkan suku bunganya di tahun ini dengan pertimbangan kondisi ekonomi Tiongkok yang masih suram. Sebagai tambahan, Biro Statistik Nasional Tiongkok pagi ini melaporkan bahwa laju PDB Tiongkok periode Q3-2015 bukukan pertumbuhan sebesar 6,9 persen.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang