(Vibiznews-Forex) Setelah Mahkamah Agung Inggris menggoncangkan dengan membatalkan suspensi parlemen, House of Commons kembali dan dengan pemandangan balas dendam. Poundsterling jatuh karena turunnya kemungkinan tercapainya kesepakatan. Kekacauan politik terus berlangsung ditengah konferensi Partai Konservatif, potensi menggulingkan Johnson, dan sepaket kalender ekonomi AS.
Lady Brenda Hale – Presiden dari Mahkamah Agung Inggris – memicu volatilitas tinggi ketika dia menyatakan bahwa penghentian sementara parlemen adalah tidak sesuai dengan undang-undang dan tidak ada efeknya. Poundsterling awalnya naik namun kemudian turun dengan cepat. Perpecahan di House of Commons mengalami perang kata-kata antara Perdana Menteri Boris Johnson dengan oposisinya yang terdiri dari kolege konservatifnya yang lebih dahulu.
Poundsterling juga terpukul oleh komentar “dovish” dari Michael Saunders, seorang anggota dari Bank of England yang selama ini menjadi pendukung dari niat bank sentral Inggris untuk menaikkan tingkat suku bunga setelah Brexit. Namun sekarang dia mengubah pikirannya dan melihat ketidakpastian Brexit sudah mempengaruhi jalan tol atas ekonomi – membawa dia kepada konklusi bahwa BOE harus memangkas tingkat suku bunganya. Pergerakannya dari “hawkish” ke “dovish” memberikan signal BOE akan bertindak secepatnya.
Tidak hanya Boris Johnson yang sedang terancam kedudukannya. Presiden AS Donald Trump juga sedang menghadapi tuntutan turun secara resmi karena diduga membuat permintaan agar Ukraine menggali kotoran atas rival potensialnya di dalam pemilihan presiden tahun 2020 – Joe Biden. Namun departemen ‘justice” AS merilis dokumen yang menyimpulkan bahwa Trump tidak melanggar undang-undang keuangan kampanye, mengangkat tekanan terhadap persoalan ini. Meskipun kemungkinan menurunkan presiden Donald Trump adalah kecil, ketidakpastian politik membebani pasar dan sentimen perdagangan sehingga mendorong dolar yang “safe – haven” naik.
Sementara perang dagang terus berlanjut, sekarang berada pada kondisi yang baik namun jauh dari selesai. Amerika Serikat dan Cina tetah mempertahankan pembicaraannya mengenai kesepakatan perdagangan dan kedua negara kelihatannya optimis. Namun, tidak ada laporan akan terjadinya terobosan.
Data AS, sebaliknya, umumnya positip, namun gagal memberikan impresi. Perkiraan PMI Jasa bulan September muncul dibawah dari yang diperkirakan pasar pada 50.9, meskipun indeks manufaktur membaik menjadi 51 dari sebelumnya 50.3. PMI komposit, diperkirakan berada pada 49.6 ternyata muncul di 51. GDP kuartal ke 2 muncul di 2.0% sesuai dengan yang diperkirakan, sementara Order Durable Goods naik 0.2% pada bulan Agustus.
Sementara aliansi pemberontak telah memainkan kartunya dengan baik, mereka hanya bersatu dalam hal mencegah keluarnya Inggris secara keras dari Uni Eropa, tidak ada yang lain. Menggulingkan Johnson bisa memicu volatilitas yang tinggi dan kemungkinan akan membuat poundsterling membumbung tinggi. Namun, kalau yang terpilih sebagai gantinya adalah Corbyn, rally daripada poundsterling akan terbatas.
Kalender ekonomi Inggris antara lain akan merilis GDP final untuk kuartal kedua yang diperkirakan akan mengkonfirmasi tingkat pertumbuhan yang sudah ada saat ini 2.1% – relatif rendah. Amerika Serikat akan mempublikasikan laporan NFP pada hari Jumat, dengan ekonomi diperkirakan bertambah sebanyak 162.000 pekerjaan baru. Tingkat pengangguran stabil di 3.7% sementara pertumbuhan upah juga stabil.
GBP/USD menemukan “support” pada Simple Moving Average 50 hari dan terus berusaha menikmati momentum naik, namun jatuh dibawah garis “resistance” naik pada awal bulan. Gambaran keseluruhan bercampur, dengan “support” awal menunggu di 1.2250 yang apabila berhasil ditembus akan lanjut ke 1.2210 dan kemudian 1.2150. Sebaliknya pergerakan naik selanjutnya akan berhadapan dengan “resistance” awal di 1.2326 yang apabila berhasil ditembus akan naik ke 1.2365 dan kemudian 1.2415.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido