Rekomendasi Minyak Mingguan 22 – 26 Agustus 2022: Akan Tertekan Lagi ke Bawah $90?

646

(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu perdagangan yang baru hari Senin minggu lalu di $91.32, minyak mentah WTI tertekan turun ke $90.79 mengakhiri minggu lalu pada perdagangan hari Jumat. Harga minyak mentah WTI terus tertekan dari sejak hari Senin turun ke $87.83 dan pada hari Rabu sempat turun ke $85.48 karena kekuatiran akan berkurangnya permintaan karena resesi global, sebelum akhirnya berhasil naik kembali ke $89.98 pada hari Kamis karena turunnya inventori minyak mentah AS dan bertahan pada hari Jumat di $89.60 per barel.

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Senin turun tajam ke sekitar $87.83 per barel.

Harga minyak mentah WTI turun tajam pada hari pertama minggu perdagangan yang baru. Penurunan harga minyak mentah WTI ini menunjukkan pasar mengabaikan berita yang positip dari salah satu perusahaan minyak kunci di Arab Saudi. Amin H. Nasser, CEO dari Saudi Aramco, mengatakan bahwa permintaan terhadap minyak mentah akan terus bertumbuh selama sisa dekade ini, meskipun ada tekanan turun dalam perekonomian dunia berdasarkan proyeksi global jangka pendek. Komentar dari Nasser ini seharusnya membantu naik harga minyak mentah, tetapi kenyataannya harga minyak mentah WTI malah turun tajam. Hal ini menunjukkan buruknya sentimen pasar pada hari Senin.

Dengan demikian, pasar lebih percaya kepada laporan yang keluar dari Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan the International Energy Agency (IEA) yang dipublikasikan pada hari Kamis minggu lalu.

OPEC mengatakan bahwa mereka menurunkan pertumbuhan permintaan akan minyak mentah pada tahun 2022 menjadi 3.1 juta barel per hary dari sebelumnya 3.36 juta barel per hari yang dilaporkan sebelumnya. OPEC juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3.1% dari sebelumnya 3.5%.

Di sisi lain, EIA mengatakan bahwa pertumbuhan permintaan minyak mentah diperkirakan melambat dari 5.1 juta barel per hari pada kuartal pertama 2022 menjadi hanya tinggal 40.000 barel per har. Selain itu laporan dari EIA juga menyebutkan bahwa supply minyak dunia menyentuh ketinggian setela pandemic di 100,5 juta barel per hari pada bulan Juli.

Selain itu para pejabat the Fed yang berbicara dengan nada hawkish dan sentimen yang berhati-hati menjelang keluarnya risalah pertemuan FOMC, memberikan tekanan turun tambahan terhadap harga minyak mentah WTI.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa tidak bergerak jauh dari angka penutupan hari Senin di sekitar $86.30 per barel.

Harga minyak mentah WTI sempat naik ke $90.25 per barel pada perdagangan minyak mentah hari Selasa sebelum akhirnya kembali terkoreksi turun ke $86.30 per barel.

Memulai minggu perdagangan yang baru, keengganan terhadap resiko meningkat setelah bank sentral Cina tanpa terduga mengumumkan menurunkan tingkat bunganya dan menambah likuiditas ke sistem keuangan Cina setelah negara ini melaporkan beberapa data ekonomi yang buruk.

Data output factory, investasi, belanja konsumen dan real estate Cina semuanya melemah pada bulan Juli. Kabar buruk dari perekonomian Cina menambah ketakutan terhadap resesi ekonomi global. Restriksi karena Covid dan pasar properti Cina yang bermasalah telah membuat ekonomi Cina goyah pada bulan – bulan belakangan ini. Harga minyak mentah WTI terpukul oleh berita dari Cina ini.

Di sisi lain, melemahnya dollar AS memberikan dukungan naik terhadap harga minyak mentah WTI sehingga membatasi penurunan atas harga minyak mentah WTI. Mengecewakannya data Housing Starts dari AS menyebabkan rally dollar AS kehilangan tenaganya. AS merilis data ekonomi Building Permits bulan Juli yang turun sebanyak 1.3% MoM sementara Housing Starts untuk periode yang sama turun sebesar 9.6%.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu tidak bergerak jauh dari angka penutupan hari Senin dan Selasa di sekitar $86.56 per barel.

Harga minyak mentah WTI sempat melanjutkan penurunannya pada awal perdagangan sesi Asia hari Rabu  ke $85.48 per barel.

Harga minyak mentah WTI jatuh hampir 1%, memperpanjang penurunannya selama tiga hari berturut-turut. Harga minyak WTI turun ke kerendahan selama enam bulan karena ketakutan akan resesi bersamaan dengan meningkatnya spekulasi mengenai kesepakatan Iran, yang akan bisa membebaskan lebih dari 700 ribu barel per hari untuk diperdagangkan di pasar minyak mentah.

Pembicaraan mengenai Iran dan Uni Eropa mengenai kesepakatan nuklir kelihatannya ada kemajuan. Berita – berita yang dikutip oleh Bloomberg memberikan komentar bahwa potensi akan dicapainya kesepakatan saat ini sedang diperhitungkan dalam harga. Hal ini menambah tekanan turun terhadap harga minyak mentah.

Jika kesepakatan nuklir Iran disetujui, minyak dari Teheran akan dipandang sebagai hal yang melegakan terhadap harga energi yang tinggi yang telah membuat negara – negara seperti AS harus bertempur menghadapi inflasi setinggi 4 dekade.

Dalam jam perdagangan selanjutnya harga minyak mentah WTI berhasil bangkit, naik ke $87.35 per barel, setelah Haitham Al Ghais, Sekjen OPEC yang baru pada hari Rabu mengatakan bahwa dia tidak melihat adanya resesi global yang besar,

Namun memasuki jam perdagangan sesi AS, harga minyak mentah WTI kembali mengalami tekanan turun dan diperdagangkan di sekitar $86.56 karena menguatnya dollar AS.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis naik ke sekitar $89.98 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah WTI dipicu oleh keluarnya laporan inventori minyak mentah AS yang muncul turun ke 7.056.000 barel, menunjukkan membaiknya outlook konsumsi minyak mentah.

Membaiknya outlook konsumsi minyak mentah bisa mempengaruhi keputusan dari Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang berencana untuk menaikkan output produksi minyak mentah mereka sebanyak 100.000 barel per hari dimulai dari bulan September 2022.

Selain itu kenaikan harga minyak mentah WTI juga didorong oleh komentar dari Danske Bank dimana ekonom dari Danske Bank memperkirakan harga minyak mentah akan diperdagangkan di atas $100 selama sisa tahun 2022 dan kemudian turun sedikit ke $94 pada tahun 2023.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat bertahan di sekitar $89.60 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah WTI dipicu oleh kekuatiran akan meningkatnya ketegangan geopolitik.

Menurut berita dari Bloomberg, Presiden Jokowi mengatakan bahwa Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin berencana untuk menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi G20 yang akan diadakan pada bulan November di Bali. Berita ini juga menyebutkan bahwa ini adalah baru pertamakalinya pemimpin dari negara – negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia mengkonfirmasikan bahwa keduanya berencana untuk hadir pada Pertemuan Tingkat Tinggi bulan November nanti.

Berita ini membuat kecemasan di pasar dan ketakutan akan lebih banyak lagi terjadi drama yang membuat meningkatnya ketegangan geopolitik dan pada saat yang bersamaan mendorong naik harga minyak mentah WTI.

Dollar AS juga diuntungkan oleh sentimen “risk-off” yang datang dari ketegangan geopolitik, antara lain hal yang sehubungan dengan krisis Ukraina dan pertemuan G20 pada bulan Nopember. Apakah para penguasa di Eropa semuanya sepakat untuk memboikot pertemuan G20 dengan akan hadirnya Presiden Rusia, Putin.

Presiden Komisi Eropa President Ursula von der Leyen mengatakan bahwa mereka harus mempertimbangkan dengan sangat hati – hati apakah akan melumpuhkan samasekali seluruh G20 dan Leyen berpendapat tidak. Menurut dia, G20 adalah terlalu penting, juga bagi negara – negara yang sedang maju dan yang baru mulai maju.

Pergerakan Minggu Ini

Penurunan harga minyak mentah WTI beberapa minggu belakangan ini yang mencapai di bawah $90 per barel terutama disebabkan karena kekuatiran akan berkurangnya permintaan akan minyak mentah karena resesi global. Kenaikan kembali harga minyak mentah WTI pada akhir minggu lalu dibantu oleh keluarnya laporan dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Association (EIA), yang mengatakan bahwa inventori minyak mentah AS berkurang.

Pada minggu ini, harga minyak mentah WTI selain tergantung pada laporan dari API dan EIA, juga dipengaruhi kembali oleh meningkatnya atau menurunnya kekuatiran akan berkurangnya permintaan minyak mentah karena resesi global.

Apakah Resesi Akan Datang atau Tidak?

Kita akan bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaan di atas pada hari Selasa minggu ini ketika S&P Global akan mempublikasikan perkiraan pendahuluan dari Purchasing Manager Index (PMI) bulan Agustus sektor manufaktur dan sektor jasa untuk Australia, Jepang, Uni Eropa, Inggris dan Amerika Serikat. Kebanyakan angka dari indeks ini diperkirakan akan jatuh lebih jauh ke teritori kontraksi, yang menunjukkan penurunan ekonomi yang lebih tajam pada kuartal ketiga dari tahun ini.

Simposium Jackson Hole

Naik turunnya harga minyak mentah WTI tidak terlepas dari naik turunnya dollar AS. Event yang dapat mempengaruhi naik turunnya dollar AS pada minggu ini adalah event yang diselenggarakan oleh the Fed yaitu Simposium Jackson Hole

Katalisator yang besar pada minggu ini antara lain adalah event dimana ketua Federal Reserve AS Jerome Powell akan menjadi Keynote Speaker di Simposium Jackson Hole dengan topik “Outlook Ekonomi” yang akan diadakan pada hari Jumat.

Pasar tetap terbagi dua dalam menilai apakah the Fed akan menaikkan tingkat suku bunga kuncinya sebesar 50 bps atau 75 bps dalam pertemuan bulan September nanti. CME’s FedWatch Tool menunjukkan probabilita the Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 50 bps adalah sebanyak 56.5% sementara probabilita the Fed akan menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 75 bps adalah sebanyak 43.5%.

Pasar akan dengan tajam memperhatikan setiap perubahan dalam sikap the Fed terhadap kenaikan tingkat suku bunga.

Federal Reserve AS kemungkinan akan mempertahankan sikap mendukung tingkat bunga yang lebih tinggi ke depannya.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $89.30 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $88.90 dan kemudian $86.61. “Resistance” yang terdekat menunggu di $90.86 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $91.85 dan kemudian $92.42.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.