Rekomendasi Minyak Mingguan 20 – 24 Juni 2022: Tekanan Jual Sudah Akan Berakhir?

506

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah WTI mengalami tekanan bearish yang berat sejak hari Rabu sampai mengakhiri minggu lalu, turun di bawah $110.00 untuk pertama kalinya dalam 3 minggu, level terendah dalam 1 bulan.

Penurunan harga minyak mentah WTI minggu lalu terutama disebabkan oleh ketakutan akan resesi yang akan mengurangi permintaan secara signifikan.

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $118, harga minyak mentah WTI hari Senin turun dan diperdagangkan di sekitar $116 per barel, karena kekuatiran diberlakukannya lockdown yang baru di Cina dan ketakutan akan meningkatnya inflasi di Amerika Serikat. Namun pada hari Selasa berhasil naik kembali ke $120 karena minat beli di bawah masih sangat kuat. Namun pada hari Rabu kembali turun ke $114 per barel karena outlook permintaan minyak dari IEA yang suram dan meneruskan penurunannya pada hari Kamis sampai hari Jumat ke $108 per barel.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Senin turun dan diperdagangkan di sekitar $116.10 per barel, karena kekuatiran diberlakukannya lockdown yang baru di Cina dan ketakutan akan meningkatnya inflasi di Amerika Serikat.

Bureau of Labor Statistics AS mengumumkan Consumer Price Index (CPI) AS berada pada level 8.6%, jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan di 8.3%. Angka inflasi yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan telah meningkatkan kemungkinan kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps oleh the Fed di dalam pertemuan kebijakan moneter mereka pada hari Rabu yang akan datang.  Naiknya tingkat bunga yang lebih tinggi akan mendorong naik dollar AS yang pada gilirannya menekan turun harga minyak mentah yang berbasiskan dollar AS.

Sementara itu, kekuatiran akan diberlakukannya lockdown yang baru di Cina karena meningkatnya kembali kasus Covid-19 yang baru, telah menaikan keprihatinan akan berkurangnya permintaan minyak mentah. Setelah sempat pulih dari lockdown yang ekstrim selama 2 bulan di Shanghai dan Beijing, Meningkatnya kembali kasus baru Covid – 19 di Shanghai dan Beijing telah menekan sentimen pasar.

Meskipun demikian dari sisi supply tetap ada keterbatasan yang besar dengan dilarangnya impor minyak dari Rusia.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa naik dan diperdagangkan di sekitar $120.00 per barel, sekalipun ada  kekuatiran diberlakukannya lockdown yang baru di Cina dan ketakutan akan meningkatnya inflasi di Amerika Serikat.

Naiknya harga minyak mentah dari kerendahan pada pertengahan sesi perdagangan menunjukkan minat beli dari bawah tetap kuat sampai saat ini. Kenyataannya pasar minyak global masih sangat ketat dengan permintaan akan minyak mentah di belahan bumi bagian utara meningkat memasuki puncak musim panas dan supply dari kartel OPEC+ tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, sementara output dari Rusia terhenti karena sanksi dari Barat yang tegas dan produsen minyak lainnya harus berjuang untuk bisa mempertahankan produksinya di tengah kurangnya investasi dan ketidakstabilan.

Berbalik melemahnya dollar AS pada jam perdagangan sesi AS juga menopang naik harga minyak mentah WTI.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Rabu turun dan diperdagangkan di sekitar $114.62 per barel karena outlook permintaan minyak dari IEA yang suram.

International Energy Agency (IEA) memberikan laporan pasar minyak mentah yang terbarunya dan mengatakan bahwa pertumbuhan permintaan minyak mentah akan mulai melambat dengan naik tingginya harga minyak mentah dan outlook ekonomi dunia yang melemah.

Selain itu IEA juga mengatakan bahwa inventori minyak global meningkat sebanyak 77 juta barel pada bulan April setelah hampir dua tahun turun terus.

Produksi OPEC+ pada tahun ini bisa naik 2.6 juta barel perhari namun bisa terkontraksi sebanyak 520.000 barel perhari pada tahun 2023.

Supply kemungkinan berjuang untuk bisa memenuhi permintaan pada tahun depan 2023, di tengah sanksi terhadap minyak Rusia dan kapasitas yang tersedia masih rendah.

Melambatnya pertumbuhan permintaan minyak mentah dan kenaikan supply sepanjang tahun 2022 ini akan membantu keseimbangan di pasar minyak mentah yang menekan turun harga minyak mentah.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Kamis melanjutkan penurunannya dan diperdagangkan di sekitar $113.47 per barel.

Harga minyak mentah WTI tertekan oleh karena bank sentral AS Federal Reserve mendukung outlook yang negatip. The Fed menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal yang akan datang.

Selain itu, di dalam pertemuannya dengan Menteri energi Arab Saudi, Wakil PM Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah mendiskusikan perkiraan mengenai harga minyak mentah.

Arab Saudi dan Rusia sepakat pentingnya untuk terus bekerja bersama-sama di OPEC+ untuk menghindari keruntuhan di pasar minyak. Sementara mengatakan bahwa pasar minyak mentah saat ini seimbang, Novak mengakui bahwa ada banyak kepastian namun Rusia dipastikan bisa meningkatkan output minyak mentahnya pada bulan depan.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat  melanjutkan penurunannya dan diperdagangkan di sekitar $108.70 per barel.

Penurunan harga minyak mentah WTI kali ini disebabkan sebagian karena reboundnya dollar AS karena keputusan bank sentral AS the Fed yang hawkish, menaikkan tingkat bunga secara agresif sebanyak 0.75%. Selain itu ada pembicaraan mengenai pertemuan Sekretaris Energi AS Jennifer Granholm dengan para penyuling minyak AS minggu depan yang ikut membebani harga minyak mentah WTI.

Untuk pergerakan harga minyak minggu ini, mengingat pasar minyak mentah sedang berada pada pasar yang ketat dan kekurangan supply secara struktural yang tidak bisa diatasi dengan cepat dalam jangka pendek, turunnya harga minyak mentah yang tajam pada minggu lalu kemungkinan hanya berlangsung sebentar dan hampir selesai sehingga bisa terjadi rebound dalam jangka pendek apabila ketakutan yang ekstrim akan resesi meredup dan para trader minyak menghitung ulang ekspektasi mereka untuk jangka menengah. Lenyapnya supply minyak Rusia di negara-negara Eropa akibat sanksi yang memboikot supply minyak dari Rusia tidak bisa digantikan dengan segera. Selain itu sekalipun Rusia telah mendapatkan pembeli baru dari India dan Cina, namun struktur logistik akan menghambat kelancaran pengiriman supply.

Sementara itu dari sisi demand, masuknya musim panas di AS dan Eropa akan meningkatkan permintaan akan minyak mentah dan apabila lockdown di Cina berkurang maka akan ada banyak permintaan dari Cina mengingat Cina adalah pengimpor minyak terbesar di dunia.

“Support” terdekat menunggu di $106.59 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $105.97 dan kemudian $104.98. “Resistance” yang terdekat menunggu di $109.95 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $112.00 dan kemudian $115.31.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.