(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 5,25%.
- Neraca Perdagangan Indonesia pada Oktober kembali surplus, dan ini sudah 30 bulan berturut-turut.
- Tekanan eksternal tetap kuat oleh indikasi berlanjutnya kebijakan moneter ketat AS yang kembali mendorong capital outflow dari pasar keuangan domestik.
Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 21-25 November 2022.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau terkoreksi terbatas dalam pasar yang konsolidatif, dengan penguatan di dua hari terakhirnya, di antara aksi profit taking investor asing yang ditahan rilis transaksi berjalan Indonesia yang tetap mencatatkan surplus. Sementara itu, bursa kawasan Asia mixed dengan bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,10%, atau 7,025 poin, ke level 7.082,181. Untuk minggu berikutnya (21-25 November 2022), IHSG kemungkinan akan masih variatif dengan bias positif secara bertahap, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.128 dan 7.225. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.955, dan bila tembus ke level 6.747.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah cukup signifikan sepekan penuh dan mendekati lagi level 2,5 tahun terendahnya, di tengah prediksi mengetatnya kembali kebijakan moneter AS, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 1,30% ke level Rp 15.687. Sementara, dollar global rebound agak terbatas. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan beranjak naik bertahap, atau kemungkinan rupiah masih dalam tekanan menuju oversold area-nya, dalam range antara resistance di level Rp15.760 dan Rp15.825, sementara support di level Rp15.392 dan Rp15.270.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke 7,045% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury bangkit terbatas.
===
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00%.
Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.
Perbaikan ekonomi domestik terus berlanjut. Kinerja ekonomi Indonesia terus menguat pada triwulan III 2022 dengan tumbuh 5,72% (yoy), lebih tinggi dari prakiraan dan capaian triwulan sebelumnya sebesar 5,45% (yoy), ditopang oleh berlanjutnya perbaikan permintaan domestik dan tetap tingginya kinerja ekspor.
Dengan demikian, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 175 bps dalam waktu 4 bulan berturut-turut. BI juga menaikkan suku bunganya dengan cukup agresif, 50 bps dalam 3 bulan beruntun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,67 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 4,97 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020, atau sudah 30 bulan berturut-turut.
Berdasarkan data transaksi 14-17 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,02 triliun terdiri dari beli neto Rp1,83 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,84 triliun di pasar saham.
===
Dinamika, atau bagi sebagian lainnya gejolak, dari pasar investasi sepertinya semakin fluktuatif saja belakangan ini. Semakin jelas bahwa koreksi pasar memang ada. Rebound atau reversal adalah bagian dari pergerakan pasar. Dalam situasi demikian ini, timing untuk masuk serta keluar pasar (market entry and exit) merupakan komponen kunci keberhasilan investasi. Terpeleset di sini maka keuntungan menjadi tipis atau bahkan kerugian membengkak. Anda, kalau boleh disarankan, perlu teman investasi. Tetaplah bersama kami, karena kami hadir demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting