Rekomendasi Minyak Akhir 2022 & Awal 2023: Berpotensi Naik?

706

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah WTI terus mengalami kenaikan sejak jam perdagangan sesi Eropa hari Jumat minggu lalu dengan melemahnya dollar AS dan komentar dari Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak. Wakil PM Rusia menyatakan bahwa Rusia kemungkinan akan memangkas produksi minyak mentah sebanyak 5 – 7 % pada awal tahun 2023, sebagai respon terhadap pembatasan atas harga minyak Rusia oleh Barat. Mengakhiri tahun 2022 dan mengawali tahun 2023, kemana arah harga minyak mentah WTI?

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memulai minggu perdagangan yang baru pada minggu lalu di $74.60, minyak mentah WTI mengakhiri minggu lalu dengan kenaikan ke $79.34. Kenaikan harga minyak mentah WTI dimulai dari sejak hari Senin ke $75.70 dengan harapan menguatnya permintaan, bertahan sampai hari Selasa dan melanjutkan kenaikannya pada hari Rabu ke $77.77 karena data inventori terbaru dari API, bertahan sampai hari Kamis dan melanjutkan kenaikannya pada hari Jumat ke $79.34 karena berita dari Rusia.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Senin, berbalik naik dan diperdagangkan di sekitar $75.70 per barel di tengah perdagangan yang sepi karena memasuki liburan musim dingin.

Harga minyak mentah WTI berbalik naik, menghentikan penurunan selama dua hari berturut-turut pada minggu lalu dan berbalik naik di tengah harapan akan menguatnya permintaan minyak mentah dari Cina dan keputusan dari Amerika Serikat untuk membeli kembali minyak mentah untuk cadangan minyak mentah negara.

Pelonggaran lebih lanjut di dalam restriksi karena Covid – 19 di Cina, telah membawa optimisme akan pemulihan ekonomi di Cina yang mendorong naik harga minyak mentah WTI. Dihapusnya restriksi pergerakan manusia, material dan mesin telah membawa optimisme di Cina.

Harga minyak mentah WTI pada hari Jumat minggu lalu tertekan turun karena ketakutan akan perlambatan ekonomi global. Data ekonomi Cina yang keluar mengecewakan dan harapan akan pulihnya output dari pipa minyak di Kanada menambah tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI.

Selain itu pulihnya kembali kekuatan dollar AS juga menekan harga minyak mentah WTI turun ke $74.60 pada hari Jumat minggu lalu.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Selasa, turun dan diperdagangkan di sekitar $75.20 per barel.

Meningkatnya ketakutan akan terjadinya resesi menjadi badai yang menekan harga minyak mentah. Investor tetap prihatin bahwa kenaikan kasus baru Covid – 19 di Cina bisa membuat tertundanya pembukaan kembali ekonomi untuk skala yang lebih luas dan akibatnya akan menekan permintaan terhadap minyak mentah.

Meningkatnya  ketakutan akan resesi, bersamaan dengan outlook yang hawkish dari the Fed bisa membangkitkan permintaan akan USD dan pada gilirannya akan menekan harga minyak mentah WTI.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari rabu, naik dan diperdagangkan di sekitar $77.771 per barel.

Sebelumnya, minyak mentah WTI bergerak “side-ways” dekat rintangan kunci jangka pendek di sekitar $76,50 naik 0.30% intraday didukung oleh melemahnya dollar AS dan juga optimisme di pasar.

Hal yang menambah kekuatan naik minyak mentah WTI adalah data inventory minyak mentah terbaru yang dikeluarkan oleh American Petroleum Institute (API).

Menurut American Petroleum Institute (API), inventori minyak mentah AS turun sekitar 3.1 juta barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 16 Desember. Sebelumnya data stok minyak mentah swasata menunjukkan kenaikan sebanyak 7.8 juta barel.

Dollar AS jatuh paling tajam dalam satu minggu pada hari kemarin, stabil di sekitar 104.00 dan pada hari ini turun lagi ke 103.855, dengan para trader dollar AS ketakutan terjadinya pembelian obligasi Jepang dari para pemegang obligasi.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Kamis,turun dan diperdagangkan di sekitar $77.33 per barel.

Harga minyak mentah WTI turun karena menguatnya USD. Setelah sempat jatuh paling tajam dalam satu minggu pada hari Rabu ke 103.855, dollar AS berbalik naik ke 104.270 pada hari Kamis setelah munculnya data makro ekonomi AS yang lebih baik daripada yang diperkirakan.

Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis melaporikan bahwa angka Initial Jobless Claims Mingguan AS naik sebesar 2000 menjadi 216.000 dalam minggu yang berakhir pada hari Sabtu. Angka kenaikan yang lebih rendah daripada yang diperkirakan pasar ini mengejutkan pasar. Konsensus para ekonom memproyeksikan initial jobless claims akan muncul di 222.000 setelah angka minggu lalu direvisi menjadi 214.000.

Angka rata-rata empat minggu yang lebih dipercaya, malah turun ke 221.750 dibandingkan dengan angka sebelumnya yang direvisi naik ke 228.000.

Bureau of Economic Analysis  AS pada hari Kamis melaporkan bahwa ekonomi AS antara bulan Juli dan September bertumbuh lebih daripada yang diperkirakan. Perkiraan yang ketiga menunjukkan bahwa GDP Q3 AS naik 3.2%, jauh di atas dari yang diperkirakan yaitu tidak berubah di 2.9%. Aktifitas ekonomi yang positip di kuartal ketiga ini muncul setelah negatip – 1.6% di Q1 dan – 0.6% di Q2.

Data ekonomi yang lebih baik daripada yang diperkirakan ini menekan harga minyak mentah turun dari posisi sebelumnya yang sempat naik ke $78.77 pada jam perdagangan sesi Eropa dengan turunnya inventori minyak mentah AS yang lebih besar daripada yang diperkirakan.

Menurut American Petroleum Institute (API), inventori minyak mentah AS turun sekitar 3.1 juta barel untuk minggu yang berakhir pada tanggal 16 Desember. Sementara konsensus para ekonom memperkirakan penurunan hanya sebesar 0.17 juta barel. Sebelumnya data stok minyak mentah swasata menunjukkan kenaikan sebanyak 7.8 juta barel.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada awal jam perdagangan sesi AS, hari Jumat, naik dan diperdagangkan di sekitar $79.34 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan antara lain oleh karena ada berita dari Reuters yang membukakan kemungkinan pemangkasan ekspor minyak mentah Rusia ke negara-negara Baltik. Ekspor minyak mentah Rusia ke Baltik kemungkinan turun sebanyak 20% pada bulan Desember dari bulan sebelumnya setelah Uni Eropa dan negara – negara G7 mengenakan sanksi dan pembatasan harga minyak mentah Rusia dari sejak tanggal 5 Desember.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Jumat bahwa Rusia kemungkinan akan memangkas produksi minyak mentah sebanyak 5-7% pada awal tahun 2023 yang berarti penurunan produksi sebanyak 500.000 – 700.000 barel per hari.

Hal lain yang mendorong naik harga minyak mentah WTI adalah berita – berita yang positip terhadap resiko dari Cina dan juga turunnya indeks dollar AS.

Setelah pada hari Kamis berhasil naik 0.32% ke 104.180, indeks dollar AS pada hari Jumat kembali turun ke 103.975.

Dukungan Naik

Minyak mentah WTI mendapatkan banyak dukungan yang diperlulan sejak hari Kamis minggu lalu setelah reaksi yang positip terhadap penurunan yang signifikan di dalam stok minyak mentah sebagaimana dengan yang dirilis di dalam laporan mingguan Energy Information Administration (EIA). Naiknya harga minyak mentah WTI dipicu juga oleh pernyataan kembali Cina akan fokus mereka untuk menginspirasikan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 yang membantu mempengaruhi peningkatan sisi permintaan terhadap minyak mentah dan merevisi naik harga minyak mentah WTI.

Cina sebagai negara konsumen dan importir minyak mentah terbesar di dunia sangat mempengaruhi harga minyak mentah global tergantung dari kondisi ekonomi negara Cina sebagai korelasi yang positip. Sementara Covid – 19 tetap membatasi pertumbuhan ekonomi Cina, apabila pemerintah Cina berhasil mengatasi situasi Covid – 19, pasar akan bisa mempertahankan level minat terhadap resiko yang lebih tinggi dalam menghadapi ketakutan resesi global.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $76.82 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $75.50 dan kemudian $73.98. “Resistance” yang terdekat menunggu di $80.50 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $81.76 dan kemudian $82.48.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.