(Vibiznews-Forex) GBP/USD berhasil mempertahankan sedikit kenaikannya diatas level 1.2300 sekalipun turun dari posisi awal minggu di sekitar 1.2450 meskipun data ekonomi yang keluar mengecewakan dan berita-berita mengenai Brexit saling konflik.
GBP/USD mengalami tekanan kebawah meskipun kurva coronavirus telah mendatar. Penutupan ekonomi terus berlangsung sampai tanggal 7 Mei dan ekonomi Inggris terpukul berat. Sementara strategi exit masih belum jelas, tidak seperti negara-negara Eropa lainnya. Perdana Menteri Boris Johnson walaupun sudah bisa kontak dengan rekan-rekannya belum bisa muncul di publik. Markit’s preliminary Purchasing Managers’ Indexes untuk bulan April jatuh ke rekor terendah di 12.3 yang sangat buruk.
Dolar AS semula terdorong naik dengan jatuhnya harga minyak ke teritori negatif. Data makro ekonomi AS yang mengecewakan membuat dolar AS berlanjut dalam kenaikannya. Namun, pada akhirnya dolar AS mengalami tekanan jual dengan laporan mengatakan bahwa Federal Reserve akan meluaskan skema pembelian obligasi dari pemerintah daerah, Bank of Japan akan menghapus batasan QE nya dan Uni Eropa kelihatannya mendekat kepada kesepakatan terhadap paket stimulus yang besar.
Memasuki minggu terakhir bulan April dan masuk ke bulan Mei, langkah-langkah pemerintah Inggris berikutnya mengenai penutupan ekonomi akan menjadi pusat perhatian. Keputusannya tergantung, angka-angka kesehatan. Kurvanya harus turun tidak hanya datar.
Apabila Johnson kembali bertugas di Downing Street, ini akan memberikan dorongan moral dan bisa mengangkat naik Poundsterling. Hal ini juga akan bisa membantu kepastian strategi exit dan memberikan lebih banyak kepemimpinan yang menghilangkan sebagian dari ketidakpastian yang pada akhirnya mendukung Poundsterling.
Pembicaraan mengenai Brexit akan berlanjut. Setiap laporan terjadinya ketidak sepakatan bisa mendorong Poundsterling turun dan sebaliknya.
Satu-satunya data ekonomi yang menggerakkan pasar adalah PMI Manufaktur final yang kemungkinan akan mengkonfirmasi kontraksi yang terakhir.
Dengan statistik mengenai Covid-19 terus membaik, pertikaian antara Presiden Donald Trump yang ingin membuka kembali ekonomi atau meliberalisasi negara bagian dengan Gubernur-Gubernur kemungkinan akan bertambah. Setiap keputusan untuk tetap menutup ekonomi akan membawa korban ekonomi dan sosial, sementara melonggarkan restriksi terlalu cepat bisa memicu penularan gelombang kedua yang bisa memukul kepercayaan investor dan konsumen.
Tidak ada pilihan yang mudah, namun hubungan yang baik antara berbagai otoritas pemerintah bisa mendorong sentimen dan mendorong dolar yang “safe-haven” turun, sebaliknya pertikaian bisa memicu kebingungan dan mendukung naik raja uang tunai.
Conference Board’s Consumer Confidence untuk bulan April kemungkinan akan merefleksikan kejatuhan dan kesulitan ekonomi.
Amerika Serikat akan melaporkan GDP kuartal pertama di tahun 2020 yang diperkirakan akan turun 4.1%, yang terburuk sejak tahun 2009, dan ini baru puncak dari gunung es.
Event kedua yang krusial adalah laporan keputusan dari Federal Reserve setelah meluncurkan stimulus yang masif untuk merespon krisis coronavirus. Gubernur the Fed Jerome Powell kemungkinan akan mempublikasikan perkiraan yang baru mengenai pertumbuhan, employment, inflasi dan tingkat bunga. Perkiraan yang suram berarti pemberlakuan tingkat bunga yang rendah lebih lama lagi.
Diperdagangkan di sekitar area 1.2366, tren pasangan matauang ini bervariasi dengan “support” terdekat menunggu di 1.2250 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2160 dan kemudian 1.1980. Sedangkan kenaikannya akan berhadapan dengan “resistance” terdekat di 1.2405 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2500 dan kemudian 1.2645.
Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting
Editor: Asido



