(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah dunia berakhir lebih tinggi pada perdagangan akhir pekan lalu tetapi mencatat penurunan mingguan yang signifikan. Harga minyak merosot oleh meningkatnya kekhawatiran akan kelebihan pasokan dan perang dagang AS-Tiongkok.
Harga minyak mentah Brent ditutup pada $66,87 per barel, naik 32 sen pada hari itu tetapi turun 1,6% selama seminggu. Demikian harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada $63,02 per barel, naik 23 sen tetapi mencatat penurunan mingguan yang lebih tajam sebesar 2,6%.
Sekalipun perdagangan bulan April belum berakhir, secara bulanan harga minyak kini sudah mencapai penurunan hingga 11,84%. Ini merupakan penurunan bulanan terbesar sejak November 2021, saat itu anjlok hingga 19,48%.

Penyebab Anjloknya Harga Minyak Mentah Cukup Signifikan di Bulan April 2025
- Secara tak terduga OPEC+ yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, mengumumkan revisi keatas kapasitas produksi yang akan ditingkatkan pada bulan Mei 2025. OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Mei, jauh lebih banyak dari yang direncanakan sebesar 135.000 barel per hari. Pengumuman ini memicu harga minyak dunia anjlok ke posisi terendah dalam 2 tahun.
Lihat: Harga Minyak Dunia Anjlok 6% Lebih Akibat Pengumuman OPEC+, Penurunan Terbesar Sejak Juli 2022
- Dimulainya perang dagang AS-Tiongkok sehari setelah harga minyak anjlok ke posisi terendah sejak Juli 2022. Harga minyak WTI anjlok ke posisi terendah sejak Agustus 2021 setelah Tiongkok mengumumkan tarif balasan atas barang-barang AS sebagai reaksi terhadap pungutan baru Presiden Donald Trump.
Kementerian keuangan Tiongkok mengumumkan tarif 34% akan dikenakan pada semua barang impor yang berasal dari AS mulai tanggal 10 April. Risiko resesi dan ketidakpastian seputar perdagangan global menambah keresahan perlambatan ekonomi global dan melemahnya permintaan minyak.
Lihat: Harga Minyak Dunia Anjlok ke Terendah dalam 3 Tahun Lebih
- Eskalasi perang dagang AS – Tiongkok, dimana Presiden Trump menaikkan tarif atas Tiongkok menjadi 145%, hanya sehari setelah kenaikan 104% mulai berlaku.
Sebelumnya Tiongkok menaikkan tarif atas barang-barang AS menjadi 84% dan diperkirakan akan meluncurkan langkah-langkah stimulus untuk mendukung sektor-sektor seperti perumahan dan konsumsi.
Lihat: Harga Minyak Dunia Anjlok Kembali Karena Perang Dagang AS-Tiongkok
- Meredanya ketegangan antara AS dan Iran menambah tekanan harga hingga mendekati $60 per barel. Pembicaraan antara kedua belah pihak membuat kemajuan yang sangat baik, dengan rencana untuk menyusun kerangka kerja untuk kesepakatan nuklir potensial. Meredanya ketegangan tersebut meningkatkan kemungkinan lebih banyak minyak mentah Iran kembali ke pasar global.
Lihat: Harga Minyak WTI Dekati $60 Karena Meredanya Ketegangan AS-Iran

Prospek Pasar Minyak Dunia di Bulan Mei 2025
Prospek jangka pendek pasar minyak dunia cenderung suram pada bulan Mei 2025 dengan inevstor menghadapi pasokan tambahan dari OPEC+ dan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang terus-menerus membatasi ekspektasi pertumbuhan permintaan.
Tanpa resolusi yang jelas terhadap tekanan eksternal ini, harga minyak dapat terus mengalami tekanan turun dalam sesi-sesi mendatang.
Berikut beberapa faktor bearish yang menekan prospek minyak di bulan Mei 2025
- OPEC+ pada bulan Mei 2025 dipastikan akan meningkatkan produksi hingga 411.000 barel per hari.
- OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk menambah lebih banyak produksi untuk bulan Juni , terutama karena beberapa anggota seperti Kazakhstan berjuang untuk memenuhi komitmen pengurangan produksi.
- Prospek penyelesaian konflik Ukraina dapat membuka lebih banyak minyak mentah Rusia untuk pasar global, sehingga menambah risiko kelebihan pasokan. Presiden AS Donald Trump memposting di Truth Social bahwa keseluruhan perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina berjalan dengan baik. Baru-baru ini Trump jumpa dengan Presiden Zelensky di Roma untuk menerima rencana perdamaian yang sedang disiapkan.
- Perundingan nuklir Iran dan Amerika Serikat yang meredakan ancaman sanksi bagi Iran masuki putaran ketiga di Muscat yang dimediasi oleh pemerintah Oman pada hari Sabtu (26/4/2025). Putaran selanjutnya akan diadakan di Eropa pada tanggal 3 Mei 2025. Jika perundingan ini berhasil maka minyak Iran akan masuk kembali ke pasar global dan berpotensi meningkatkan pasokan global yang sudah berlebih.
- Meningkatnya pasokan global minyak mentah Amerika Serikat
- Dari sisi permintaan minyak dunia global, usaha de-eskalasi perang dagang AS-Tiongkok belum menghasilkan meredanya ketegangan pasar global imbas perang dagang kedua negara. Baru-baru ini Tiongkok mengumumkan pengecualian tarif terbatas pada impor AS, langkah tersebut gagal meredakan ketegangan. Selain itu juga Beijing dengan cepat membantah klaim Presiden Trump bahwa negosiasi skala penuh sedang berlangsung. Ketegangan yang sedang berlangsung. Eskalasi perang dagang AS membatasi ekspektasi pertumbuhan permintaan. Imbas perang dagang ini, IEA memproyeksikan permintaan minyak dunia tahun ini akan naik sebesar 730.000 bph, turun tajam dari 1,03 juta bph yang diperkirakan pada bulan lalu dan sekaligus merupakan yang terendah sejak 2020.
Permasalahan yang paling besar dihadapi pasar minyak dunia pada bulan Mei 2025 dan juga sepanjang tahun terkait dengan peningkatan pasokan global, yang dipicu oleh peningkatan produksi OPEC. Sebagai informasi, OPEC memproduksi sekitar 30% minyak mentah dunia dan produksi minyak mentah OPEC saat ini mencapai sekitar 28,88 juta barel per hari yang lebih tinggi dari tahun lalu di 28,82 juta barel. Meningkatnya pasokan minyak global akan semakin menekan harga minyak mentah yang sepanjang tahun sudah anjlok 12% lebih.



