Rekomendasi GBP/USD Mingguan 25 – 29 April 2022: Tertekan Perbedaan Fed vs BoE

844

(Vibiznews – Forex) Minggu lalu, GBP/USD mengalami minggu penurunan dan hampir mengetes batas 1.2900, sehingga membuat rebound yang terjadi pada dua minggu lalu kelihatannya seperti kesalahan terhadap tren turun beberapa bulan yang berkelanjutan.

Minggu ini kelihatannya GBP/USD masih akan tertekan dengan adanya perbedaan kebijakan moneter antara bank sentral AS, Federal Reserve dengan bank sentral Inggris, Bank of England (BoE).

Dua minggu lalu GBP/USD mengalami penurunan pada hari Kamis dan Jumat, meskipun demikian pada akhirnya GBP/USD berhasil membukukan keuntungan dan diperdagangkan di 1.3064. Namun pada awal minggu lalu, dengan naiknya yield obligasi treasury AS 10 tahun, dollar AS mulai mengalahkan rival-rival utamanya dan membebani pasangan matauang GBP/USD. Indeks dollar AS yang pada dua minggu lalu naik hampir 0.7%, pada hari Senin minggu lalu dalam sehari naik 0.2% ke 100.70, sehingga memulai minggu lalu di 1.3064, GBP/USD pada hari Senin pagi sempat turun ke arah 1.3000 di tengah menguatnya kembali dollar AS. GBP/USD memperoleh kembali daya tariknya pada hari Rabu pagi, namun bertemu dengan resistance kunci yang kuat di 1.3070. Akibatnya pasangan matauang ini berkonsolidasi di sekitar 1.3046. Pada hari Kamis, Setelah memperpanjang pemulihannya ke arah 1.3100 pada jam perdagangan sesi Eropa, GBP/USD berbalik arah dan turun ke teritori negatip di bawah 1.3050 di sekitar 1.3027. Dengan bangkitnya yields obligasi AS, dollar AS berhasil mengumpulkan kembali kekuatannya dan membebani pasangan matauang GBP/USD. Pada hari Jumat, GBP/USD mengalami tekanan bearish yang berat karena keluarnya data Retail Sales Inggris yang mengecewakan dan menyentuh level terendah sejak November 2020 di sekitar 1.2888.

GBP/USD pada hari Senin pagi sempat turun ke arah 1.3000 di tengah menguatnya kembali dollar AS. Pasangan matauang ini berada di teritori negatip selama jam perdagangan sesi Eropa. Namun memasuki jam perdagangan sesi AS, GBP/USD berhasil berbalik naik ke 1.3020 dengan adanya pergerakan yang positip ke arah sentimen terhadap resiko, sebagaimana dengan yang terefleksi dalam kenaikan indeks saham berjangka AS, yang mendorong pasangan matauang GBP/USD naik.

Pada hari Selasa, GBP/USD berbalik turun setelah sebelumnya sempat naik ke 1.3050 pada awal jam perdagangan sesi Eropa. Naiknya dollar AS karena naiknya yields obligasi AS telah menekan turun pasangan matauang GBP/USD ke sekitar 1.3004.

Dengan tidak adanya data ekonomi yang berdampak tinggi dari Inggris, valuasi pasar atas dollar AS terus menjadi penggerak GBP/USD pada hari Selasa.  Setelah sempat naik ke atas 101.00 selama jam perdagangan sesi Asia, indeks dollar AS sedikit melemah ke 100.80 sebelum akhirnya berbalik menguat kembali dan naik ke atas 101.00 lagi.

Selagi berbicara di event virtual yang diselenggarakan oleh the Council on Foreign Relations, President Fed St. Louis James Bullard, mengatakan bahwa kenaikan tingkat suku bunga sebesar 75 basis poin bisa menjadi opsi yang diperlukan dan hal ini memberikan dorongan bagi kenaikan yields obligasi AS.

Memburuknya sentimen pasar sebagaimana dengan yang terefleksi dalam penurunan indeks saham FTSE 100 Inggris dan indeks saham berjangka AS menambah tekanan turun terhadap GBP/USD pada hari Selasa.

GBP/USD memperoleh kembali daya tariknya pada hari Rabu pagi, namun bertemu dengan resistance kunci yang kuat di 1.3070. Akibatnya pasangan matauang ini berkonsolidasi di sekitar 1.3046. Kenaikan GBP/USD disebabkan karena melemahnya USD yang berada pada tekanan bearish jelang para pejabat the Fed berbicara.

Tekanan jual yang luas terhadap dollar AS mendorong naik GBP/USD selama jam perdagangan sesi Eropa. Indeks dollar AS yang sebelumnya sempat naik ke level tertinggi dalam hampir 2 tahun di atas 101.00 pada hari Selasa, turun 0.5% pada hari Rabu ke dekat 100.50.

Pada hari Kamis, Setelah memperpanjang pemulihannya ke arah 1.3100 pada jam perdagangan sesi Eropa, GBP/USD berbalik arah dan turun ke teritori negatip di bawah 1.3050 di sekitar 1.3027. Dengan bangkitnya yields obligasi AS, dollar AS berhasil mengumpulkan kembali kekuatannya dan membebani pasangan matauang GBP/USD.

Pada jam perdagangan sesi AS, komentar yang hawkish dari pembuat kebijakan BoE Catherine Mann membuat poundsterling Inggris mendapatkan permintaan yang baru sehingga GBP/USD berbalik naik ke atas 1.3050 dan diperdagangkan di sekitar 1.3054.

Namun, pergerakan naik GBP/USD tidak berlangsung lama. GBP/USD segera berbalik turun dengan berbalik menguatnya dollar AS. GBP/USD turun kembali ke bawah 1.3050 dan diperdagangkan disekitar 1.3044 karena komentar dari para pejabat BoE lainnya bertentangan dengan komentar dari Catherine Mann.

Pada hari Jumat, GBP/USD mengalami tekanan bearish yang berat karena keluarnya data Retail Sales Inggris yang mengecewakan dan menyentuh level terendah sejak November 2020 di sekitar 1.2832.

Keluarnya hasil survey PMI Inggris bulan April yang bervariasi tidak membuat poundsterling Inggris mengalami pemulihan.

Pada hari Jumat, Office for National Statistics Inggris melaporkan bahwa Retail Sales Inggris turun sebanyak 1.4% pe bulan pada bulan Maret. Angka ini keluar setelah angka bulan Februari mengalami kontraksi sebesar 0.5%. Selain itu, angka ini  juga jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan pasar penurunan sebesar hanya 0.3%.

Dalam komentarnya mengenai ekonomi Inggris pada hari Kamis, Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan bahwa kejutan inflasi Inggris lebih banyak memiliki kesamaan dengan zona euro ketimbang dengan AS. Komentar yang berhati-hati dari para pejabat BoE selain Catherine Mann membuat pasangan matauang GBP/USD berada di bawah tekanan bearish yang berat. Disini terlihat perbedaan kebijakan antara bank sentral AS, Federal Reserve dengan bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) yang ke depannya akan membebani pasangan matauang GBP/USD.

Sebaliknya dollar AS berhasil mengumpulkan kembali kekuatannya setelah mengalami koreksi penurunan tajam pada pertengahan minggu sehingga memaksa GBP/USD turun lebih lagi.

Dibakar oleh komentar dari kepala the Fed Jerome Powell pada acara IMF, yields obligasi benchmark 10 tahun AS naik lebih dari 1% dalam sehari, sehingga mendorong naik dollar AS. Terlebih lagi, lingkungan pasar yang enggan terhadap resiko sebagaimana yang terefleksi dalam penurunan indeks saham FTSE 100 Inggris, telah membantu dollar AS yang safe-haven mendapatkan permintaan yang baru.

Pada minggu ini data makro ekonomi dari Inggris relatif sepi dan kurang berarti. Pada hari Senin Inggris akan mempublikasikan The Confederation of British Industry (CBI) Industrial Trends Orders bulan Februari.

Sementara itu dari Amerika Serikat, salah satu rilis data kunci yang akan keluar adalah data GDP AS kuartal pertama yang akan dipublikasikan pada hari Kamis. Konsensus pasar memperkirakan GDP AS kuartal pertama 2022 ini akan muncul di angka 1% setelah membukukan pertumbuhan GDP kuartal ke empat 2021 di 6.9%.

Meskipun demikian, melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diukur oleh GDP AS kuartal pertama 2022 ini kemungkinan tidak akan mengurangi niat dari the Fed untuk menaikkan tingkat bunganya sebanyak 50 basis poin pada bulan Mei.

Pasar juga akan tertarik untuk mengamati data GDP kuartal pertama lebih detil untuk melihat apakah yang akan terjadi dengan PCE inti yang menjadi alat ukur inflasi yang dipilih oleh the Fed. Inflasi di AS sudah terlalu tinggi, itulah sebabnya mengapa the Fed akan menjadi lebih ketat dalam kebijakan moneternya, tidak perduli apapun lagi. Cara satu-satunya memerangi inflasi yang sudah bukan lagi transitory adalah dengan mengurangi aktifitas ekonomi dalam arti agregat demand .

Selain itu data makro ekonomi yang akan keluar minggu ini adalah U.S. durable goods orders, CB consumer confidence, new home sales pada hari Selasa. Pending home sales pada hari Rabu. Jobless claims mingguan pada hari Kamis, dan PCE price pada hari Jumat.

“Support” terdekat menunggu di 1.2800 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2730 dan kemudian 1.2700. “Resistance” terdekat menunggu di 1.2900 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke 1.2970 dan kemudian 1.3000.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.