(Vibiznews – Commodity) Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $92.77, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu turun ke $86.98. Pada awal minggu, hari Senin, minyak mentah WTI langsung naik ke $95.80 karena isu pemangkasan supply WTI oleh OPEC. Namun besok harinya pada hari Selasa, mulai turun ke $91.50 karena membaiknya sentimen terhadap resiko dan menguatnya USD dan penurunan dilanjutkan pada hari Rabu sampai pada hari Kamis turun menembus support psikologis yang kuat di $90 sampai ke $85.97 karena kebijakan moneter yang restriktif yang dianut oleh para bank sentral Barat. Pada hari Jumat mulai berhasil bangkit, naik sedikit ke $86.98.
Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Senin berbalik naik ke sekitar $95.80 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah WTI sekitar 1% terjadi dengan kembali muncul ekspektasi mengenai potensi pemangkasan supply minyak mentah oleh OPEC untuk mendukung harga minyak mentah.
Hal ini terjadi dilatar belakangi oleh pertikaian yang baru di Libia pada akhir minggu yang lalu, yang memicu ketakutan akan kekacauan lebih jauh di negara-negara anggota OPEC+ yang bisa membuat pengiriman minyak mentah di WTI jadi beresiko.
Sementara itu, Arab Saudi menaikkan kemungkinan OPEC akan bisa memangkas produksi untuk memastikan harga minyak mentah tetap ditopang naik, yang mendapatkan dukungan dari anggota OPEC lainnya.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa turun ke sekitar $91.50 per barel, dengan dollar AS sempat menguat setelah pernyataan ketua FOMC the Fed Jerome Powell pada Simposium Jackson Hole Jumat minggu lalu, yang hawkish, yang mengarah kepada tingkat bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama daripada yang diantisipasikan oleh pasar sebelumnya.
Penurunan harga minyak mentah WTI terutama disebabkan karena membaiknya sentimen terhadap resiko di pasar.
Minat terhadap resiko di kalangan trader dan investor membaik, dengan pasar saham global mengalami rebound setelah dua sesi mengalami aksi jual.
Lingkungan pasar berbalik menjadi enggan terhadap resiko dan munculnya data ekonomi dari AS yang lebih baik dari yang diperkirakan membuat dollar AS berkurang pelemahnya.
Consumer Confidence AS naik ke 103.2 pada bulan Agustus dari penurunan setelah direvisi sebesar minus 95.3 pada bulan Juli, sementara diperkirakan akan rebound ke 97.9.
Sementara sebelumnya harga minyak mentah WTI pada awal minggu perdagangan yang baru mengalami kenaikan yang disebabkan karena keterbatasan supply.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu turun ke sekitar $90.50 per barel.
Penurunan harga minyak mentah WTI terutama disebabkan karena permintaan akan minyak mentah diperkirakan akan tetap buruk sebagai konsekwensi dari kebijakan moneter yang restriktif oleh para bank sentral Barat.
Di dalam pernyataan pembukaannya yang disampaikan pada symposium tahunan Jackson Hole pada hari Jumat, ketua FOMC Jerome Powell mengingatkan pasar bahwa mereka tidak akan buru-buru untuk melonggarkan kebijakan apabila mereka berhasil menggerakkannya ke teritori yang restriktif.
Menurut Powell, memulihkan stabilitas harga memerlukan waktu dan juga perlu menggunakan peralatan yang dipunyai oleh bank sentral AS dengan paksa. Powell mengulangi bahwa mereka akan terus memonitor data makro ekonomi yang keluar sebelum memutuskan untuk mengambil langkah kebijakan yang berikutnya.
Laporan pekerjaan swasta nasional AS dari ADP untuk bulan Agustus menunjukkan kenaikan sedikit sebesar 132.000 pekerjaan yang jauh di bawah dari yang diperkirakan pasar sebesar 300.000. Sementara menurut konsensus pasar, laporan Non-Farm Payrolls AS yang akan keluar pada hari Jumat, diperkirakan akan mengeluarkan angka 325.000 pekerjaan baru pada bulan Agustus dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebanyak 528.000 pekerjaan.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis turun menembus support psikologis yang kuat di $90.00 dan diperdagangkan di sekitar $85.97 per barel.
Harga minyak mentah WTI turun di tengah situasi dimana para bank sentral di Barat sedang bersiap untuk memasuki siklus kenaikan tingkat bunga yang baru berikutnya dalam rangka menyelesaikan persoalan inflasi.
Tekanan kenaikan harga terus naik membumbung pada pasar global. Alat pengukur inflasi yang dipakai oleh European Central Bank (ECB), Harmonized Index of Consumer Prices (HICP) telah naik tinggi ke 9% di tengah naiknya harga energi.
Tingkat inflasi di AS berada di dekat 8.5% yang sangat jauh berdeviasi dari tingkat bunga yang diinginkan sebesar 2%. Sementara ekonomi Inggris juga menjadi korban dari tekanan inflasi yang tinggi. Ekspektasi inflasi jangka panjang Inggris menurut survey Citi, telah naik membumbung ke 4.8%, jauh lebih tinggi dari target jangka panjang Bank of England (BoE) di 2%.
Selain itu, turunnya harga minyak mentah WTI juga disebabkan oleh karena munculnya data ekonomi PMI Manufaktur Caixin Cina yang turun menjadi 49.5 dibandingkan dengan angka sebelumnya di 50.4 dan dibandingkan dengan perkiraan konsensus pasar di 50.2. Sementara Cina adalah negara pengimpor minyak mentah terbesar di dunia. Penurunan konsumsi minyak mentah di Cina oleh para importir minyak terbesar menyeret harga minyak mentah ke teritori negatip.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat berhasil menghentikan penurunannya dan bergerak naik ke sekitar $86.98 per barel.
Harapan akan dipangkasnya produksi minyak mentah dari OPEC+ dan belum adanya kesepakatan nuklir yang baru yang kembali kepada kesepakatan tahun 2015, memberikan keberanian kepada trader dan investor minyak mentah untuk masuk dalam posisi beli.
OPEC + akan bertemu lagi pada pertemuan tanggal 5 September yang dibayangi oleh turunnya harga-harga dan jatuhnya demand.
Pergerakan Minggu Ini
The Organization of the Petroleum Exporting Countries dan sekutunya, yang bersama-sama di sebut OPEC+, akan mengadakan pertemuan pada hari Senin tanggal 5 September untuk membicarakan turunnya harga minyak mentah yang menembus level psikologis $90 meskipun produsen top Arab Saudi mengatakan bahwa supply minyak mentah tetap ketat. Pertemuan tersebut juga akan membicarakan jatuhnya permintaan akan minyak mentah.
Apabila OPEC+ memutuskan untuk mengurangi produksi minyak mentahnya, maka harga minyak mentah WTI akan segera naik kembali ke atas $90.00.
Dari sisi lain, harga minyak mentah diperkirakan akan tertekan turun ke depannya dengan turunnya permintaan ke depan.
Berita pada minggu lalu menyebutkan bahwa OPEC+ pada minggu lalu telah menurunkan outlook permintaan minyak mentah dengan memperkirakan penurunan permintaan sebesar 400.000 barel per hari pada tahun 2022.
Dari Cina sebagai negara pengimpor minyak mentah terbesar di dunia, saat ini kembali dilanda gelombang Covid yang baru. Kota Chengdu yang mengalami lockdown ditambah dengan data PMI manufaktur Cina yang buruk dan hawkishnya the Fed, telah menekan turun harga minyak mentah WTI.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di $85.32 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $84.02 dan kemudian $82.54. “Resistance” yang terdekat menunggu di $87.66 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $88.94 dan kemudian $89.50.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.


