SBN Jadi Alternatif Investasi, Aliran Dana Asing di SBN Meningkat

212
SBN Jadi Alternatif Investasi, Aliran Dana Asing di SBN Meningkat

 

(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu, saat ini banyak investor asing melirik pada investasi obligasi. Hal ini terlihat dari sinyal positif datang dari pasar Surat Berharga Negara (SBN). Yaitu dengan inflow asing yang tercatat meningkat dalam waktu singkat. Dengan capaian itu, kepercayaan investor asing dapat dikatakan mulai pulih.

Selama transaksi pekan lalu, yakni dari 14–16 April 2025, Bank Indonesia (BI) dalam laporan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah per 17 April 2025 mencatat. Investor asing beli neto sebesar Rp 3,28 triliun di pasar SBN. Dengan kata lain, aliran dana asing yang masuk di pasar ini lebih dominan dibandingkan aliran dana keluar.

Sebagai perbandingan, pada periode pekan sebelumnya 8–10 April 2025, BI justru mencatatkan jual neto sebesar Rp 7,84 triliun di pasar SBN. Itu menyumbang jual neto transaksi asing secara keseluruhan sebesar Rp 24,04 triliun dalam periode tersebut.

Menurut Analis Vibiz Research Center, pencapaian beli neto dalam waktu singkat mencerminkan penguatan sentimen positif untuk pasar SBN.

Investor asing cenderung kembali masuk ketika mereka melihat stabilitas dan potensi imbal hasil yang relatif menarik terhadap risiko yang ada.

Perlu diketahui, yield alias imbal hasil yang ditawarkan SBN 10 tahun pada periode 14–16 April 2025 adalah sebesar 6,93%. Sementara pada periode 8–10 April 2025, yield yang ditawarkan sebesar 7,06%.

Meski secara besaran lebih kecil, penurunan yield menjadi cerminan penurunan risiko, tak heran kepercayaan investor asing bisa ikut tumbuh. Lagipula arah investasi asing saat ini masih sangat dipengaruhi kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Kembalinya investor asing ke pasar SBN pekan lalu pun salah satunya didorong penundaan kebijakan tarif yang saat ini masih berlangsung. Hal ini mengakibatkan volatilitas pasar saham global.

Sejak tarif Amerika ditunda, investor cenderung kembali masuk memanfaatkan yield yang sangat menarik, terutama Indonesia. Saat pasar saham global volatile, obligasi kerap jadi aset alternatif untuk melakukan investasi.

Pasar obligasi pemerintah memang menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari kepastian arus kas selagi menghindari risiko. Apalagi, negara emerging market seperti Indonesia menawarkan yield yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara maju.

Jika dibandingkan obligasi korporasi, obligasi pemerintah cenderung aman karena dijamin oleh negara dan risiko gagal bayarnya rendah. Namun, imbal hasil yang ditawarkan biasanya juga lebih rendah.

Pemilihan antara dua jenis obligasi ini bisa disesuaikan lebih lanjut dengan profil risiko investor. Obligasi korporasi punya risiko lebih tinggi, tergantung kualitas penerbit (emiten), namun imbal hasilnya juga bisa lebih tinggi. Investor dengan profil risiko konservatif lebih cocok ke SBN.

Jadi dapat disimpulkan obligasi memang menjadi pilihan investasi di tengah ketidakpastian ekonomi yang datang dari sisi internal dan eksternal.

Permintaan terhadap obligasi korporasi akan tetap tinggi terutama obligasi yang mampu memberikan return 9%-10% per tahun dengan rating single A. Namun, obligasi pemerintah, terutama ritel, akan menjadi pilihan utama investor individu untuk menghadapi tahun yang penuh gejolak ini.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting