Rekomendasi Minyak Mingguan 24 – 28 Oktober 2022: Berpotensi Naik Melewati $85.00 ?

669

(Vibiznews – Commodity) Setelah jatuh dari ketinggian dua minggu lalu di $92.35 ke $84.67 per barel, Minyak mentah WTI pada minggu lalu, berhasil bertahan di sekitar $84.50. Meskipun sempat turun ke $82.00, namun minyak mentah WTI berhasil naik kembali dengan para pembeli minyak mentah berani bertahan di level support $83.00. Minyak mentah WTI bahkan menutup perdagangan hari Jumat minggu lalu dengan berhasil naik ke arah $85.00. Bisakah minyak mentah WTI melanjutkan pergerakan naiknya pada minggu ini?

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru paa minggu lalu di $84.67, harga minyak mentah WTI mengakhiri perdagangan di akhir minggu hari Jumat minggu lalu dengan posisi relatip stabil di $84.99. Minyak mentah WTI relatip stabil pada hari Senin. Pada hari Selasa turun ke $82.22 karena kekuatiran akan turunnya permintaan. Relatip stabil namun dalam tekanan turun pada hari Rabu di $83.00. Pada hari Kamis berhasil keluar dari tekanan turun dan naik ke $86.00 karena turunnya persediaan minyak di AS. Pada hari Jumat kembali tertekan turun ke $84.99 kembali karena ketakutan akan turunnya permintaan.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Senin turun dan diperdagangkan di sekitar $84.45 per barel.

Setelah sempat naik ke ketinggian intraday yang baru di sekitar $85.30 karena serangan secara verbal dari pemerintah AS yang terbaru terhadap keputusan dan pengumuman dari OPEC+ yang mau memangkas produksi minyak mentah mereka, harga minyak mentah berbalik turun.

Harga minyak mentah WTI dibuka turun pada permulaan minggu perdagangan yang baru hari Senin dengan ketakutan dari sisi demand terus menguasai perkiraan – perkiraan akan turunnya permintaan minyak mentah ke depan meskipun sudah ada pengumuman pemangkasan supply oleh OPEC +.

Lingkungan makro juga menambah kekacauan akan demand dengan zona euro akan segera memasuki bulan – bulan musim dingin yang menambah ketakutan akan terjadinya resesi, yang akan membuat demand minyak mentah turun.

Meskipun demikian, pada level support di $84.45 kelihatannya mengundang para pembeli minyak mentah yang membeli dari bawah – bargain hunting, dengan harga minyak mentah WTI sempat naik ke $85.00 pada jam perdagangan sesi Eropa hari Senin.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa, jatuh lebih dari 3% dan diperdagangkan di sekitar $82.22 per barel setelah sebelumnya sempat naik ke $85.56 per barel, di tengah ketakutan akan perlambatan ekonomi global yang bisa menekan permintaan akan minyak mentah. Pada saat yang bersamaan , ditundanya rilis GDP Cina memperburuk sentimen dari para investor.

Harga minyak mentah WTI pada awalnya pada jam perdagangan sesi Asia memanjat naik ke atas $85.00 ke sekitar $85.56 per barel karena melemahnya dollar AS. Indeks dollar AS tertekan turun pada jam perdagangan sesi Asia di tengah berkurangnya minat terhadap safe – haven dan naiknya sentimen terhadap resiko.

Namun pada jam perdagangan sesi AS, indeks dollar AS kembali menguat dengan kembali muncul arus safe – haven yang membebani harga minyak mentah WTI sehingga harga minyak mentah WTI kembali turun ke bawah $85.00 dan diperdagangkan di sekitar $82.22 per barel.

Selain itu dari sisi supply ada tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan dikeluarkannya cadangan minyak strategis atau Strategic Petroleum Reserve (SPR) AS sebanyak 10 -15 Juta barrels pada minggu ini.

Sementara itu terus diterapkannya pendekatan “no – tolerance” terhadap Covid – 19 oleh pemerintah Cina, telah membuat kenaikan demand terhadap minyak mentah WTI menjadi tertahan.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu masih dalam tekanan turun dan diperdagangkan di sekitar $83.00 per barel.

Tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI terjadi di tengah ketakutan akan perlambatan ekonomi global yang bisa menekan permintaan akan minyak mentah.

Selain itu tekanan turun karena adanya berita bahwa Amerika Serikat sedang berupaya untuk merilis lebih banyak minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) untuk memerangi pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC+.

Di sisi lain, indeks dollar AS berbalik menguat dengan naiknya yields treasury AS baru – baru ini. Yields treasury AS naik 2 bps mendekati 4.02%. Menguatnya dollar AS membuat harga minyak mentah menjadi semakin mahal bagi para pembeli dari luar AS, sehingga membebani harga minyak mentah.

Angka Covid – 19 yang relatif masih tinggi di Cina dan juga pertempuran keras antara Rusia melawan Ukraina memperburuk sentimen pasar dengan dampak ke depannya akan menekan permintaan terhadap minyak mentah.

Namun, laporan penghasilan perusahaan AS yang bagus – bagus, harapan akan stimulus dari Beijing, Tokyo dan zona Euro membuat asset – asset yang lebih beresiko menguat sehingga mendorong naik harga minyak mentah WTI, paling tidak membatasi penurunannya.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis berhasil keluar dari tekanan turun dan diperdagangkan di sekitar $86.00 per barel.

Harga minyak mentah WTI rebound dengan kuat ke arah $86.00 meskipun ada pengumuman mengenai rilis minyak mentah oleh Presiden AS Joe Biden dimana AS akan merilis 15 juta barel minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) untuk membuat mekanisme demand – supply minyak mentah menjadi seimbang.

Sebagai bagian dari pengumuman, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa 15 juta barel minyak mentah akan ditawarkan dari Strategic Petroleum Reserve (SPR), sebagai bagian dari 180 juta barel yang mulai dirilis pada bulan Mei, dan menambahkan bahwa AS siap membuka keran cadangan lagi pada awal tahun depan untuk mengendalikan harga minyak mentah.

Kenaikan harga minyak mentah WTI juga didukung oleh keluarnya laporan mengenai data persediaan minyak mentah mingguan dari Energy Information Administration (EIA). Persediaan minyak mentah AS turun ke – 1.725.000 selama minggu yang berakhir pada tanggal 14 Oktober dibandingkan dengan yang diperkirakan kenaikan sebanyak 1.380.000 dan 9.880.000 sebelumnya.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat kembali tertekan turun dan diperdagangkan di sekitar $84.67 per barel.

Turunnya harga minyak mentah WTI kali ini disebabkan oleh karena ketakutan akan resesi yang melanda pasar di tengah munculnya angka inflasi yang tinggi dan signal dari bank sentral yang hawkish.

Selain itu penurunan harga minyak mentah WTI juga disebabkan oleh adanya usaha Amerika Serikat untuk menambah produksi output minyak mentah dengan memakai Strategic Petroleum Reserve (SPR).

Presiden AS Joe Biden akan merilis 15 juta barel minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) untuk membuat mekanisme demand – supply minyak mentah menjadi seimbang. Sebagai bagian dari pengumuman, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa 15 juta barel minyak mentah akan ditawarkan dari Strategic Petroleum Reserve (SPR), sebagai bagian dari 180 juta barel yang mulai dirilis pada bulan Mei, dan menambahkan bahwa AS siap membuka keran cadangan lagi pada awal tahun depan untuk mengendalikan harga minyak mentah.

Para Pembeli Bertahan di Level Support $83.00

Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman Al Saud pada hari Jumat minggu lalu mengatakan bahwa OPEC+ sedang melakukan pekerjaan yang benar untuk menstabilkan pasar energi.

Sementara itu seorang pejabat Iran mendesak agar AS mengangkat sanksi yang dikenakan atas Iran jika ingin menurunkan harga minyak mentah.

Secara terpisah, para pemain di industri minyak mentah dan seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia bisa menghindar dari pembatasan harga yang dikenakan oleh negara – negara G7 terhadap ekspor minyak mentah Rusia. Moskow memiliki akses ke banyak tanker untuk mengirimkan banyak dari minyak mentahnya agar dapat membuat pembatasan harga menjadi tidak efektif.

Berita – berita di atas membuat minyak mentah WTI dapat mempertahankan harga di $83.00 dan bahkan naik ke arah $85.00 dengan munculnya rumor mengenai kemungkinan perlambatan pengetatan moneter oleh the Fed dan meningkatnya permintaan minyak mentah dari Cina.

Dari Cina ada berita bahwa Cina kemungkinan akan melonggarkan restriksi karantinanya bagi para pengunjung dari luar negeri dari 10 hari menjadi tinggal hanya 7 hari. Berita ini saja sudah dapat mendorong naik harga minyak mentah.

Federal Reserve AS Akan Memperlambat Siklus Pengetatannya?

Memasuki minggu perdagangan yang baru pada hari Senin, pasar akan menyoroti rumor pada hari Jumat yang telah membuat turun dolar AS, rumor yang mengatakan bahwa the Fed kemungkinan akan memperlambat kecepatan kebijakan pengetatan moneternya.

Laporan dari Wall Street Journal pada hari Jumat bahwa para pejabat Federal Reserve kemungkinan akan membuka debat bagi besaran kenaikan tingkat bunga pada bulan Desember, dimana hal ini dianggap merupakan signal bagi kenaikan tingkat bunga yang lebih kecil pada bulan Desember.

Dolar AS bereaksi dengan berbalik turun secara tajam dari ketinggian selama jam perdagangan sebelumnya. Indeks dollar AS melemah lebih dari 1% dari ketinggian selama tiga minggu di dekat 114.00 ke  112.00.

Laporan dari Wall Street Journal ini telah menghapus dampak positip terhadap dollar AS yang dihasilkan baik dari komentar – komentar para pejabat the Fed yang hawkish belakangan ini, maupun dari angka initial jobless claims AS yang terbaru.

Presiden the Fed Philadelphia Patrick Harker pada hari Kamis minggu lalu, mengulangi bahwa bank sentral AS the Fed akan tetap menaikkan tingkat bunga untuk seberapa waktu lamanya.

Selain itu, angka initial jobless claims AS muncul di bawah dari yang diperkirakan sehingga memberikan konfirmasi akan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat dan membuka jalan bagi the Fed untuk tetap mempertahankan siklus pengetatan yang agresif.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $83.90 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $83.05 dan kemudian $82.00. “Resistance” yang terdekat menunggu di $86.04 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $87.38 dan kemudian $88.52.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.