(Vibiznews-Forex) Pasangan matauang EUR/USd mengakhiri minggu lalu dengan kerugian setelah diperdagangkan setinggi 1.1496 pada hari Senin minggu lalu, suatu level yang terakhir terlihat pada bulan Januari 2019.
Ketakutan akan wabah coronavirus terus menguasai pasar dan ditambah lagi dengan Arab Saudi menyatakan perang dengan Rusia, setelah Rusia menolak untuk menyetujui pengurangan produksi, yang membawa kepada penurunan harga dan dorongan untuk menaikkan produksi. Minat spekulatif segera berlari ke “yang aman”, khususnya permintaan obligasi pemeringah AS, yang selanjutnya dibakar oleh ketakutan akan runtuhnya ekonomi AS sementara mendorong naik permintaan “safe-haven” dolar AS pada saat yang bersamaan. Wall Street mengalami minggu yang terburuk selama beberapa dekade, bank-bank sentral dan para pemimipin global mengumumkan suntikan likuiditas dan langkah-langkah lainnya untuk mengatasi masalah virus ini, meskipun pasar masih belum merasa cukup.
Presiden AS Donald Trump melontarkan penangguhan pajak gaji dalam usaha untuk mengurangi dampak dari coronavirus terhadap ekonomi. Federal Reserve New York memompa likuiditas yang masif ke dalam sistem keuangan, mengumumkan operasi repo $500 miliar dan mengumumkan rencana untuk memompa paling sedikit $1,5 triliun. The Fed juga berkompromi untuk mulai membeli Treasuries. Berita ini membangkitkan permintaan akan dolar AS.
ECB membuat kebijakan moneter dengan menahan diri dari memangkas tingkat suku bunga, namun para pembuat kebijakan mengumumkan serangkaian langkah untuk mendukung pinjaman dari bank dan memperluas program pembelian assets sampai 120 miliar selama tahun ini. Ditambah lagi, Komisi Uni Eropa mengumumkan serangkaian langkah untuk mendukung ekonomi dari Uni Eropa yang termasuk menyiapkan 27 miliar euro sebagai respon terhadap krisis coronavirus.
Data yang keluar dari Amerika Serikat maupun Eropa telah diabaikan oleh pasar ditengah cepatnya perkembangan dari merebaknya wabah coronavirus. Meskipun demikian perlu dicatat bahwa GDP Uni Eropa kuartal ke 4 dikonfirmasi sebesar 0.1% yang merefleksikan kondisi ekonomi dari Uni Eropa yang buruk menjelang krisis. Inflasi AS sebaliknya, mengejutkan pasar dengan kenaikan, dimana CPI inti tahunan naik 2.4% pada bulan Februari, sementara perkiraan awal dari Michigan Consumer Confidence bulan Maret mengatasi dari yang diperkirakan di 95.9. Data makro ekonomi AS dan Uni Eropa, menunjukkan kondisi ekonomi Amerika Serikat yang masih lebih baik daripada kondisi ekonomi Uni Eropa.
Para investor akan mengikuti kebijakan dari para pembuat kebijakan di Amerika Serikat. Jika berhasil dikeluarkan paket kebijakan yang efektif, saham akan memiliki ruang untuk naik dan sebaliknya. Selanjutnya, bagaimana keputusan dari Federal Reserve untuk memangkas tingkat suku bunga lagi sebanyak banyaknya menjadi hal yang menonjol dalam kalender ekonomi AS. Setelah mengejutkan pasar dengan pengurangan tingkat bunga yang tidak terskedulkan, sekarang the Fed kemungkinan akan memangkas turun dua kali lipat sisa dari 100 basis poin yang masih tersisa dan membuat tingkat bunga menjadi 0%-0.25% dan juga menambahkan suntikan likuiditas ke pasar. Kegagalan untuk memangkas tingkat bunga lebih lanjut akan bisa membuat pasar jatuh, sementara penggelontoran banyak uang akan bisa mendorong saham naik dan dolar AS turun.
Potensi kenaikan dari EUR/USD yang disebabkan oleh melemahnya dolar AS sebagai akibat dari pemangkasan tingkat suku bunga oleh the Fed kedua kalinya, dibatasi oleh ketidakseimbangan ekonomi diantara kedua kubu ini. Kenaikan EUR/USD dibatasi oleh “resistance” terdekat di Penurunan lebih lanjut akan berhadapan dengan “support” terdekat di 1.1175 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.1240 dan kemudian 1.1300. Sedangkan penurunannya akan berhadapan dengan “support” psikologis di 1.1000 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.0920 dan kemudian 1.0840.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido



