Rekomendasi Minyak Mingguan 31 Oktober – 4 November 2022: Akan Melanjutkan Kenaikan?

521

(Vibiznews – Commodity) Minggu lalu naik turunnya harga minyak mentah WTI banyak digerakkan oleh naik turunnya dollar AS. Harga minyak mentah WTI naik ke $89.15 karena melemahnya dollar AS dan harga minyak mentah WTI turun ke $87.91 sebagian besar disebabkan karena berbalik menguatnya dollar AS.

Mengakhiri bulan Oktober, pasar banyak menyoroti rumor yang telah membuat turun dolar secara signifikan dan memicu rally di pasar saham AS, rumor yang mengatakan bahwa the Fed kemungkinan akan memperlambat kecepatan kebijakan pengetatan moneternya.

Laporan dari Wall Street Journal pada hari Jumat (21/10/22) bahwa para pejabat Federal Reserve kemungkinan akan membuka debat bagi besaran kenaikan tingkat bunga pada bulan Desember, dimana hal ini dianggap merupakan signal bagi kenaikan tingkat bunga yang lebih kecil pada bulan Desember.

Minggu ini semuanya adalah mengenai kebijakan moneter sementara emas mengalami tekanan jual yang berat sejak hari Jumat minggu lalu. Dengan kenaikan tingkat bunga sebesar 75 bps sudah diperhitungkan ke dalam harga pada hari Rabu minggu ini. Pertanyaan utama adalah apakah Federal Reserve AS akan melambat setelah pertemuan bulan November.

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $84.99, harga minyak mentah WTI mengakhiri perdagangan di akhir minggu hari Jumat minggu yang lalu, dengan kenaikan ke $87.91. Dengan harga tidak banyak bergerak pada hari Senin, harga minyak mentah WTI mulai beranjak naik pada hari Selasa ke $85.46 dan diteruskan kenaikannya pada hari Rabu ke $87.80 dan hari Kamis ke $89.15, karena melemahnya dollar AS secara luas dan membaiknya sentimen pasar yang membawa arus “risk-on”. Pada hari Jumat harga minyak mentah WTI terkoreksi ke $87.91 karena dollar AS berbalik menguat. 

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Senin masih dalam tekanan turun dan diperdagangkan di sekitar $84.38 per barel.

Turunnya harga minyak mentah WTI masih terutama disebabkan oleh karena ketakutan akan resesi global yang terus meningkat yang akan membuat turun demand atas minyak mentah.

Naiknya indeks dollar AS merupakan faktor di luar pasar minyak mentah yang membebani harga minyak mentah WTI turun. Indeks dollar AS naik 0.20% dalam perdagangan intraday ke 112.11.

Hal-hal negatip yang menjadi katalisator bagi kenaikan indeks dollar AS antara lain ketakutan yang muncul dari Korea, Cina dan Rusia, termasuk juga pulihnya perkiraan hawkish-nya the Fed.

Berita – berita mengatakan bahwa Korea Utara dan Selatan telah saling melemparkan tembakan peringatan di dekat perbatasan laut Barat. Dari Cina muncul ketakutan akan Xi Jinping Presiden Cina yang berhasil meraih suara untuk memerintah ketiga kalinya, tidak akan ragu – ragu untuk membuat eskalasi persoalan dengan AS dalam hubungannya dengan Taiwan.

Sementara itu, kantor berita ABC News mengutip pernyataan dari Jendral Ukraina Oleksandr Syrskiy yang mengkuatirkan akan terjadinya perang Nuklir dengan Rusia.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa berhasil naik sekalipun masih dalam tekanan turun. Minyak mentah WTI diperdagangkan naik ke sekitar $85.46 per barel.

Kekuatiran akan resesi yang bisa mengurangi demand terhadap minyak mentah masih terus membebani harga minyak mentah WTI. Kekuatiran akan resesi lebih besar dibandingkan dengan dampak dari turunnya dollar AS menjelang jam perdagangan sesi AS dan juga lebih besar dari ketakutan yang mengancam dari krisis supply karena ketegangan geopolitik.

Namun, melemahnya dollar AS secara luas telah mendorong naik harga minyak mentah WTI yang berdenominasi USD.

Indeks dollar AS terus berada di posisi di bawah, berjuang untuk bisa bangkit, dengan absennya para pejabat the Fed yang biasa berbicara dan buruknya data ekonomi AS yang keluar.

Meningkatnya inflasi telah berdampak terhadap angka Consumer Confidence AS yang keluar. Conference Board melaporkan bahwa indeks Consumer Confidence AS bulan Oktober jatuh ke 102.5 dari angka bulan September di 107.8. Dan angka yang keluar juga jauh meleset dari angka yang diperkirakan dimana para ekonom memperkirakan angka yang keluar akan berada pada 105.9.

Hal lain lagi yang membuat dollar AS kalah terhadap matauang utama dunia lainnya yang menjadi rivalnya adalah turunnya yields obligasi treasury dan positipnya saham berjangka AS.

Angka pendahuluan Purchasing Manager Index (PMI) bulan Oktober yang buruk menunjukkan bahwa perekonomian negara – negara maju dari Barat sedang menghadapi saat yang sulit yang akan bisa membuat turunnya demand atas minyak mentah secara signifikan.

Selain itu, dampak dari lockdown yang berlarut – larut di Cina akibat meningkatnya kasus baru Covid – 19, di negara Cina, telah mengakibatkan turunnya permintaan sebesar 2.0%.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu berhasil naik sekalipun masih dalam tekanan turun. Minyak mentah WTI diperdagangkan naik ke sekitar $87.80 per barel.

Harga minyak mentah WTI mengalami kenaikan di tengah laporan dari American Petroleum Institute (API) yang melaporkan penambahan stok minyak mentah WTI sebesar 4.520.000. Penambahan persediaan minyak mentah menunjukkan terjadinya penurunan permintaan minyak mentah pada minggu lalu.

Selain itu naiknya persediaan minyak mentah AS juga disebabkan karena pemerintah Joe Biden mengeluarkan minyak mentah dari Strategic Petroleum Reserve (SPR) nya, dalam rangka memerangi OPEC+ yang memutuskan untuk mengurangi persediaan minyaknya Oleh karena itu terjadi penumpukan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat, seperti sekarang ini.

Kenaikan harga minyak mentah WTI sebagian juga disebabkan karena munculnya sentimen “risk-on” di pasar yang memungkinkan assets beresiko mengalami rally. Hal ini terjadi menjelang pemangkasan produksi dari anggota OPEC+ pada bulan depan yang tinggal satu minggu lagi.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis melanjutkan kenaikannya. Minyak mentah WTI diperdagangkan naik ke sekitar $89.15 per barel.

Harga minyak mentah WTI naik dengan sanksi yang dikenakan atas Rusia akan mulai membebani supply minyak global sehingga mengurangi persediaan minyak mentah global.

Sempat turunnya indeks dollar AS belakangan ini juga memberikan dukungan naik terhadap harga minyak mentah WTI. Memulai minggu perdagangan yang baru pada hari Senin 17 Oktober 2022 di 113.170, indeks dollar AS mengakhiri perdagangan di akhir minggu perdagangan hari Jumat 21 Oktober 2022 minggu lalu dengan penurunan ke 111.820 dan meneruskan penurunannya sampai hari Kamis 27 Oktober 2022 ke 110.235.

Kenaikan harga minyak mentah WTI terjadi di tengah keluarnya laporan inventory minyak mentah AS dari Energy Information Administration (EIA). EIA mengumumkan kenaikan inventori minyak mentah AS sebesar 2.588.000 barel dibandingkan dengan yang diperkirakan, kenaikan sebesar 1.029.000 barel untuk minggu terakhir yang berakhir pada tanggal 21 Oktober.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat terkoreksi turun. Minyak mentah WTI diperdagangkan turun ke sekitar $87.15 per barel.

Walaupun ekspor minyak mentah AS mencetak rekor dan GDP AS menguat, sehingga meredakan ketakutan akan resesi, keprihatinan atas kesehatan ekonomi Cina sebagai pengimpor minyak terbesar di dunia, membebani pasar komoditas dan menekan turun harga minyak mentah WTI.

Rilis data makro ekonomi GDP AS kuartal ketiga perkiraan pertama muncul di 2.6% YoY. Sementara GDP AS ini diperkirakan muncul di 2.3% YoY. Keluarnya data GDP AS kuartal ketiga yang bagus ini mendorong kenaikan dari indeks dollar AS yang pada gilirannya menekan turun harga minyak mentah.

Kebijakan Cina yang “zero-covid” dengan pertumbuhannya yang bervariasi ditambah dengan kenaikan tingkat bunga yang kuat dari para bank sentral utama dunia menambah beban terhadap harga minyak mentah.

Apakah Federal Reserve AS akan melambat setelah pertemuan bulan November?

Beberapa data sudah menunjuk kepada melambatnya pertumbuhan dan mengintipnya resesi, dengan bebarapa bank sentral, termasuk Bank of Australia dan Bank of Canada, berpindah ke kenaikan tingkat bunga yang lebih kecil. Apakah dengan demikian, fase yang paling ketat dari siklus pengetatan moneter global sudah lewat?

The Fed masih diperkirakan akan menaikkan tingkat suku bunga kuncinya untuk 4 kali berturut-turut sebesar 75 bps pada minggu ini, namun kenaikan tingkat bunga yang besar ini bisa datang bersamaan dengan signal akan melambatnya pengetatan ke depannya, yang akan mengikuti penurunan kenaikan tingkat bunga dari Bank of Canada pada minggu lalu menjadi 50 bps dan juga nada yang dovish dari ECB pada saat menaikkan tingkat bunganya sebesar 75 bps pada hari Kamis minggu lalu.

Sejauh ini, the Fed telah bergerak sangat cepat dalam menaikkan tingkat suku bunganya. The Fed harus agak mundur dari menaikkan tingkat bunganya secara agresif. Karenanya seharusnya akan ada pembicaraan untuk menurunkan tingkat kecepatan pada pertemuan minggu ini.

Pergerakan ke arah kenaikan tingkat bunga yang lebih lambat akan positip bagi emas, sehingga membuat sebagian orang tetap bullish terhadap emas. Namun tidak semua orang yakin bahwa the Fed akan bersedia untuk mengendurkan pijakan gasnya. Sudah ada lebih banyak tanda-tanda pelemahan ekonomi dan investor dengan cemas mulai memasukkannya dalam perhitungan harga. Namun bukan hal yang mudah untuk menurunkan tingkat kecepatan.

Minggu ini pasar kemungkinan masih akan mendapatkan rilis data dari pasar tenaga kerja yang kuat dan laporan inflasi bulan Nopember yang masih panas.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $86.93 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $85.71 dan kemudian $84.52. “Resistance” yang terdekat menunggu di $88.33 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $89.37 dan kemudian $90.59.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.