Rekomendasi Minyak Mingguan 22 – 26 Januari 2024: Berhasil Menutup Minggu Lalu dengan Keuntungan Mingguan

545

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex, pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir minggu lalu, berhasil bertahan di harga penutupan $73.41 per barel sehingga menutup minggu lalu dengan keuntungan mingguan di tengah proyeksi permintaan yang optimistik dan kekuatiran akan serangan pemberontak Houthi Yaman di Laut Merah.

Baik Organization of the Petroleum Producing Countries (OPEC) maupun the International Energy Agency (IEA) sama – sama memproyeksikan perbaikan di dalam permintaan minyak mentah global untuk dua tahun ke depan.

Menurut laporan dari OPEC ada ekspektasi pertumbuhan yang kuat di dalam permintaan minyak untuk tahun 2024 dan 2025, konsisten dengan prediksi yang dibuat pada bulan Desember dan memperkirakan pertumbuhan sebesar 1.850.000 barel per hari pada tahun 2025.

Sementara itu di dalam laporan bulanannya yang dipublikasikan pada hari Kamis, IEA menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak mentah global untuk tahun 2024.

Pertumbuhan permintaan minyak mentah untuk tahun 2024 diperkirakan meningkat sebanyak 180.000 barel per hari menjadi 1.240.000 barel per hari.

Dinaikkannya perkiraan permintaan minyak mentah untuk tahun 2024 didasarkan pada membaiknya outlook ekonomi selama beberapa bulan belakangan ini di tengah pergerakan balik ke arah dovish di dalam kebijakan moneter para bank sentral utama di dunia.

Bahkan turunnya harga minyak mentah pada kuartal ke empat tahun 2023 menjadi pendorong tambahan bagi naiknya permintaan akan minyak mentah pada tahun 2024.

Selain itu, turunnya inventori minyak mentah AS yang tidak terduga yang didahului oleh turunnya  produksi minyak mentah di Dakota Utara sebanyak 40% karena cuaca dingin yang ekstrim dan kesulitan-kesulitan operasional, telah membantu menghilangkan ketakutan akan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan bisa menjadi penyebab yang mendorong naik harga minyak mentah.

Naiknya harga minyak mentah juga ditopang oleh keprihatinan mengenai disrupsi di dalam supplies minyak mentah di Timur Tengah dengan pasukan yang dipimpin oleh AS masih terus bertikai dengan kelompok Houthi yang didukung oleh Iran di Laut Merah.

Pemberontak Houthi Yaman meluncurkan dua misil balistik anti kapal terhadap kapal tanker milik AS yang dioperasikan oleh Yunani pada hari Kamis minggu lalu. Sebagai responnya, Amerika Serikat melakukan serangan yang kelima terhadap misil – misil anti Kapal Houthi, sehingga menaikkan resiko terjadinya eskalasi lebih jauh dalam ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan memberikan dukungan naik terhadap harga minyak memtah WTI.

Di sisi lain, data ekonomi yang buruk dari zona Euro dan kekuatiran yang berkelanjutan mengenai pelemahan ekonomi Cina yang berlangsung terus menerus membangkitkan keprihatinan akan lambatnya permintaah minyak mentah sehingga berpotensi membatasi kenaikan harga minyak mentah lebih lanjut.

Selain itu, rally dari dolar AS belakangan ini ke atas puncak satu bulan, karena berkurangnya pertaruhan akan penurunan tingkat bunga oleh Federal Reserve AS (the Fed) lebih awal, bertindak sebagai badai terhadap komoditi minyak mentah yang berbasiskan dolar AS, meskipun pada hari terakhir hari Jumat minggu lalu indeks dolar AS turun 0.27% ke 103.030. hal ini menjadi peringatan untuk berhati-hati bagi para trader minyak mentah yang bullish secara agresif sebelum mengambil posisi yang besar bagi kenaikan harga minyak mentah.

Minggu ini akan terjadi volatilitas terhadap dolar AS dengan tiga bank sentral utama dunia akan mengambil keputusan mengenai kebijakan moneternya.

Bank of Japan (BoJ) akan menjadi bank sentral pertama yang akan mengambil keputusan kebijakan moneternya. BoJ diperkirakan akan tetap mempertahankan sikapnya yang dovish dengan tingkat bunga yang negatip. Sementara itu Bank of Canada (BoC) adalah bank sentral berikutnya yang akan mengambil keputusan kebijakan moneternya. Dengan kenaikan inflasinya yang mengejutkan pada bulan Desember, BoC menjadi lebih sukar untuk diikuti.

Pada hari Kamis, bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB) akan menjadi bank sentral ketiga yang akan mengambil keputusan kebijakan moneternya. Pada minggu lalu, para anggota ECB telah menentang penurunan tingkat bunga di World Economic Forum di Davos, Switzerland. Sikap ECB yang hawkish ini bisa membebani dolar AS dan mendukung harga emas dalam jangka pendek.

Dolar AS akan dipengaruhi juga oleh data domestik yang akan keluar, dengan para investor akan menaruh perhatian dengan seksama terhadap data inflasi yang akan dirilis pada hari Jumat.

Penurunan di dalam angka Personal Consumption Expenditure (PCE) inti, yang merupakan alat ukur yang dipakai oleh Federal Reserve AS (the Fed) dalam mengukur inflasi, akan bisa mendukung rencana the Fed melonggarkan kebijakan moneternya.

Data ekonomi lainnya yang dapat menggerakkan pasar pada minggu ini adalah Gross Domestic Product (GDP) AS advance  kuartal ke empat dan Durable Goods Order/Sales.

Namun, pasar tetap menantikan data inventori minyak mentah terbaru pada minggu ini dari American Petroleum Institute (API) pada hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis.

Support & Resistance

“Support” terdekat menunggu di $72.61 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $71.33 dan kemudian $70.54. “Resistance” yang terdekat menunggu di $74.67 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $75.45 dan kemudian $76.74.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.