Rekomendasi Mingguan GBP/USD 7 – 11 Februari 2022: Bisakah Inflasi AS Membalikkan Rally BoE?

1491

(Vibiznews – Forex)  Pada minggu lalu GBP/USD sempat naik dari awal minggu di 1.3559 ke level terkuat selama 2 minggu di 1.3629 pada hari Kamis sebagai reaksi awal terhadap keputusan BoE yang menaikkan tingkat bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 0.5%. Namun pada hari Jumat GBP/USD melemah ke 1.3522 karena menguatnya dolar AS secara luas setelah keluar data NFP yang secara mengejutkan jauh lebih baik daripada yang diperkirakan.

BoE mengumumkan kenaikan tingkat bunga sebesar 25 basis poin sebagaimana dengan yang telah diperkirakan, namun 4 dari 9 anggota berkeberatan dan mengusulkan kenaikan dua kali lipat sebesar 50 basis poin. Hal ini membuat sterling naik lebih tinggi lagi.

Namun selanjutnya Bailey berkomentar yang justru membuat sterling turun. Bailey menekankan bahwa kenaikan inflasi disebabkan oleh karena guncangan supply eksternal, sehubungan dengan isu rantai supply dan naiknya biaya energi. Dia berkata bahwa ekonomi Inggris tidak sedang meningkat dengan kuat. Hal ini membebani poundsterling.

Sementara itu, di Amerika Serikat PMI ISM Non-Manufaktur AS bulan Januari muncul di 59.9 lebih tinggi daripada yang diperkirakan di 59.5, meskipun lebih rendah dari angka Desember sebelumnya di 62.3.

Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan bahwa klaim pengangguran mingguan turun 23.000 menjadi 238.000 dari angka yang telah direvisi minggu lalu sebanyak 261.000. Angka ini juga lebih baik daripada yang diperkirakan pasar sebesar 245.000.

Disisi lain, Federal Reserve AS menurunkan kemungkinan kenaikan tingkat bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan the Fed bulan Maret yang akan datang. Hal ini kontras dengan komentar dari kepala the Fed Jerome Powell yang membuka pintu untuk kenaikan sebesar 50 basis poin. Tidak kurang dari 6 pejabat the Fed mengulangi statement ini yang membebani dollar AS.

Dolar AS mengalami penurunan besar-besaran pada hari Kamis dengan seorang anggota FOMC yang berpengaruh Presiden the Fed St. Louis James Bullard yang selama ini terkenal hawkish menurunkan kemungkinan kenaikan tingkat bunga sebanyak 50 bps pada bulan Maret. Selain itu, turunnya yields obligasi AS dan sentimen yang positip di pasar saham juga mendorong turun USD.

Tekanan jual terhadap dollar AS semakin kuat setelah munculnya data ADP AS yang menunjukkan bawa pekerjaan sektor swasta turun sebanyak 301.000 pada bulan Januari. Angka ini lebih buruk daripada yang telah diperkirakan kenaikan sebesar 207.000.

Sementara itu angka NFP AS untuk bulan Januari keluar mengejutkan secara positip. NFP AS bulan Januari mengalami kenaikan sebanyak 467.000 pekerjaan, jauh di atas dari yang diperkirakan kenaikan sebesar 150.000. Meskipun perubahan tahunan membuat gambaran employment secara keseluruhan kurang menarik, tidak ada keraguan bahwa ekonomi AS sedang baik-baiknya.

Ketegangan antara Washington dengan Moskow meningkat dengan Amerika memperingatkan Rusia untuk jangan coba-coba menyerbu Ukraina. Kedua negara mengirim lebih banyak pasukan ke perbatasan. Namun dengan berjalannya waktu dan tidak ada tanda-tanda saling mengirim tembakan, pasar kelihatannya mulai mengabaikan ketegangan ini.

Di Inggris PM Boris Johnson tetap mendapatkan tekanan politik. Meskipun mendistraksi pasar, hanya sedikit pengaruhnya terhadap poundsterling.

Johnson membanggakan pencapaiannya dengan pertumbuhan ekonomi Inggris sebagai yang tercepat di antara negara-negara G–7. Namun pertumbuhan kuartal terakhir dari 2021 kemungkin melambat dibandingkan dengan sebelumnya. Gelombang Omicron kemungkinan telah menekan aktifitas ekonomi dan bisnis pada bulan Desember, setelah kenaikan GDP sebesar 0.9% pada bulan November.

Di AS, data inflasi dari Consumer Price Index (CPI) menjadi pusat perhatian pada minggu ini. Diperkirakan angka umum CPI AS akan naik dari 7% menjadi 7.2% di bulan Januari sehingga menambah tekanan terhadap Federal Reserve untuk bertindak. Setiap kenaikan yang mengarah ke angka 8% akan semakin membesarkan bunyi tanda bahaya.

Para pejabat di bank sentral fokus kepada angka inti dari CPI, yang mengeluarkan harga-harga energi dan makanan. CPI inti diperkirakan akan naik dari 5% menjadi 5.9%. Munculnya angka inti sebesar 6% atau lebih tinggi akan mendorong naik dollar AS.

Data dari The University of Michigan’s preliminary Consumer Sentiment Index untuk bulan  Februari, juga menarik perhatian.

Krisis di Eropa Timur masih akan tetap menjadi pemberitaan, namun kemungkinan Rusia akan menahan diri untuk melakukan Tindakan militer selama Olimpiade Musim Dingin Beijing. Presiden Cina Xi Jinping dan rekannya dari Rusia Vladimir Putin bersumpah untuk memperkuat hubungan satu dengan yang lain. Dan Cina tentunya menginginkan perhatian dunia ada pada Olimpiadenya daripada kepada perang.

“Support” terdekat menunggu di 1.3515 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3440 dan kemudian 1.3380. “Resistance” terdekat menunggu di 1.3550 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.3600 dan kemudian 1.3635.

Ricky Ferlianto/VBN/Managing Partner Vibiz Consulting

Editor: Asido.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here