Rekomendasi Minyak Mingguan 17 – 21 Oktober 2022: Bisakah Naik Kembali ke Atas $90.00 per barel per hari ?

589

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) meneruskan tren penurunannya pada hari Jumat minggu lalu dengan depresiasi mingguan lebih dari 8% setelah sebelumnya sempat memuncak ke $93.58 pada hari Senin minggu lalu. Minyak mentah yang menjadi benchmark AS ini kehilangan keuntungan karena rebound yang diperoleh pada hari Kamis dan turun mengetes area support di $85.50 yang berhasil ditembus sampai ke $84.67 per barel. .

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $92.35, harga minyak mentah QTI mengakhiri minggu lalu dengan penurunan yang signifikan ke $84.67. Pada hari Senin sudah mulai menunjukkan arahnya, turun ke $91.00 per barel karena buruknya data PMI jasa Caixin Cina. Pada hari Selasa turun lagi ke $88.30 dengan pengumuman OPEC+ memudar dampaknya. Pada hari Rabu turun lagi ke $86.37 dengan memburuknya hubungannya dengan Arab Saudi. Pada hari Kamis berhasil naik ke $88.50 karena berita kebocoran pipa gas Druzhba. Namun pada hari Jumat kembali turun ke $84.67 karena EIA menurunkan outlook permintaan minyak mentah.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Senin berbalik turun dan diperdagangkan di sekitar $91.00 per barel setelah sebelumnya sempat naik ke $93.58 per barel.

Sebelumnya pada jam perdagangan sesi Eropa harga minyak mentah WTI sempat turun ke dekat $90.70 per barel. Penurunan harga minyak mentah WTI disebabkan karena prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang buruk telah meningkatkan profil pasar yang “risk – off”.

Harga minyak mentah terkoreksi karena naiknya sentimen keengganan terhadap resiko di pasar setelah keluarnya data ekonomi PMI Jasa Caixin pada minggu lalu memberikan signal akan penurunan permintaan untuk minyak mentah.

Data PMI Jasa Caixin muncul di 49.3, turun secara signifikan dibandingkan dengan angka sebelumnya di 55.0. Sementara Cina adalah importir minyak terbesar di dunia. Karenanya penurunan permintaan yang serius dari Cina akan berdampak signifikan terhadap harga minyak mentah WTI.

Menguatnya angka Nonfarm Payrolls AS juga membebani harga minyak mentah. Data pasar tenaga kerja AS yang bagus telah mendorong kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga yang lebih besar yang dilakukan oleh the Fed.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa turun lagi dan diperdagangkan di sekitar $88.30 per barel.

Harga minyak mentah WTI melanjutkan penurunannya ke bawah support kritikal $90.00 dengan dampak pengumuman pemangkasan produksi oleh OPEC pada minggu lalu mulai meredup. Kartel minyak terbesar di dunia ini mengumumkan pemangkasan supply minyak mentah sebanyak dua juta barel per hari, pemangkasan produksi yang tertinggi sejak munculnya pandemik Covid – 19.

Anggota-anggota OPEC mengumumkan pengurangan produksi untuk mendukung naik harga minyak mentah karena harga minyak mentah telah jatuh sekitar 40% dari ketinggian di bulan Maret di sekitar $120.00. Perlu dicatat bahwa mayoritas dari anggota OPEC telah gagal memenuhi kuota supply yang ditargetkan karena tidak tersedianya kapasitas produksi yang diperlukan. Karenanya, dampak dari pengumuman pemangkasan produksi hanya berlangsung sebentar.

Selain itu, dari sisi demand, permintaan minyak mentah akan bisa tertekan turun dengan kasus Covid – 19 telah kembali naik secara signifikan setelah Golden Week Holiday. Cina melaporkan 1.989 kasus baru pada hari Senin saja, tertinggi sejak 19 Agustus. Negara ini telah melaksanakan kebijakan “zero covid” karena epidemik yang terkontrol adalah krusial bagi keharmonisan di Cina.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu turun lagi dan diperdagangkan di sekitar $86.37 per barel.

Harga minyak mentah WTI kembali turun dengan Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa akan ada konsekwensi dalam hubungan AS dengan Arab Saudi setelah OPEC+ pada minggu lalu mengumumkan bahwa mereka akan memangkas produksi minyak mentah mereka meskipun ada keberatan dari AS.

Pengumuman pernyataan Biden muncul satu hari setelah Bob Menendez, senator berpengaruh dari kubu Demokrat, ketua dari Senate Foreign Relations Committee, mengatakan bahwa AS harus segera membekukan semua Kerjasama dengan Arab Saudi, termasuk penjualan senjata.

Selain adanya harapan penundaan pemangkasan supply minyak mentah yang sudah disetujui oleh OPEC+, gelombang keengganan terhadap resiko dan menguatnya indeks dollar AS juga membebani harga-harga komoditi dunia, termasuk minyak mentah.

Indeks dollar AS naik mendekati 113.50 dengan menguatnya yields treasury AS, bergabung bersama pertaruhan the Fed yang hawkish membuat para pembeli dollar AS tetap penuh dengan pengharapan menjelang keluarnya risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) the Fed.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis naik diperdagangkan di sekitar $88.50 per barel.

Harga minyak mentah WTI berhasil naik sedikit dengan zona euro sedang panik karena terjadi kebocoran di dalam pipa gas Druzhba ke Jerman. Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan zona euro untuk kekurangan gas bagi mereka. Hal ini menambah kekuatan bagi harga minyak mentah.

Selain itu, harga minyak mentah WTI juga ditopang oleh pembicaraan di media Cina yang menunjukkan adanya rencana pemerintah untuk membeli rumah sebagai bagian dari stimulus. Hal ini pada gilirannya akan menjinakkan ketakutan terhadap resesi di Cina.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat turun dan  diperdagangkan di sekitar $84.67 per barel.

Harga minyak mentah WTI tertekan turun karena keluarnya laporan dari International Energy Agency (IEA). IEA memberikan outlook permintaan minyak mentah global yang suram.

EIA mengurangi outlook pertumbuhan minyak mentah global untuk tahun 2022, menjadi 1,9 juta barel per hari, turun sebanyak 60.000 barel per hari dari perkiraan yang terakhir.

EIA mengurangi outlook pertumbuhan permintaan minyak mentah global untuk tahun 2023, yang turun ke 1.7 juta barel per hari, turun sebanyak 470.000 barel per hari dari perkiraan yang terakhir.

Penurunan pertumbuhan ekonomi global dan naiknya harga minyak mentah akibat rencana pemangkasan supply oleh OPEC+, menurunkan permintaan terhadap minyak mentah dunia.

Menguatnya indeks dollar AS pada hari terakhir perdagangan, hari Jumat, juga menambah tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI.

Perhatian Pada Minggu Ini

Harga minyak mentah WTI mengalami reversal yang kuat pada minggu lalu dengan pasar semakin bertambah prihatin mengenai potensi dampak atas permintaan dari suatu resesi global yang dikombinasikan dengan pengetatan moneter yang agresif oleh kebanyakan bank sentral.

Laporan Consumer Price Index (CPI) yang dirilis Amerika Serikat pada minggu lalu memberikan konfirmasi ketangguhan dari tekanan inflasi AS yang menambah alasan bagi Federal Reserve AS untuk menyetujui kenaikan tingkat bunga yang agresif berikutnya pada bulan November.

Kenyataannya, Federal Funds futures memperhitungkan dalam harga 13% kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga sebesar 100 bps, segera setelah keluarnya laporan inflasi AS yang terbaru pada minggu lalu. Ekspektasi pengetatan yang agresif seperti ini meningkatkan daya tarik dollar AS bagi investor yang pada gilirannya menekan turun harga minyak mentah.

Apa yang terjadi pada minggu lalu dengan keluarnya laporan inflasi AS yang terbaru telah menghapus dampak positip terhadap harga minyak mentah dari pengumuman pemangkasan produksi oleh OPEC.

Pada minggu ini, akan keluar data inflasi dari dari Selandia Baru, Inggris, Uni Eropa dan Jerman yang akan bisa menekan kembali harga minyak mentah WTI apabila data yang keluar memanas seperti yang keluar dari AS pada minggu lalu. Data inflasi yang memanas akan membuat bank sentral masing – masing negara cenderung menaikkan tingkat suku bunganya dengan agresif yang akan menambah potensi terjadinya resesi global dan stagflasi, yang pada gilirannya akan menurunkan outlook permintaan terhadap minyak mentah global sehingga menurunkan harga minyak mentah WTI.

Pada hari Selasa, akan keluar data Consumer Price Index (CPI) Selandia Baru kuartal ke 3

Pada hari Rabu, akan keluar data Consumer Price Index (CPI) Inggris bulan September M/M Y/Y dan data Consumer Price Index (CPI) Uni Eropa bulan September M/M Y/Y

Pada hari Kamis, akan keluar data Producer Price Index (PPI) Jerman bulan September M/M Y/Y.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $84.43 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $83.70 dan kemudian $82.74. “Resistance” yang terdekat menunggu di $85.83 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $86.40 dan kemudian $87.62.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.