Rekomendasi Minyak Mingguan 28 November – 2 Desember 2022: Bisakah Bangkit ke Atas $80.00?

422

(Vibiznews – Commodity) Minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan tetap negatip karena keprihatinan akan rendahnya permintaan. Faktor – faktor seperti berkelanjutannya merebaknya Covid – 19 dan laporan naiknya output minyak mentah selama minggu lalu membuat harga minyak mentah menjadi stabil pada posisi yang rendah. Sentimen investor bervariasi sebagian dipicu oleh tipisnya likuiditas di tengah minggu yang pendek pada minggu lalu karena adanya liburan Thanksgiving.

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $80.23 minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan penurunan ke $76.57. Harga minyak mentah WTI sudah mulai turun dari sejak hari Senin ke $78.45.  Pada hari Selasa berhasil naik kembali menembus $80.00 ke $81.50 karena komentar Menteri Energi Arab Saudi. Namun tidak dapat bertahan lama. Hari Rabu sudah berbalik turun ke bawah $80.00 ke $77.25 per barel. Pada hari Kamis masih di bawah tekanan turun sekalipun naik sedikit ke $77.77. Pada hari Jumat meneruskan penurunannya ke $76.57 karena kekuatiran mengamuknya Covid – 19 di Cina.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Senin turun menembus ke bawah $80.00  ke sekitar $78.45 per barel.

Minyak mentah WTI berjangka di Nymex gagal melewati barikade resistance psikologis di $80.00 per barel pada jam perdagangan sesi Asia. Sebelumnya minyak mentah WTI sempat jatuh ke $77.58 namun berhasil bangkit berbalik naik kembali ke arah $80.00 diperdagangkan di sekitar $79.65 per barel, masih di bawah $80.00 per barel.

Minggu lalu, pemerintah Cina memutuskan untuk menghapus restriksi atas pergerakan manusia, material, mesin-mesin untuk bisa kembali ke aktifitas bisnis secara normal. Meskipun demikian, kenaikan yang tajam dari kasus Covid – 19 menggencet sentimen pasar. Investor menghadapi dilema apakah kembali kepada keengganan terhadap resiko karena meningkatnya kasus Covid – 19 atau menambah likuiditas dengan restriksi atas pergerakan manusia, material dan mesin-mesin sekarang dihapus.

Sementara itu, untuk mengatasi merebaknya Covid – 19 di kota metropolis selatan Cina Guangzhou, pemerintah Cina menutup (lockdown) kota ini selama lima hari. Kota berpenduduk 19 juta jiwa ini telah menjadi episentrum dari merebaknya Covid terbaru di Cina yang menjadi yang terburuk sejak dimulainya pandemik memukul Guangzhou.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Selasa berhasil naik menembus ke atas $80.00  ke sekitar $81.50 per barel.

Harga minyak mentah WTI pada awal perdagangan sesi Asia sempat turun ke kerendahan 11 bulan di $75.27 per barel.  Penurunan harga minyak mentah WTI disebabkan karena pembicaraan bahwa para produsen kunci minyak mentah global, yaitu kelompok OPEC + kemungkinan akan terus mempertahankan produksi minyak menurut kesepakatan terakhir sampai tahun 2023, yang artinya menambah lebih banyak produksi.

Namun, harga minyak mentah WTI berbalik naik kembali ke atas $80.00 di sekitar $81.50 per barel setelah keluar komentar dari Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman Al-Saud.

Pembicaraan mengenai intervensi OPEC+ di pasar minyak mentah untuk mendukung harga minyak mentah dari ketidakseimbangan mendapatkan konfirmasi setelah Menteri Energi Arab Saudi mengatakan bahwa kesepakatan OPEC+ sekarang ini akan terus berlangsung sampai kepada akhir tahun 2023.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Rabu berbalik turun dan diperdagangkan di sekitar $77.25 per barel.

Minyak mentah WTI tidak sanggup bertahan dalam ketinggian hariannya, turun karena ketakutan akan berkurangnya permintaan yang disebabkan oleh merebaknya kembali kasus Covid – 19 di Cina. Penghitungan jumlah korban Covid – 19 di Cina mengarah ke puncak rekor yang pernah terjadi pada bulan April yang lalu sementara angka penularan dari Beijing, Shanghai dan Chongqing terus meningkat juga.

Pada jam perdagangan sesi Asia dan Eropa, harga minyak mentah WTI masih bisa bertahan di ketinggiannya setelah pembicaraan mengenai intervensi OPEC+ di pasar minyak untuk mendukung naik harga minyak dari pergerakan yang tidak seimbang mendapatkan konfirmasi dari Menteri Energi Arab Saudi yang mengatakan bahwa kesepakatan OPEC+ yang sekarang ini akan terus berlangsung sampai akhir tahun 2023.

Sebelum ini, negara-negara pengekspor minyak ini telah bersepakat untuk mengurangi produksi minyak mentah sebanyak dua juta barel per hari untuk mendorong naik harga minyak mentah.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Kamis tetap berada di bawah tekanan bearish dan diperdagangkan di sekitar $77.77 per barel.

Setelah sempat mengalami pemulihan yang luarbiasa dari kerendahan 11 bulan di $75.28 ke $81.50, dengan konfirmasi dari Menteri Energi Arab Saudi bahwa kesepakatan OPEC+ untuk memangkas produksi akan tetap berlangsung sampai akhir tahun 2023, minyak mentah WTI tidak dapat bertahan dan melepaskan keuntungan yang diperolehnya pada hari Selasa.

Pemulihan harga minyak mentah WTI hilang dengan penularan Covid – 19 naik membumbung tinggi secara dramatis di Cina. Dilaporkan bahwa kasus baru harian Covid – 19 di Cina meningkat ke 29.754, sebegitu jauh angka tertinggi semasa pandemik. Karena itu, kelonggaran – kelonggaran yang baru saja diberikan oleh pemerintah Cina diperkirakan akan ditarik lagi dalam rangka menahan penyebaran kasus baru Covid – 19.

Dokter – dokter Cina menyampaikan pesan yang jelas kepada Xi Jinping bahwa sistem kesehatan Cina tidak siap untuk menghadapi merebaknya coronavirus dengan skala besar secara nasional yang diakibatkan oleh dilonggarkannya langkah – langkah restriksi dalam mengatasi Covid – 19.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada hari Jumat sempat berhasil berbalik naik dan diperdagangkan di sekitar $78.70 per barel, namun kenaikan harga minyak mentah WTI ini tidak dapat berkelanjutan. Pada jam perdagangan sesi AS, harga minyak mentah WTI kembali turun dan diperdagangkan disekitar $76.57 dengan investor mengkuatirkan mengamuknya Covid – 19 di Cina.

Pemulihan harga minyak mentah WTI hilang dengan penularan Covid – 19 naik membumbung tinggi secara dramatis di Cina. Dilaporkan bahwa kasus baru harian Covid – 19 di Cina meningkat ke 29.754, sebegitu jauh angka tertinggi semasa pandemik. Karena itu, kelonggaran – kelonggaran yang baru saja diberikan oleh pemerintah Cina diperkirakan akan ditarik lagi dalam rangka menahan penyebaran kasus baru Covid – 19.

Sementara itu, kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan oleh pergerakan dari Arab Saudi. Setelah menyangkal laporan bahwa mereka sedang mendiskusikan untuk menambah supply minyak mentah dengan OPEC dan sekutunya, sekarang  Arab Saudi mengatakan bahwa mereka menjanjikan langkah – langkah tambahan untuk memastikan stabilitas pasar minyak mentah.

Menteri energi Irak dan Arab Saudi dilaporkan mengatakan bahwa penting untuk bekerjasama di dalam rangka OPEC +. Sebagai akibatnya harga minyak mentah mengalami kenaikan dalam perdagangan awal hari Jumat meskipun ada kekuatiran mengenai turunnya permintaan dari Cina yang disebabkan karena kasus Covid – 19.

Pergerakan Minggu Ini

Dengan Menteri Energi Arab Saudi menegaskan kembali bahwa pemangkasan produksi OPEC Plus akan berlangsung terus sampai akhir tahun 2023 dan mencatat bahwa Uni Eropa tetap siap melakukan intervensi ketika diperlukan untuk menyeimbangkan supply & demand. Harga minyak mentah WTI berbalik naik signifikan.

Namun cepatnya kenaikan penularan di kota – kota utama Cina – yang sekarang telah melampaui puncak tertinggi yang pernah terjadi di negara ini pada bulan April tahun ini – memberikan ancaman dilakukannya restriksi pergerakan dalam usaha mengurangi penularan, membebani ekspektasi permintaan terhadap minyak mentah.

Pergerakan harga minyak mentah WTI pada minggu ini kelihatannya masih akan tergantung kepada dua kekuatan yang saling berkompetisi ini – supply kedepan yang turun dan permintaan kedepan yang turun).

Selain itu, harga minyak mentah WTI pada minggu ini juga akan dipengaruhi oleh laporan – laporan seberapa jauh Uni Eropa dapat mengenakan pembatasan harga atas minyak Rusia, di antara $65 sampai $70 per barel. Sampai hari Jumat minggu lalu, negara – negara di Uni Eropa belum memperoleh kesepakatan dan masih jauh dari kesepakatan. Polandia meminta harga dibatasi hanya paling tinggi sampai $30 per barel dengan dasar bahwa mereka percaya biaya produksi minyak mentah Rusia hanya sekitar $20. Belum lagi Yunani dan Malta yang merasa pembatasan harga yang sekarang terlalu restriktif.

Data – data ekonomi dari kalender ekonomi yang akan keluar pada minggu ini juga akan bisa berdampak kepada pergerakan harga minyak mentah terutama pertemuan OPEC+ pada hari Kamis dan laporan persediaan minyak mentah AS serta laporan yang menggerakkan dollar AS secara signifikan seperti Non-Farm Payrolls AS yang akan keluar pada hari Jumat.

Angka yang akan keluar dari data employment, Non-Farm Payrolls, AS bisa mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter Federal Reserve.

Di dalam komentarnya baru – baru ini, Powell mengatakan bahwa pasar tenaga kerja sudah terlalu ketat dan the Fed memerlukan lebih banyak kelonggaran sebelum mereka mulai mengurangi sikap yang agresif.

Menurut perkiraan konsensus dari para ekonom, jumlah pekerjaan yang tercipta pada bulan November adalah sebanyak 200.000 pekerjaan.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $76.53 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $75.00 dan kemudian $73.71. “Resistance” yang terdekat menunggu di $77.19 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $79.07 dan kemudian $81.80.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.