(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex, pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat, hari perdagangan terakhir minggu lalu, mengalami rebound, naik ke atas $78.00 di $78.28 per barel.
Kenaikan harga minyak mentah WTI terutama disebabkan karena meningkatknya kembali ketegangan di Timur Tengah. Naiknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah memicu ketakutan akan disrupsi supply minyak mentah.
Israel melancarkan serangan udara yang mematikan secara ekstensif ke Lebanon Selatan sejak hari Rabu, sebagai respon atas serangan misil yang mematikan ke Israel Utara dari Lebanon. Para pemimpin Israel memberikan peringatan bahwa mereka akan mengambil tindakan militer yang lebih kuat apabila keganasan di perbatasan terus berlangsung.
Kenaikan harga minyak mentah juga didukung oleh keluarnya data ekonomi AS yang bervariasi.
Penjualan ritel AS keluar lebih lemah daripada yang diperkirakan sehingga membangkitkan harapan bahwa Federal Reserve AS (the Fed) akan segera mulai menurunkan tingkat bunganya pada bulan – bulan yang akan datang.
Sementara, Initial Jobless Claims untuk minggu yang berakhir pada tanggal 9 Februari, hanya naik 212.000, lebih baik daripada yang diperkirakan kenaikan sebesar 220.000 namun masih merefleksikan pasar tenaga kerja yang ketat.
Hal yang positip ada pada NY Empire State Manufacturing Index bulan Februari yang membaik ke – 2.4 dari bulan sebelumnya Januari yang turun – 43.7.
Sementara Philadelphia Fed Manufacturing Survey pada periode yang sama juga membaik ke 5.2 dari bulan sebelumnya Januari – 10.6.
Berita yang bervariasi ini menekan yields obligasi pemerintah AS turun lebih jauh, dengan benchmark 10 tahun berada di 4.25%, turun hampir 1%. Dolar AS turun karena turunnya yield obligasi pemerintah AS. Indeks dolar AS turun 0.28% ke 104.317 sehingga mendorong naik harga minyak mentah.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada hari Jumat minggu lalu, Producer Price Index (PPI) bulan Januari naik 0.3% setelah pada bulan Desember naik 0.1%. Angka ini, lebih panas daripada yang diperkirakan oleh para ekonom kenaikan 0.1%. Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS juga mengatakan bahwa inflasi umum setahun naik 0.9%.
Sementara itu, PPI inti yang mengeluarkan angka harga energi dan makanan yang volatile bertambah 0.5%, naik dari angka bulan Desember. Angka ini lebih tinggi secara signifikan dari yang diperkirakan pasar pertambahan sebesar 0.1%.
Pada hari Jumat, Universitas Michigan mengatakan bahwa preliminary consumer sentiment index naik ke 79.6, naik sedikit dari angka bulan Januari di 79.0. Angka ini secara kasar sesuai dengan yang diperkirakan dengan para ekonom memperkirakan angka yang keluar di sekitar 80.00.
Dengan angka consumer sentiment index pada bulan Februari tidak turun menunjukkan bahwa konsumen terus merasa semakin yakin dengan perekonomian AS, yang diteguhkan dengan banyaknya perbaikan dari perekonomian AS pada bulan Desember dan Januari. Konsumen terus menyatakan keyakinan bahwa perlambatan di dalam inflasi dan kuatnya pasar tenaga kerja akan terus berlangsung.
Minggu ini, pasar AS akan tutup pada hari Senin, memperingati Hari Presiden. Investor akan menaruh perhatian seksama pada risalah pertemuan FOMC the Fed yang akan keluar pada hari Rabu.
Pasar tetap menantikan data inventori minyak mentah terbaru pada minggu ini dari American Petroleum Institute (API) pada hari Rabu dan Energy Information Administration (EIA) pada hari Kamis.
Support & Resistance
“Support” terdekat menunggu di $76.09 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $74.53 dan kemudian $73.56. “Resistance” yang terdekat menunggu di $78.62 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $79.60 dan kemudian $81.16.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.