(Vibiznews – Commodity) Minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex mengalami minggu yang produktif dengan komoditi keras ini berada pada jalur keuntungan mingguan terbesar sejak bulan Maret, di tengah pembatasan harga minyak mentah dari ekspor minyak Rusia. Selain itu, OPEC+ mengumumkan rencananya untuk mengurangi produksi sebanyak 2 juta barel perhari yang akan dimulai sejak bulan November nanti.
Keputusan OPEC+ telah membuat marah terutama AS yang melihatnya sebagai dukungan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebagai reaksi dari keputusan OPEC+, ada rumor mengenai potensi melonggarkan sanksi atas Venezuela agar supaya minyak mentah bisa mengalir ke Eropa dan AS.
Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?
Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $79.36, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan kenaikan ke $90.50. Pada awalnya pada hari Senin & Selasa, harga minyak mentah WTI naik ke $82.32 dan lalu ke $86.37, karena jatuhnya USD dan isu akan dipangkasnya produksi OPEC+. Pada hari Rabu & Kamis melanjutkan kenaikannya ke $87.15 & $87.87 dengan OPEC+ sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barrel per hari. Dan pada hari Jumat melanjutkan kenaikannya ke $92.35.
Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu
Memulai hari pertama pada minggu perdagangan yang baru, harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Senin naik , diperdagangkan di sekitar $82.32 per barel.
Harga minyak mentah WTI mengalami “bullish opening gap” $1,50 pada saat pembukaan perdagangan pada hari pertama minggu ini dimulai dengan para investor menggali laporan – laporan akan ada pemangkasan output minyak mentah yang tajam oleh OPEC dan sekutunya ketika mereka bertemu pada tanggal 5 Oktober nanti.
Berbagai media melaporkan bahwa OPEC+ sedang mempertimbangkan akan memangkas produksi sebanyak lebih dari 1 juta barel per hari namun para delegasi dari aliansi minyak terbesar di dunia ini berkata keputusan final mengenai ukuran dari pemangkasan tidak akan dibuat sampai hari Rabu nanti.
Selain itu, Reuters melaporkan bahwa Arab Saudi juga sedang mempertimbangkan untuk menaikkan harga bagi kebanyakan grades minyak mentah yang mereka jual ke Asia pada bulan November nanti, dengan eksportir top dunia ini memperkirakan permintaan atas minyak mentah akan pulih dan penyulingan minyak Cina menaikkan produksinya.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh Reuters, harga jual resmi bulan November untuk minyak mentah Arab Light kemungkinan akan naik sebanyak 25 sen per barel.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa naik, diperdagangkan di sekitar $86.37 per barel.
Minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya dari minggu lalu setelah sebelumnya sempat jatuh menyentuh ke rendahan di sekitar $76.00. Minyak mentah WTI berhasil mengumpulkan momentum naik menembus rintangan / resistance kritikal di $85.00.
Harga minyak mentah WTI memperpanjang kenaikannya didukung oleh melemahnya dollar AS dan kemungkinan akan dipangkasnya level produksi global. Harga minyak mentah WTI naik 5.21% pada hari Senin, membawanya ke level tertinggi sejak tanggal 22 September.
Selain itu, penyebab utama berbalik naiknya harga minyak mentah WTI adalah potensi pemangkasan produksi yang akan diumumkan pada minggu ini oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+.
Spekulasi berputar dengan perkiraan pemangkasan produksi antara 500.000 sampai dengan 1.000.000 barel per hari. Dengan spekulasi ini, meskipun angka PMI Manufaktur dari berbagai bangsa dan negara melemah, harga minyak mentah berhasil menarik pembelian dari partisipan pasar.
Dimulai dari penurunan di dalam data PMI Manufaktur Caixin Cina pada bulan Agustus. Angkanya muncul di 48.1 lebih rendah daripada yang diperkirakan dan dari angka sebelumnya di 49.5. Selain melemahnya angka PMI Cina, angka PMI AS juga melemah.
Data terbaru dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktifitas manufaktur pada bulan September hampir-hampir tidak berkembang. PMI manufaktur dari ISM jatuh ke 50.9% pada bulan September, meleset dari yang diperkirakan dan turun dari angka di bulan Agustus di 52.8. Para ekonom memperkirakan angka PMI manufaktur AS akan muncul relatif stabil di 52.5%.
Laporan ini memberikan catatan bahwa aktifitas manufaktur AS sedang berada pada titik terendah sejak bulan Mei 2020 ketika ekonomi global terpukul hebat karena negara-negara di dunia mengimplimentasikan lockdown yang ketat sebagai akibat dari merebaknya pandemik Covid – 19.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu naik, diperdagangkan di sekitar $87.15 per barel.
Harga minyak mentah WTI melanjutkan kenaikannya setelah keluar hasil pertemuan OPEC+ dimana kartel minyak terbesar di dunia ini sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barrel per hari.
Sebelum keluar keputusan OPEC+, harga minyak mentah WTI berjangka di Nymex berputar di sekitar $85.50, tidak berhasil naik karena menguatnya dollar AS.
Menguatnya dollar AS karena munculnya data perubahan employment ADP dan PMI Jasa dari ISM yang bagus.
AS merilis laporan pekerjaan ADP AS yang sedikit lebih kuat daripada yang diperkirakan dimana pertambahan pekerjaan sebanyak 208.000 di bulan September, dibandingkan dengan yang diperkirakan sebesar 200.000.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis berhasil mempertahankan ketinggiannya, diperdagangkan di sekitar $87.87 per barel.
Harga minyak mentah WTI mengalami rally hampir 2% pada hari Rabu, membawa harga minyak mentah WTI naik ke sekitar 10.3% sebegitu jauh pada minggu ini. Jika minyak mentah WTI bisa bertahan pada level keuntungan sebesar ini, maka minyak mentah akan mengalami 5 hari terbaik sejak akhir bulan Februari, dimana pada waktu itu Rusia menyerbu Ukraina yang memicu keprihatinan akan terjadinya disrupsi supply dari salah satu eksportir minyak terbesar di dunia.
Selama 48 jam yang baru saja berlalu, OPEC+ telah menjadi perhatian semua orang. Kartel minyak terbesar di dunia ini sepakat untuk mengurangi produksi dari sejak bulan depan sebanyak 2 juta barel per hari. Ini adalah pengurangan produksi terbesar sejak para anggota OPEC mulai bekerja bersama selama dalam mengatasi pandemik coronavirus global pada tahun 2020. Dan inilah penyebab utama harga minyak mentah WTI dapat berbalik naik dan bertahan dalam posisi tinggi pada level harga sekarang.
Selain itu, kenaikan harga minyak mentah WTI juga ditopang oleh keluarnya data dari Department of Energy (DOE) AS yang menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS tanpa terduga jatuh sebanyak 1.36 juta barel pada minggu lalu.
Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat melanjutkan kenaikannya yang telah diperoleh pada hari – hari sebelumnya dan diperdagangkan di sekitar $92.35 per barel.
Pengumuman OPEC+ mengenai pemangkasan produksi terbesar sejak pandemik Covid – 19 telah memberikan suntikan adrenalin ke dalam pergerakan bullish dari harga minyak mentah WTI. Meningkatnya dengan cepat ketakutan akan supply minyak mentah telah membuat minyak mentah WTI mengalami bullish berkelanjutan yang kuat.
Presiden AS Joe Biden mengkritik tambahan pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya ini. Dia percaya bahwa fundamental ekonomi global tidak bisa mendukung pemangkasan produksi minyak mentah pada saat sekarang ini.
Berita – berita dari Gedung Putih menarasikan bahwa pemerintahan Biden akan menggunakan minyak dari Strategic Petroleum Reserves (SPR) yang kemungkinan akan bisa meniadakan dampak dari pemangkasan produksi oleh OPEC+, paling tidak sebagiannya.
Perhatian Pada Minggu Ini
Harga minyak mentah WTI terus mengalami rally pada minggu lalu sehingga membuat para analis minyak meng-upgrade outlook harga minyak kembali ke $100 per barel untuk kuartal ke empat tahun ini, sesuatu yang hanya 10 hari lalu kelihatannya tidak mungkin. Perkembangan ini membuat Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa rilis minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) AS dimungkinkan. Harapannya adalah rilis ini akan bisa memitigasi kenaikan harga minyak mentah baru – baru ini menjelang pemilihan midterm AS.
Meskipun demikian tetap ada resiko turun. Resiko turun terbesar atas harga minyak mentah WTI ada pada Federal Reserve AS dengan jalur kenaikan tingkat bunga mereka ke depannya. Pada awal minggu lalu, pasar memperhitungkan dalam harga potensi perubahan kebijakan moneter dari the Fed, meskipun memudar menjelang akhir minggu lalu. Para pejabat the Fed terus mengulangi perlunya menaikkan tingkat bunga lebih lanjut.
Munculnya laporan pekerjaan AS, NonFarm Payrolls, yang bagus pada hari Jumat yang lalu, menguatkan posisi hawkish the Fed menuju pertemuan bulan November yang bisa membatasi kenaikan harga minyak mentah WTI dalam perjalanannya kembali ke $100 per barel.
Laporan employment AS bulan September dari Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Jumat menunjukkan bahwa angka pekerjaan non-farm AS naik sebesar 263.000, di atas daripada yang diperkirakan kenaikan sebesar 250.000. Laporan bulan Agustus menunjukkan bahwa pekerjaan non-farm AS naik sebesar 315.000.
Tingkat pengangguran pada bulan September turun menjadi 3.5% yang adalah lebih rendah daripada yang diperkirakan. Sementara tingkat pengangguran sebelumnya, di bulan Agustus, berada pada 3.7%. Upah per jam rata-rata naik 4.98% dibandingkan dengan tahun lalu. Pasar memandang laporan pekerjaan AS ini tidak bisa membuat Federal Reserve AS berubah dari kebijakan moneter yang agresif ketatnya.
Support & Resistance
Support” terdekat menunggu di $90.00 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $88.00 dan kemudian $84.00. “Resistance” yang terdekat menunggu di $93.70 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $96.44 dan kemudian $97.66.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.


