(Vibiznews – IDX Stock) – Pada pembukaan perdagangan hari ini, Senin (9/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,22% ke posisi 7.399,28. Lalu pada pukul 9.11 WIB, IHSG naik 0,33% ke 7.409. IHSG berhasil menyentuh level psikologis 7.400.
Ada sepuluh indeks sektoral menyokong kenaikan IHSG hari ini.
Sektor barang konsumsi nonprimer melonjak 0,87%, sektor properti dan real estat naik 0,77%. Lalu sektor energi menanjak 0,65%. Sektor keuangan terangkat 0,64%. Sektor transportasi dan logistik menguat 0,54%.
Selanjutnya, sektor perindustrian menanjak 0,40%, sektor kesehatan naik 0,35%, sektor barang konsumsi primer menguat 0,20%. Lalu, sektor barang baku naik 0,15% dan sektor infrastruktur naik 0,13%. Hanya satu sektor yang melemah pada pagi ini, yaitu sektor teknologi terpangkas 0,38%.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 33,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 6,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 81.598 kali.
Pergerakan pasar saham RI pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen domestik dan luar negeri. Yakni data inflasi China dan data indeks keyakinan konsumen (IKK) Indonesia periode November 2024.
Pada hari ini, China akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK). Biro Statistik China (NBS) melaporkan IHK China pada November lalu cenderung melambat menjadi 0,2% secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini menurun dari sebelumnya pada September lalu tumbuh 0,3%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK China juga semakin memburuk yakni kembali mengalami deflasi mencapai 0,6%. Angka ini memburuk dari sebelumnya pada September lalu yang deflasi 0,3%.
Sementara Indeks Harga Produsen (IHP) China pada bulan lalu turun sebesar 2,5% (yoy) pada November lalu. Angka ini lebih rendah dari perkiraan penurunan sebesar 2,8% menurut jajak pendapat Reuters.
Konsensus memperkirakan bahwa China akan mengalami inflasi secara tahunan sebesar 0,5% secara tahunan (year-on-year/yoy). Inflasi yang rendah ini menunjukkan lesunya permintaan domestik China dan deflasi pada tingkat grosir.
Meskipun pemerintah China telah melakukan serangkaian upaya stimulus sejak September yang mencakup pemotongan suku bunga. Termasuk dukungan untuk pasar saham dan properti serta upaya untuk meningkatkan pinjaman bank.
Menurut Analis Vibiz Research Center, hal ini dapat menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia. Karena roda perekonomian China belum sepenuhnya pulih dan Indonesia cenderung akan terdampak mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK). Indeks ini akan merepresentasikan optimisme konsumsi masyarakat di Indonesia.
Apabila hasilnya meningkat, maka daya beli dan kepercayaan konsumsi masyarakat dinilai positif namun apabila kembali menurun, maka yang terjadi adalah sebaliknya.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting