(Vibiznews-Forex) Berikut ini apa yang terjadi pada hari ini yang mempengaruhi pergerakan harga:
Pasar mulai pulih kembali setelah ketakutan dari wabah coronavirus memicu aksi jual yang masih pada minggu lalu. Pesan yang “extraordinary” dari Federal Reserve – dimana terkandung di dalamnya petunjuk akan memangkas tingkat suku bunga – pada hari Jumat dan pesan yang sama pada hari Senin dari Bank of Japan mengirim saham naik lebih tinggi. Sebagian analis pasar mengharapkan pemangkasan tingkat bunga bank sentral dunia yang terkoordinasi di dalam beberapa hari yang akan datang.
Emas bergerak dengan kekhasannya sendiri, naik lebih tinggi setelah menderita tekanan jual sehubungan dengan likuiditas pada minggu lalu. Emas diperdagangkan sekitar $1,602. Kelihatannya emas sudah kembali ke reaksi normalnya, naik pada saat pasar ketakutan dan turun pada saat pasar penuh harapan.
Sementara matauang negara lainnya pulih kembali, yen & dolar AS yang “safe-haven” masih di posisi dasar. Greenback sedang berjuang dengan imbal hasil yang rendah, dengan imbal hasil treasury benchmark jatuh dibawah 1.10%. Pasar obligasi nampaknya masih melanjutkan ketakutan, sebagian merespon terhadap lemahnya Purchasing Manager Index Cina.
Rilis data hari ini adalah ISM PMI manufaktur AS yang diperkirakan stabil namun ketakutan akan kerusakan bisa mendorong turun.
Coronavirus: Amerika Serikat melaporkan dua kematina dan pertama penularan di New York. Indonesia baru kasus pertama. Australia juga pertama penularan dari manusia ke manusia. Korban kematian global mencapai 3000 dan jumlah terinfeksi mencapai 100.000.
Brexit: Inggris dan Uni Eropa memulai pembicaraan resmi mengenai hubungan kedua kubu ditengah rendahnya ekspektasi. Keduanya berselisih mengenai bagaimana Inggris harus mengikuti aturan dari Blok Eropa. Sebagian berkata bahwa perundingan bisa berhenti dalam beberapa minggu. GBP/USD kebanyakan digerakkan oleh berita-berita virus.
Harga minyak telah mulai pulih setelah Rusia bergerak mendekat untuk sepakat terhadap pemangkasan produksi setelah cukup lama enggan bekerjasama dengan Arab Saudi sehubungan dengan krisis coronavirus.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido