(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex, pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir minggu lalu, terkoreksi turun dan diperdagangkan di sekitar $72.82 per barel.
Sebelumnya harga minyak mentah WTI sempat naik ke dekat $74.50 per barel karena mendalamnya keprihatinan mengenai supply minyak mentah akibat meningkatnya ketegangan atas kapal-kapal komersial yang melewati Laut Merah.
Militer AS telah melancarkan banyak serangan udara terhadap kelompok Houthi yang didukung oleh Iran sebagai pembalasan karena telah menyerang pengiriman minyak komersial dengan kapal laut.
AS dan Inggris telah meluncurkan lebih dari 60 roket serangan udara terhadap posisi Houthi di Yaman. Serangan udara ini dilakukan setelah kapal-kapal komersial yang melewati Laut Merah terus diserang oleh pemberontak Houthi dari Yaman selama bulan Desember dan awal Januari ini.
Sebagai akibatnya perusahaan-perusahan pengangkutan dengan kapal yang besar – besar mengambil rute yang panjang mengitari Afrika. Karenanya AS dan Inggris telah membangun pasukan khusus untuk memulihkan keamanan perjalanan melewati Laut Merah.
Serangan udara dari militer AS dan sekutunya ini diperkirakan akan mendisrupsi arus perdagangan yang melewati Kanal Suez dan juga akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Meluasnya konflik di Timur Tengah akan menaikkan disrupsi supply minyak mentah pada tahun 2024 ini dan akan membuat harga minyak mentah WTI menjadi tetap tinggi.
Namun kenaikan harga minyak mentah WTI paska serangan udara AS dan sekutunya terhadap kelompok Houthi yang didukung oleh Iran ini tidak berlangsung lama.
Harga minyak mentah WTI terkoreksi turun dengan menguatnya dolar AS karena masuknya arus safe – haven ke pasar akibat dari meningkatnya ketegangan karena konflik di Timur Tengah oleh serangan pembalasan dari AS dan sekutunya ini terhadap kelompok pemberontak Houthi Yaman. Indeks dolar AS naik 0.14% ke 102.170.
Tekanan turun terhadap harga minyak mentah WTI juga disebabkan karena berkurangnya keyakinan pasar akan prospek penurunan tingkat bunga oleh Federal Reserve AS pada bulan Maret dengan munculnya laporan inflasi AS yang lebih panas daripada yang diperkirakan.
Berkurangnya keyakinan pasar akan penurunan tingkat bunga oleh Federal Reserve AS membangkitkan kekuatiran akan berkurangnya permintaan akan minyak mentah oleh karena lingkungan dengan tingkat bunga yang restriktif dan tekanan harga yang tinggi.
Yield obligasi treasury AS benchmark 10 tahun naik kembali ke atas 4% sehingga membebani harga minyak mentah setelah keluarnya data inflasi, Consumer Price Index (CPI), AS yang lebih panas daripada yang diperkirakan.
Bureau of Labor Statistics (BLS) AS mengeluarkan laporan mengenai inflasi AS, laporan Consumer Price Index (CPI), AS bulan Desember yang menunjukkan kenaikan 3.4% YoY dibandingkan dengan yang diperkirakan kenaikan sebesar 3.3% dan lebih tinggi daripada angka bulan November kenaikan sebesar 3.1%. CPI inti naik 3.9% dibandingkan dengan yang diperkirakan naik 3.8% YoY.
Data inflasi CPI yang keluar ini masuk ke dalam kubu kebijaksanaan moneter yang hawkish yang menginginkan agar Federal Reserve AS tetap mempertahankan kebijakan moneternya yang lebih ketat untuk waktu yang lebih lama, sehingga membebani harga minyak mentah.
Minggu ini, investor akan fokus ke Gross Domestic Product (GDP) Cina dan data Industrial Production. Ekonomi Cina telah bergumul untuk mendapatkan pijakan yang kuat ditengah turunnya ekspor dan rentannya permintaan domestik seusai Covid. Cina adalah importir minyak mentah terdepan di dunia dan perlambatan ekonomi di Cina yang merupakan raksasa ekonomi Asia berdampak signifikan terhadap harga minyak mentah.
Minggu ini, pasar juga akan menaruh perhatian seksama terhadap data ekonomi dan laporan utama yang keluar antara lain penjualan ritel AS. Penjualan ritel AS kemungkinan akan bertumbuh dengan solid pada bulan Desember dengan keyakinan konsumen meningkat karena naiknya pasar saham.
Data ekonomi lain yang akan muncul adalah Weekly Jobless Claims, Housing Starts AS, Exixting Home Sales, Philly Fed Survey dan preliminary University of Michigan Consumer Sentiment.
Sementara itu para pemimpin dunia akan berkumpul di Davos, Switzerland, yang akan bisa menciptakan ketegangan geopolitik lebih lanjut sehingga mendukung daya tarik terhadap harga minyak mentah.
Namun, pasar tetap menantikan data inventori minyak mentah terbaru pada minggu ini dari American Petroleum Institute (API) pada hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di $71.05 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $70.09 dan kemudian $69.68. “Resistance” yang terdekat menunggu di $74.06 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $75.45 dan kemudian $76.82.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.